Edo masih terkekeh melihat punggung Elma yang sudah menghilang dibalik pintu.
Kau sungguh menggemaskan kucing kecil ku. Gumam Edo dalam hati.
Selama ini Elma belum mengatakan tentang rencana apa yang akan dilakukan nya untuk membalas dendam pada John, tetapi diam-diam Edo sudah memikirkan rencana serta mencari tahu tentang keberadaan John. Bukan hanya itu, semua informasi tentang John Mayer sudah Edo dapatkan. Bukan tanpa alasan dia bergerak cepat, entah mengapa setelah Elma menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dan keluarga membuat Edo meradang. Dia sangat tidak terima Elma hidup menderita akibat ulah John.
Elma sudah seperti bagian tubuh nya yang lain, hingga saat gadis itu merasa sedih Edo pun ikut merasakan.
Kau tidak perlu khawatir, sayang. Aku akan menuntun mu untuk meraih tujuan mu. Kau adalah bagian dari hidup ku, kucing kecilku yang manis. Lagi lagi Edo bergumam dalam hati, tatapan nya menerawang jauh. Pikiran nya fokus merangkai rencana demi rencana yang akan dilakukan untuk bisa membuat perhitungan pada John.
Di detik berikutnya, pikiran Edo dibuyarkan oelh kedatangan si kucing kecil yang hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian tubuh nya.
Edo bahkan terlihat menelan saliva nya dengan susah payah saat melihat ke bawah kaki jenjang yang terlihat sangat mulus, bahkan dua bongkahan sintal itu hampir terlihat karena handuk yang dikenakan nya berukuran mini.
Edo mengalihkan tatapannya ke atas tubuh Elma, dilihat nya leher jenjang yang membuat nya khilaf ingin sekali memberinya tanda di sana. Lalu saat tatapan nya semakin ke bawah, Edo semakin dibuat kepanasan, dia menelan saliva nya dengan susah payah.
"Kenapa kau melihat ku seperti itu?!"
Pekikan Elma berhasil membuat raga Edo kembali ke alam nyata, seringai tipis terbit di wajahnya.
Edo bangkit dari ranjang lalu mendekati Elma. Sedangkan gadis yang di juluki kucing kecil itu semakin mundur dengan memasang tatapan waspada. Seakan-akan Edo adalah sekawanan perampok yang ingin menyerangnya.
"A-apa yang kau lakukan?!"
"Yang ingin ku lakukan sama seperti yang ada di pikiran mu saat ini." Edo semakin berjalan mendekat dengan seringai liciknya. Elma semakin waspada dibuat nya.
Jantung nya berdetak lebih cepat berkali-kali lipat, bahkan Elma menyangka jantung nya hampir keluar dari tubuhnya andai tidak ada tulang rusuk yang melindungi organ itu.
"A-aku tidak berpikir apapun." Elma mencoba mengelak perkataan Edo. Dengan kaki nya yang masih berjalan mundur, hingga beberapa langkah kemudian Elma tak bisa melangkah lagi karena punggung nya sudah membentur tembok.
"Mencoba menyangkal, hm?"
Saat ini Elma sudah tidak bisa berkutit karena tubuh nya sudah dikunci oleh Edo. Jari-jemari Edo bergerak mengelus wajah Elma dengan lembut, hembusan nafas nya yang tepat mengenai wajah berhasil membuat Elma merasa merinding geli.
Elma bahkan sampai menahan nafas, matanya ia pejamkan saat melihat wajah Edo sangat dekat dengan nya.
Perlahan namun pasti, bibir Edo mulai mendekat hingga tepat berada di depan bibir Elma namun belum saling menempel sedang hidung mereka sudah saling bersinggungan.
Elma yang merasakan wajah nya semakin memanas, mencoba membuka mata. Dan betapa kagetnya dia saat ternyata bibirnya hampir menempel pada bibir Edo. Karena saking terkejutnya, Elma reflek bergerak hingga akhirnya...
Cup
Bibir keduanya saling bersentuhan, tentu Edo tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia langsung melancarkan aksinya, hingga terjadilah pergulatan bibir yang tak bisa terelakkan.
Edo begitu agresif saat mencium Elma, bahkan si kucing kecil pun sampai kewalahan mengimbangi ciuman Edo. Tangan Edo sudah tak bisa dikondisikan lagi, dua tangan itu sudah menjalar kemana-mana sesuka hati dan sesuai insting nya.
Elma semakin merasakan tubuhnya dibuat menegang. Dia merasa ada sebuah dorongan dibawah sana dan terasa mengganggu jika tidak dikeluarkan karena terasa gatal tetapi tidak sembuh bila hanya digaruk, Elma menginginkan lebih.
Apalagi saat merasakan sentuhan Edo yang semakin lembut saat menyentuh beberapa bagian sensitif nya, benar-benar membuat Elma semakin tak karuan.
"Edo ...," Suara Elma sudah berubah menjadi suara menggelikan menurut nya. Saat ini Edo sudah menurunkan ciuman nya ke leher hingga Elma dapat berkata atau bahkan beteriak dengan bebas sesuka hati.
Pikiran nya ingin sekali melawan dan menyuruh Edo untuk mengehentikan ulah nya, tetapi tubuh nya tak bisa menolak. Dia bahkan bukan nya berteriak meminta berhenti, tetapi malah terus memanggil-manggil nama Edo.
"Enak, sayang?" Bisik Edo tepat di depan telinga nya. Hembusan nafas kedua insan itu saling tak beraturan. Elma pun dapat merasakan kalau Edo pun merasakan hal yang sama seperti dirinya.
Edo mengehentikan aksinya lalu menangkup wajah Elma mengarahkan pandangan nya agar menatap dirinya. Dua mata itu saling beradu dan pandangan kedua nya terlihat sayu, sama-sama saling menginginkan.
Elma yang tidak tahu akan tatapan Edo hanya bisa diam sembari menatap balik wajah Edo yang terlihat sangat merah dengan nafas masih terengah-engah.
"Apa aku boleh melakukan nya sekarang?"
Edo masih menatap lekat wajah Elma yang sangat malu karena ditanya seperti itu. Sebagai wanita normal, Elma tentu juga menginginkan lebih setelah sentuhan yang diberikan Edo. Tetapi akal sehat nya mencoba menghentikan kesenangan sesaat yang akan dilakukan nya, dia tak ingin nasib buruk yang menimpa Lea juga menimpa padanya.
"A-apa kau sedang bertanya?" Elma mencoba memberanikan diri bertanya.
"Ya, tentu saja." Sahut Edo cepat.
"A-apa aku boleh memilih?"
Elma menatap lekat bola mata Edo yang sedang menatap nya dengan tatapan seperti ... cinta? Tentu saja hal itu hanya lah prasangka Elma, karena mana mungkin Edo mencintai nya?
"Apa ku cabut saja pertanyaan ku?"
"Boleh kah kita menundanya dulu sampai aku siap?" Elma langsung berbicara cepat karena tak ingin penawaran Edo dibatalkan.
"Kau yakin?"
"Ya, aku sangat yakin."
"Tapi tubuh mu menginginkan lebih." Tandas Edo, karena memang itu lah kenyataan nya. Elma pun menginginkan lebih.
"Tapi aku belum siap." Elma berkata dengan wajah sedikit menunduk. Dia takut Edo akan kecewa.
"Baiklah, sekarang pakai pakaian mu. Kita akan ke rumah sakit." Edo sudah melepaskan Kungkungan nya dan sedikit menjauh dari posisi Elma.
Elma sedikit kaget dengan perkataan Edo, dia pikir laki-laki itu akan memaksa, nyata nya dia benar-benar mengabulkan keinginan nya.
"Kau tidak marah?" Elma memastikan wajah Edo yang terlihat biasa-biasa saja meski masih memerah.
"Apa kau ingin aku memaksa mu?" Edo bertanya balik dengan seringai licik di wajahnya.
"Ah! Tentu tidak!" Elma berkata cepat dengan kedua tangan yang kembali disilangkan di depan dada nya lalu berlari dari hadapannya.
Edo hanya terkekeh kecil melihat tingkah si kucing kecil yang manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Dewi Zahra
semangat kak
2023-01-12
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
edo sangat menghargai wanita
2022-09-07
0
Nurmayanti 🌽🍇
sabar tahan dulu y edoo
2022-09-04
1