Kepergian Luna membuat semua orang lelaki militer merasakan patah hati. Bagaimana tidak satu-satunya tuan putri yang ada di istana harus pergi dan membuat dirinya yang bagaikan bidadari turun dari kayangan harus jauh dari negara tepatnya tinggal.Tapi apalah daya bila nona muda pergi semua orang harus menunjukkan rasa hormat mereka.
"Nona, kami mencintaimu" teriak salah satu anggota militer yang membuat yang lainnya ikut bersorak sorak. Hingga kaca mobil yang ditumpangi Luna terbuka perlahan. Di sana terlihat tangan yang memberikan sebuah bentuk cinta dari jari jempol dan juga jari telunjuk yang disatukan.
"Aku pasti akan pulang, jadi lebih kuat lah kalian sebelum aku yang melumpuhkan kalian" tegas Luna yang membuat keduanya memberi hormat dan bersikap tegak.
"Siap Nona" lantang mereka bersama-sama.
Mobil tersebut berjalan menuju bandar udara Heathrow. Bagaimana pun juga Luna lebih memilih naik pesawat bersama semua orang yang tidak dia kenal daripada dirinya naik pesawat militer pribadi milik sang ayah atau naik helikopter yang dihadiahkan oleh sang ayah sebagai ucapanmya bertambah umur.
Tidak lama kemudian terdengar suara pesawat yang memulai take offnya. Luna menggunakan kaca mata hitam miliknya sedangkan kedua anaknya lebih memilih menggunakan masker, karena dia tidak ingin terlalu menarik perhatian penjuru mata. Dengan kecantikan dan kegantengan anak-anaknya.
"Mom, apa ini akan sangat lama?" tanya Laura sambil menengok ke arah luar jendela.
"Tidak akan lama sayang, kalian istirahatlah. Nanti mom akan membangunkan kalian" ucap Luna sambil menenggerkan kacamata hitamnya sedikit di hidung mancung miliknya.
"Baik mom, selamat tidur" ucap mereka bersama dan memejamkan matanya.
Chicago, Amerika serikat ~
Seorang Wanita berjalan berlengok ke luar dari pesawat ditemani kedua buah hati yang masih tidak berhenti menguap. Mata mereka mengerjap-ngerjap, mencoba untuk stabil dan tidak tertidur lagi.
"Kakak kenapa tadi tidak membangunkan adek" rengek Laura yang masih menguap dengan bebasnya.
"Kamunya aja yang kebo" sindir Navin yang membuat Laura mencubit pelan tangan kakaknya itu. Walau mata mereka ingin terlelap tapi hati mereka merasa senang saat datang ke tepat ini. Tempat dimana ibunya dulu tinggal.
"Jangan bertengkar lagi anak-anak lihat siapa yang sedang mengibarkan bendera putih" tunjuk Luna kepada laki-laki yang sedang tersenyum dan menaik turunkan alisnya.
"Uncle Rangga!!" teriak Laura sambil berlari kearah pamanya dengan semangat tangannya terbuka meminta sebuah pelukan yang hangat untuknya.
" Berisik" gumam Luna dan Navin bersamaan. Saat itulah mereka berdua saling menatap dan tersenyum.
"Ayo Navin cuma kamu saja yang bisa mengajari adekmu yang pecicilan itu" ucap Luna sambil menarik koper miliknya.
"Tenang mom, dirumahnya om Rangga ada tempat panahan kan" jawab Navin dengan semangat. Walau Laura adalah anak kecil berumur 8 tahun yang cukup pintar dalam merentas sistem apapun, dan pintar dalam menembak tapi sayangnya dia tidak pandai dalam memanah karena baginya panahan itu sangat tidak penting. 'Ah panahnya berat, aku itu masih kecil buat apa latihan panahan lebih baik latih aku menggunakan sniper seperti mom saja' ocehnya panjang lebar.
"Mom, Kak Navin jangan bengong lagi kasian Uncle Rangga kelelahan menunggu kita dari tadi!" teriak Laura yang membuat Luna dan Rangga berjalan ke arah mereka dengan senyuman hangat.
"Wow, apa ini adalah adik perempuan lemahku?" sindir Rangga ke arah Luna.
"Yayaya daripada kau menyindir diriku terus menerus lebih baik kita pergi karena teriakan anak kecil yang satu ini cukup membuat banyak pasang mata ke arah kita" ucap Luna sambil melihat Laura yang masih senantiasa berada di gendongan sang paman.
"Baiklah, tapi apa ini benar dirimu" tanya Rangga tidak percaya apa lagi melihat perubahan di setiap inci dan pastinya dia sangat bisa mencium aroma kental bau pembalasan dendam.
"Ya aku berubah dan melupakan diriku yang dulu yang akhirnya menjadi Luna yang baru" bangga Luna sambil berjalan ke arah pintu keluar hingga tangannya ditahan oleh seorang lelaki tegak dengan tatapan yang sangat tegas.
" apa kamu punya ma..." gugup Luna yang sangat ingin memarahi Lelaki tersebut tapi mulutnya seakan kelu. Di saat dirinya melihat seseorang yang dulunya sangat dia cintai sedang berada di depan matanya.
"Ah maaf aku salah orang" jawab laki-laki tersebut dingin dan melepas genggaman tangannya. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam bandara dengan langkah kaki yang lebar dan cepat.
"Apa yang kau pikirkan hampir saja kau membuatku ingin menendangmu dari bandara ini" teriak laki-laki yang ada disampingnya.
"Maaf aku hanya refleks saat mendengar dia menyebut nama Luna" jawab lelaki itu santai.
"Kau gila mana mungkin Luna berubah hampir 180° dan apa kau tidak lihat dia bersama dua anak dan mungkin itu suaminya" marah lelaki yang disampingnya panjang lebar. Tanpa mereka sadari seorang perempuan menatap kepergian mereka berdua. Setiap perkataan mereka masih terdengar karena tempat mereka yang berdekatan.
"Aku memang sudah berubah tuan Leonex Martin dan tentunya siap membawa sebuah kejutan untukmu" smirk Luna sambil menatap punggung lelaki yang sekarang menjadi target pembalasan dendamnya.
"Ada apa, Luna?" tanya Rangga kepada Luna.
"tidak apa-apa hanya melihat teman lama" senyum Luna lalu berjalan ke dalam mobil. 'Teman lama sejak kapan kau punya teman' bingung Rangga dan masuk ke dalam mobilnya.
Sesampainya di mansion~
Mereka berempat disambut oleh kepala pelayan, yang merupakan tangan kanan milik Rangga.
"Selamat datang" ucap lelaki yang menyambut mereka hormat, diangguki oleh Rangga. Desain interior mansion ini mengikuti rumah ayah yaitu Hendry Nypole. Desain casual yang kebanyakan terbuat dari kayu bahkan banyak gambar senjata terukir jelas. Mungkin karena kami adalah penerus dari anggota kemiliteran membuat kami berdua diajarkan menjadi seorang petarung yang cukup handal dan mampu mengalahkan orang-orang jahat dan munafik pastinya.
Navin dan Laura sebenarnya tidak dianjurkan hanya saja mereka berjanji akan melindungi sang ibu dari marabahaya membuat kedua anak itu dilatih dengan tingkat militer saat berumur 4 tahun. Luna sudah melarang kedua anaknya tetapi semua hal yang dia lakukan malah menjadi ambisi kedua anaknya.
"Apa kamu hanya tinggal berdua saja dengan Kak luwis" tanya Luna sambil meletakkan bokongnya ke sofa empuk berbulu.
"Aku lebih suka keadaan yang seperti ini agar tidak menggangu perfoma saat aku kerja" jawab Rangga sambil menggambil segelas wine miliknya.
"Paman, apa aku mendapatkan kamar milikku sendiri?" tanya Laura semangat.
"Kamu bisa memilih kamarmu sendiri dan juga di lantai dua ruangan komputer nya sudah siap untuk kamu gunakan" jawab Rangga. Mata Luna berkilauan saat mendengar jawaban dari pamannya dan membuat Laura langsung berjalan menaiki tangga ke tempat komputerisasi nya berada.
'Perusahaan apa yang harus kebangkrutkan yaa' smirk Laura sambil tersenyum manis.
"Punyaku" tanya Navin.
"Lun apa ini anakmu dia sangat pelit bicaranya" bisik Rangga sambil mengecap wine milikinya.
"Ya ya dia anakku dan cuma parasnya saja mirip lelaki itu" jengah Luna.
"Uncle?" tanya lagi Navin.
"Tenang sayang kamarmu ada di lantai dua juga dan paman sudah membelikan senjata yang kamu inginkan tinggal kamu rakit dan gunakan di halaman belakang" jawab Rangga panjang lebar yang langsung diangguki oleh Navin. Hingga ruangan tersebut hanya menyisakan Luna dan Rangga.
"Ini Winemu" julur Rangga kepada Luna dan langsung disambut oleh tangannya. Tangganya menggoyang-goyanggkan gelas berisi wine miliknya. Dia akan berbicara dengan kakaknya langsung to the Point. Apalagi dia baru saja pulang dan tubuhnya sangat lelah.
"Apa perusahaanya sudah siap?" tanya Luna to the point.
"Perusahaannya sudah siap dan semuanya sudah aku berikan informasi tinggal kamu kembangkan saja perusahaan milik keluarga kita dan buatlah perusahaan lain berada di bawahmu" kata Rangga sambil meminum wine merah miliknya.
"Tentu saja aku akan membuat mereka tau apa itu namanya neraka" smirk Luna dan menatap isi gelasnya yang berisi wine hitam.
"Apa kau yakin dengan ini semua?" tanya Rangga sambil mengusap pinggiran gelas miliknya.
"Kak selalu ingat bahwa mata dibalas dengan mata, darah dibalas dengan darah dan tentu saja nyawa dibalas dengan nyawa. Bila mereka bisa membuatku terpuruk kenapa aku tidak bisa membuat diri mereka lebih terpuruk dan menghancurkan mereka berkeping-keping" jawab Luna yang langsung meneguk semua isi winenya. Setelah itu menutup matamya pelan di pundak sang kakak.
Rangga membopong tubuh milik Luna dan membawanya ke kamar milik sang adik. Dia tau kerja keras adiknya membuahkan hasil tetapi tujuan dari kerja kerasnya ini hanya satu yaitu pembalasan dendam.
'Aku akan membantu mu dek, dibalik layar tanpa sepengetahuan mu' bisik Rangga lalu mematikan lampu kamar milik Luna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
ayo luna aku dukung .. bales dendam mu sma mantan bosmu yg sudh jahat..yg mngusirmu..bikin namamu di blacklist dri perusahaan manapun..dan bikin km sampe hamil
2021-03-23
0
Pipit Cewalmudhi
nyimak dulu thor..
2021-02-28
0
Leni Martina
nah ini bagus ni cewek nya strong,ngk kyk novel lain,di sakiti,di kasari,di selingkuhi,ee masih mau m lakinya,mlh ada cowok baik2 mlh ngk bisa ngilangin cintanya,gue yakin ni autor nya jg strong👍🏿👍🏿👍🏿
2021-02-26
0