"Angkat" dingin Luna sambil menyayat leher lelaki bertopeng itu. Semua mata terdiam dan seluruh tembakan berhenti saat telpon itu berdering lagi dan terlihat darah mulai menetes di leher itu. Tidak ada tatapan ketakutan dan deruan nafas kasar, yang ada hanyalah sebuah tatapan mata tenang tak bergetar bahkan saat melakukan penyayatan itu.
Di dalam ruangan ini hanya tersisa 3 Butler, 4 waiters, Dan 3 tamu undangan. Ditambah 1 perempuan paruh baya (ibunya Leon), Leon, Felix dan Luna dan sisanya tentu saja musuh. Tangan lelaki itu mulai gemetaran saat mengangkat telpon miliknya. Terlihat nama bernama Mr.X tercantum di sana.
"Keraskan" dingin Luna yang diangguki oleh lelaki itu. Suara berat lelaki itu terdengar di sana, suara yang sangat dikenal oleh Leon. Suara lelaki yang merupakan seseorang brengsek yang menginginkan harta tapi sayangnya kakeknya dulu lebih mempercayai nya daripada lelaki itu.
"Tidak apa V, apa kau mendengar suaraku Leon" ucap lelaki berinisial Mr.X itu. Tidak ada jawaban dan hanya deruan nafas menahan emosi.
"Tidak masalah kau tidak menjawab hanya saja aku hanya bilang ini hanya hal kecil yang aku perbuat karena aku akan mengambil semua yang kau ambil dan mu pastikan semua yang menjadi milikku akan ku ambil kembali" ucap Mr.X itu.
"V mundur dulu, karena kita bisa melakukan hal yang lain" ucap Mr.X yang langsung dijawab oleh lelaki bertopeng emas bernama V.
"Baik tuan" jawab V dan memerintahkan semua orangnya untuk mundur dan menghilang bak bayangan tapi tidak dengan V yang masih terkunci erat dengan Luna. Belum V membuka ucapannya sebuah sayatan besar di lehernya dibuat yang membuat dirinya kehilangan kesadaran dan menutup matanya saat merasa darahnya mulai berkurang.
"Kau..." satu kata yang mengakhiri ucapan V dan hembusan nafas terakhir nya terdengar di dekat perempuan itu.
"Ah maaf aku sengaja dan juga semoga tenang" dingin Luna lalu melepas genggaman nya dan memasukkan pisau belati nya. Di saat bersamaan sebuah teriakan menggema di ruangan itu, emosi lelaki itu terlihat jelas Dimata coklatnya.
"Kenapa kau membunuhnya!" lantang Leon sambil mencengkram erat tangan Luna.
"Jadi aku harus apa?" tanya Luna dingin yang membuat Leon menguatkan genggaman pergelangan tangan perempuan itu lagi.
"Kau bisa membiarkannya hidup dan kita bisa mengintrogasi nya" dingin Leon sambil menatap lekat mata biru itu.
"Kita? bukanya disini kau yang untung?" ucap Luna enteng dan menghempaskan tangan Leon dari tangan miliknya.
"Leonex Martin ingat aku hanya melakukan ini karena aku kira itu adalah musuhku tapi sayangnya itu musuhmu dan juga aku tidak ingin mengurus masalah yang kamu perbuat, tuan" ejek Luna dingin dan melangkah kakinya perlahan ke arah Leon sambil menatapnya penuh dengan intimidasi.
"Dan juga jangan pernah usik hidupku karena aku akan menaikkan peringkat perusahaan milikku walau kau memiliki klan Singa" lanjut Luna lalu berbalik meninggalkan lelaki yang menatapnya aneh. Sepatu high heels nya menendang mayat lelaki yang menghalangi jalannya dan melangkahkan kakinya ke luar aula yang sudah dipenuhi darah.
"Siapa kau? kenapa semua ucapan dingin milikmu sangat menusuk hatiku" pikir Leon sambil memandang punggung perempuan yang sudah terhias darah. Sedangkan Felix menerbitkan senyumnya saat melihat kepergian wanita yang mulai menarik perhatiannya itu.
"Luna Nypole, sangat menarik" ucap Felix Lalu berjalan ke arah Rivalnya dan menepuk pelan pundak lelaki itu.
"aku akan urus mayat dan beberapa orang masih hidup di sini sisanya kau tau bukan" tatap Leon ke arah wanita paruh baya yang merupakan ibu dari rival nya. Felix berjalan dan memperintahkan pengawalnya masuk dan membereskan semua masalah yang terjadi. Apalagi semua orang mengetahui klan Singa dipimpin oleh Leon pasti masalah akan datang ke laki-laki itu.
'Kasihan sekali nasibmu, Leon' ejek Felix di dalam hatinya
Leon berjalan mendekat ke arah wanita paruh baya yang entah kenapa bisa berada di sini. Bahkan dia tak habis pikir orang yang di Sandra oleh sepupunya adalah ibunya sendiri. Ya musuh terbesarnya adalah sepupunya sendiri. Ini terjadi karena perebutan saham dan kedudukan perusahaan dari ayah dan pamannya hingga anaknya yaitu aku dan sepupuku sendiri.
"Kenapa Ibu bisa disini" dingin Leon jujur dirinya merasa khawatir tapi dirinya tidak ingin terlihat khawatir di depan perempuan yang melahirkan dan memperlakukan nya sangat tidak masuk akal.
"I..Ibu ibu" takut Qarin sambil memegang jari-jari tangannya apalagi saat disampingnya ada dua mayat lelaki yang terbunuh di hadapannya.
"Jawab bu!" tegas Leon.
"I..Ibu" Qarin ingin menjelaskan kenapa dirinya ke sini tapi sebuah dobrakan pintu terdengar dan terlihat lelaki paruh baya itu bergegas ke arah istrinya yang ketakutan.
"Apa yang kau lakukan disini, Qarin?" tanya lelaki paruh baya yang merupakan ayah Leon dan suami Qarin.
"aku sudah bertanya tapi ibu hanya bergetar dan terbata" dingin Leon yang membuat Levi hanya bisa menarik nafas pelan.
"Felix kamu urus di sini dulu dengan ajudan om. Nanti om menyusulnya" perintah Felix uang diangguki oleh Felix. Leon, Levi dan Qarin sudah berada di dalam mansion dengan Qarin yang sudah berganti baju tetapi berbeda dengan Leon yang tidak ingin membersihkan tubuh nya dan menunggu jawaban ibunya.
"Kenapa kamu di sana, Qarin?" tanya Levi lagi. Qarin mengengam jarinya erat.
"A...aku" gugupnya hingga sebuah hentakan meja membuat Qarin terkesiap.
Brak**
"Jawab bu!" tegas Leon membuat Qarin langsung menjawab dengan lancar.
"Ibu ke sana karena menemani Lina sebagai mertua agar di acara itu kamu menerima pernikahan yang akan diadakan" jawab Qarin lancar yang membuat Leon menahan emosi dan menanyakan pertanyaan yang terus terusan berada di kepalanya.
"Apa ibu juga yang memberi tau bahwa aku adalah pemimpin klan Singa?" tanya Leon datar yang membuat Qarin meneguk Saliva nya dan mengengam erat jarinya.
"Jawab Bu!" tegas Leon yang membuat Qarin menjawab pertanyaan itu dan mengeluarkan air matanya.
"Iya" ucap Qarin lalu meneteskan air matanya. Leon mendorong barang antik yang ada i.di ruangan itu dan mengeluarkan emosinya.
"Apa ini ibu yang inginkan! ibu ingin aku mata cepat! jawab Bu! bila ibu ingin aku mati cepat aku bisa bunuh diriku sekarang!" ucap Leon sambil menodongkan pistol ke arah jantungnya membuat Qarin menggelengkan kepalanya pelan. Sedangkan Levi merasakan kasihan kepada anak lelaki satu-satunya.
"ti...tidak hiks"
"Ahhh Kenapa aku harus hidup di saat ibuku saja ingin aku mati secepat ini" teriak Leon membuat Qarin menggelengkan kepalanya pelan dan terisak.
"hiks hiks Le..Leon maafkan ibu" tangis Qarin dan ingin mengengam tangan anak lelakinya. Tetapi langsung di tepis kasar oleh Leon yang membuat Qarin terduduk di lantai dan menangis melihat emosi anaknya yang meluap.
"Leon Apa yang kau lakukan!" emosi Levi ini sudah kelewat batas bukan? walau dirinya kecewa dengan sikap istrinya tapi tidak seperti ini perlakuan anak lelakinya.
"Kenapa?! apa ayah juga ingin aku mati dan tersiksa disini! jawab! kenapa kalian bahagia dan aku tidak! cukup aku lelah dengan sikap kalian yang mengatur bahkan tidak tau apa yang ku rasakan! aku pergi!" tegas Leon lalu berjalan keluar rumah dan mengendarai mobil jip hitam miliknya. Sedangkan Qarin hanya menangis saat melihat anaknya pergi dengan penuh kebencian pada dirinya, dirinya bingung apa dia salah dia menginginkan kebahagiaan anaknya juga apa salah dirinya memperintahkan anaknya bersama Lina bukanya Lina saudara kembar Luna mereka pasti sama kan muka, tubuh dan juga sikap Lina berbeda dengan Luna karena Lina pasti lebih baik bukan? tapi kenapa?
"Hiks hiks, Lev dia pergi" panggil Qarin sambil menatap ke arah pintu yang sudah terbuka lebar.
"Biarkan dia pergi" ucap Levi lalu membopong tubuh istrinya dan mendudukannya di sofa.
"Kenapa kamu bilang begitu kamu harus membawanya kembali hiks hiks" Tangis Qarin.
"Apa kau kira Leon akan selemah mu? apa kamu kira anakmu bahagia dengan pasangan yang kau pilih? kau salah Qarin! kenapa kau tidak bisa melihat anakmu bahagia! Jangan pernah membuat anakmu kesusahan karena jujur aku sangat kecewa padamu Rin!" bentak Levi yang membuat Qarin terisak dalam diam. Suaranya tidak bisa keluar saat mendengar bentakan suaminya.
"Maaf aku membentakmu karena bila kamu tidak pernah disadarkan maka kamu tidak akan pernah sadar" lanjut Levi lalu berjalan ke arah kamar miliknya. Qarin hanya bisa menangisi semua perbuatannya suara tidak mau keluar dia hanya bisa menangis dalam diam, anaknya pergi karenanya dan sekarang suaminya kecewa dengannya.
"Maafkan ibu dan maafkan aku, Lev" batin Qarin terisak.
Sedangkan di tempat lain~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Kurnit Rahayu
modar z ku Qarin dsar tua bngka kga guna lu
2022-10-24
0
MARIA YUSTINA NIIS
seru thor...lanjut❤❤
2022-04-09
0
kiki
jdi pda tau kalo leon mafia
2021-06-08
0