"Seperti nya aku berubah pikiran, kepala ku sedikit sakit. Aku ingin segera mandi dan tidur." Edo berbicara dengan kaki yang sudah melangkah ingin keluar dari ruang kerja. Tangan nya pura-pura memegang kepala agar sandiwara nya berhasil.
Sedangkan Elma yang belum puas mengerjai Edo, mau tak mau akhirnya Elma mengikuti dari belakang nya tetap dengan senyum kepuasan.
"Apa kita akan tidur satu ranjang?" Elma memberanikan diri bertanya setelah sampai di kamar Edo.
"Aku sudah membayar mu dengan tujuan untuk menjadi teman tidur, tentu saja kau akan tidur bersama ku." Sahut Edo sembari membuka jas yang sedari tadi masih melekat di tubuh nya.
"Sekarang, mari lakukan tugas mu yang pertama." Imbuhnya. Edo menghentikan gerakan tangan yang akan membuka kancing kemeja sembari tersenyum penuh arti.
"Ma-maksud mu?" Wajah Elma berubah pias saat Edo mendekat kearah nya dengan tatapan sulit diartikan. Apakah Edo akan segera mengambil keperawanaan nya? Dia benar-benar tidak menyangka kalau Edo akan secepat ini mengambil hak nya.
"Bantu aku membuka baju! Bukankah ini juga termasuk tugas mu?" Badan Edo sedikit membungkuk untuk mensejajarkan tubuh nya dengan tubuh Elma. Wajah Edo dan Elma hanya berjarak tiga centi meter hingga hembusan nafas nya sangat terasa di wajah Elma. Terlebih tangan Edo yang mengelus wajah Elma, dia hanya bisa memejamkan mata menikmati tangan besar Edo yang terus bergerak lembut di pipi.
"Lakukan perintah ku." Edo sengaja berbisik di telinga Elma saat gadis itu masih diam.
"Ba-baik." Elma sedikit tremor melakukan perintah Edo. Meski begitu, dia juga menghembuskan nafas lega karena tugas yang diberikan Edo tidak sesuai prediksi.
Ya, Elma menyangka keperawanan nya akan direnggut saat ini juga, ternyata Edo tak terlalu buru-buru meminta nya.
"Kenapa berhenti?" Edo berkata ketus saat Elma menghentikan gerakan tangan yang sedang membuka baju Edo.
"Ap-pa celana nya juga aku yang harus membuka nya?" Elma meringis saat mengatakan itu. Dia malu sendiri dengan apa yang baru saja dia katakan. Sebelum nya Elma belum pernah berdekatan dengan laki-laki manapun, tentu saja dia sangat segan melakukan perintah Edo. Apalagi ini menyangkut hal-hal intim, tentu saja Elma sangat canggung.
"Apa aku harus mengulang membaca surat kontrak mu?" Edo menatap tajam Elma yang sedang menunduk. Dia tak suka mengulangi perkataan nya karena menurut nya itu membuang-buang waktu saja.
Sebenarnya Edo juga kasihan pada Elma yang masih terlihat sangat ragu, tapi demi mendapatkan gadis di depan nya Edo berani melakukan apa saja agar bisa terus berada di samping nya.
Jika Edo meminta Elma baik-baik untuk menjadi kekasih, dia tak yakin Elma akan menerima nya. Terlebih Elma yang tak pernah dekat dengan pria, kehidupan nya hanya fokus kesembuhan sang mami. Bukan hanya itu, mungkin bila Elma di ajak hanya sekedar pacaran dan saling mengenal mungkin Elma masih bisa menerima, tetapi yang dibutuhkan Edo adalah kepuasan yang tak akan mungkin Elma mau melayani nya tanpa sebuah ikatan.
Sedang untuk menikah sendiri, Edo masih banyak sekali pertimbangan terlebih nanti nya akan sangat berseteru dengan keluarga nya bila tahu asal-usul Elma. Dia tak ingin semakin memperumit keadaan hingga dia memilih jalan yang mudah.
Itu sebabnya Edo lebih memilih menggunakan cara yang tak baik untuk mengikat Elma. Dia tahu, Elma bukan tipe gadis materialistis atau pun tak tahu diri. Jika Edo memberikan bantuan secara cuma-cuma pasti Elma akan menolak nya, hal itu pula yang menjadi pertimbangan Edo untuk memberikan pekerjaan pada Elma. Dan tentunya pekerjaan itu sangat lah menguntungkan untuk pihak nya.
"Apa tangan mu tak bisa digunakan? Sampai-sampai membuka baju saja harus orang lain yang melakukan nya?" Elma memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ada di isi hatinya. Dia benar-benar tak suka pada Edo yang menggunakan kekuasaan lalu memperlakukan nya seenak sendiri.
"Ikuti saja perintah ku, jangan banyak bicara."
Elma speechless dibuat nya, bukan karena takut atau apapun. Tapi dia tak ingin terus berdebat dengan Edo, karena hanya akan menyia-nyiakan waktu.
Huh, Elma menghembuskan nafas terlebih dahulu sebelum membuka celana Edo. Dia terlihat memejamkan mata sembari membuka perlahan Ikat pinggang yang digunakan Edo lalu menarik nya.
Setelah berhasil terlepas, kini semakin dibuat tegang saat tangan nya berada pada kancing celana yang digunakan Edo.
"Lebih cepat sedikit." Edo mendesis saat tangan Elma terasa menari-nari di perutnya. "atau kau sengaja ingin berlama-lama memegangi tubuh ku, hm?" Edo menarik satu sudut bibirnya. Sembari menatap Elma yang wajah nya sudah memerah karena malu.
"Mana ada?! Aku tidak tertarik sama sekali!" Elma berusaha bersikap biasa saja, meski jantung nya sudah dag dig dug marathon.
Elma mulai membuka kancing celana, lalu menurunkan resleting celana itu sembari menahan nafas. Sungguh, dia seperti orang yang sedang melakukan sidang skripsi, sangat tegang. Mungkin bila diukur ketegangan Elma saat ini hingga mencapai 600 volt atau setara dengan ketegangan yang dimiliki belut listrik.
Padahal belut listrik yang berada di dalam celana Edo belum melakukan apapun😁, tetapi Elma seperti sudah ikut tersengat akan kehadiran nya.
"Sudah."
Elma menghembuskan lega setelah berhasil menurunkan celana yang dipakai Edo. Akhirnya, selesai sudah pekerjaan pertama yang membuat nya menegang. Tetapi seperti nya, ketegangan Elma belum berakhir saat tiba-tiba Edo kembali melayang kan protes.
"Kenapa hanya berhenti sampai disitu? Cepat buka celana bokser ku!" Tegas Edo.
Elma hanya bisa menelan saliva nya susah payah. Dia tak berkata-kata kali ini, bahkan untuk sekedar melayangkan protes pun tak sanggup.
Dia sudah bisa membayangkan bila membuka kain terakhir, maka belut listrik yang bersarang di dalam sana sudah dipastikan akan menyetrum dirinya, terlebih saat melihat tonjolan belut listrik itu sudah bergerak-gerak dan itu sangat terlihat jelas di mata Elma.
"A-aku tidak bisa." Cicit nya. Sungguh, Elma benar-benar belum sanggup bila harus berkenalan dengan belut listrik Edo saat ini juga. Dia tak ingin mata sucinya ternoda di detik ini.
"Maka aku akan memutuskan kontrak kerja kita, karena sudah berani membantah perintah ku."
Elma semakin tak bisa berkata-kata, dia dibuat bimbang antara dua pilihan. Di satu sisi, dia benar-benar belum sanggup untuk melihat bentuk belut listrik secara nyata. Dan disisi lainnya, dia juga tak ingin pengobatan mami nya dibatalkan.
Walau bagaimana pun pengobatan mami nya adalah yang paling utama, lebih utama dari pada harga diri maupun tubuhnya.
...💙💙💙...
...TBC ...
Nggak tahu bab ini dapat feel-nya atau tidak, sedang tidak mood menulis tapi mencoba ku paksain, dan nggak sempat revisi juga.
Semoga kalian tetap menikmati bacaan ku.
Terimakasih sudah berkunjung di novelku, ikuti terus sampai ending ya...❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Dewi Zahra
bikin bucin Edo Nya kak
2023-01-11
0
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
modus nih edo..pura2 minta bukain baju..buka tinggal buka aja
2022-10-26
0
𝕹𝖚𝖗𝖚𝖘𝖞𝖘𝖞𝖎𝖋𝖆
Belut listrik kek apa ya, Thor
🤭🤭🤭🤭
2022-09-29
1