Lea hanya bisa memejamkan mata mendengar semua penghinaan dari laki-laki yang sangat dibanggakan nya. Hatinya sangat perih, lebih perih dari luka yang menganga kemudian di siram air garam.
Tapi sebisa mungkin dia menguatkan hati agar bisa membujuk laki-laki yang ada dihadapan nya untuk menikahi nya. Bagaimana pun, anaknya butuh status yang jelas, dia tidak ingin anaknya terlahir tanpa adanya seorang ayah.
Tak mungkin juga, dia mencemarkan nama baik keluarga. Dia tak mungkin sanggup menghadapi Papi dan mami nya yang terus menatap benci pad nya.
"Kenapa kau tak bicara pada ku? Aku bisa melakukan apapun yang kau mau. Aku akan menuruti keinginan mu."
"Hahaha benarkah, sayang?
"Kalau begitu, mulai sekarang aku akan lebih agresif lagi, aku akan berinisiatif menyerang mu lebih dulu seperti yang kau ingin kan." Kata Lea dengan suara bergetar karena tangis yang tak kunjung berhenti.
Dia akan memohon pada laki-laki agar mau menikahi nya. Bahkan apapun yang diminta John, Lea akan mengabulkan. Itu lah keyakinan Lea.
"Hahaha benarkah kau ingin melakukan nya, sayang? Bukan kah biasanya saat kau ku suruh memimpin kau selalu berkata malu? Apa sekarang kau sangat takut aku meninggalkan mu hingga mengesampingkan rasa malu mu?" Tanya John dengan badan sedikit membungkuk mendekati wajah Lea untuk mensejajarkan tatapan nya. Mata nya memicing, menatap Lea dengan begitu arogan.
"Apa kau sungguh tak akan meninggalkan ku, jika aku menuruti kemauan mu?" Tanya Lea setelah memejamkan mata sejenak lalu mengambil nafas dalam-dalam. Suara nya seakan-akan tercekat di tenggorokan.
Sungguh, kali ini Lea benar-benar sudah menjadi seorang wanita mura-han. Menyodorkan tubuh nya pada laki-laki be-jad seperti John.
Andai dirinya sedang tidak mengandung, Lea tidak akan mungkin mengemis, menyodorkan tubuh nya pada laki-laki seperti nya.
"Ya, tentu saja. Aku akan terus memakai mu jika kamu dapat memuaskan ku."
Seringai tipis terbit dari wajah John sembari menatap Lea. Tatapan mata John seolah-olah begitu merendahkan tubuh Lea.
Lea sama sekali tak mengindahkan tatapan itu, dia tidak perduli jika memang di anggap sebagai wanita mura-han karena dia memang sudah tak memperdulikan harga diri nya.
Lea lebih memikirkan agar aib nya tak sampai mencoreng nama baik keluarga.
"Baiklah, Mari kita lakukan sekarang. Aku akan membuktikan seberapa bi-nal nya aku."
Lea melucuti seluruh kain yang melekat di tubuh nya, manik mata nya tak lepas menatap pria be-ji-ngan yang ada di hadapan nya.
Tak ada lagi air mata yang mengalir di pipi, seperti nya air mata nya sudah terlalu kering kebanyakan menangis sejak kemarin. Atau mungkin saja Lea memang sudah tak Sudi lagi menumpahkan air mata hanya untuk laki-laki ba ji ngan seperti nya.
"Wohoo!" John benar-benar bersorak-sorai melihat tubuh te lan jang Lea yang ada di depan nya. Dia menatap lapar pada tubuh itu tanpa kedip.
"Tubuh mu memang benar-benar indah, baby." John tak henti-hentinya mengagumi keindahan tubuh wanita di depan nya.
"Kau, cepat lah keluar dari kamar ini."
John sedikit membalikkan badan, lalu menatap perempuan yang sejak tadi bergulung di balik selimut untuk menyembunyikan tubuh polos nya dan memerintahkan nya keluar.
"Ck."
Wanita itu berdecak kesal, karena belum mendapatkan puncak kenikmatan harus merelakan untuk pergi dari kamar itu.
Setelah wanita itu keluar sembari menghentakkan kaki tanpa membungkus tubuh polos nya, kini tinggallah Lea dan John yang di dalam sana.
Jangan lupakan Elma yang sedari tadi melihat semua apa yang dilakukan orang-orang dewasa itu.
Dia menangis dalam diam sembari meringkuk di balik guci besar dekat pintu.
Elma tak bisa apa-apa, tubuh nya terlalu lah bila harus menghentikan kakak nya kali ini.
Yang dia lakukan hanya bisa mengawasi, selama laki-laki itu tak menyakiti fisik Lea, maka Elma tak akan muncul.
Dia sadar, tubuh nya masih terlalu kecil dibandingkan dengan tubuh kakak serta laki-laki itu. Dia tak mungkin kuat melawan mereka.
"Mari, lakukan tugas mu." Perintah John dengan terdengar sinis dan merendahkan.
Kali ini Elma benar-benar menyaksikan kebrutalan kakak nya dalam menyerang laki-laki itu.
Ah, tidak-tidak! Bukan menyerang, lebih tetap nya memuaskan hasrat laki-laki tak berguna seperti John.
Dengan begitu agresif, kakak nya benar-benar menjalankan tugas nya hingga dua orang itu saling menyatu.
Pintu itu memang tak ditutup kembali sehingga Elma dapat melihat dengan setiap gerakan-gerakan yang dilakukan dua manusia itu.
Elma benar-benar tak menyangka, kakak nya bisa melakukan hak terlarang. Padahal yang dilihat nya, kakak nya adalah orang baik Erta penurut. Tak disangkanya, kakaknya sudah terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Setelah menghabiskan waktu selama setengah jam lebih, dua manusia itu sepertinya sudah sangat kelelahan. Tubuh mereka ambruk di atas ranjang dengan keringat bercucuran di sekujur tubuh.
"Ada yang ingin ku sampaikan padamu." Lea bersandar di dada bidang John, dengan tangannya yang masih setia bermain-main di sana. Membuat John kembali menggeliat menahan geli.
"Apa yang ingin kau katakan, hm?"
Perkataan John kali ini sudah terdengar lembut tak seperti tadi. Tangannya masih terus bergerak-gerak memegang dua benda favorit Lea yang menurutnya sangat sin-tal dan berukuran lebih besar dari wanita-wanita lain yang pernah ditiduri.
"Aku ingin kau menikahi ku."
"What?! Are you crazy?!" Pekik John yang tanpa sadar membentak Lea kembali.
"Aku memang menerima mu sebagai kekasih ku, itupun jika kau bisa memuaskan hasrat ku setiap saat! Tapi bukan berarti aku harus menikah dengan mu! Karena aku tak sudi memiliki istri yang sudah tidak perawan dan sudah ku pakai berulang-ulang. Pasti sangat membosankan!"
Kata demi kata yang keluar dari tenggorokan John benar-benar seperti sayatan bagi Lea.
Seketika Lea bangkit dari ranjang lalu mengambil jarak di antara keduanya.
Bagaimana bisa? Orang yang sudah merenggut kesuciannya mengatakan seperti itu? Di mana otaknya??
Andai Lea dalam situasi memilih, tentu dia sudah memaki-maki John. Sayangnya itu tidak bisa dia lakukan, karena yang harus dilakukannya adalah mengemis belas kasihan pada laki-laki itu untuk dinikahi.
"Tapi aku hamil, John! Hamil anakmu!"
Lea berteriak keras, air mata yang dikiranya sudah habis ternyata masih bisa keluar lagi.
John memaku di tempat, dia terlihat shock mendengar perkataan Lea.
"Gugurkan saja! Aku tidak menginginkan nya!"
Duarr
Lea masih memaku, air mata itu tiba-tiba berhenti sendiri. seluruh persendian nya kaku untuk digerakkan. Tidak! Ini hanya mimpi!
Tidak mungkin tega berkata seperti itu. Lea mencoba menyadarkan tubuh nya, lalu pandangan matanya menatap ke arah John.
Ekspresi wajah John terlihat datar dan dingin, sedangkan mata nya menatap tajam Lea, memberi tekanan pada wanita itu untuk mematuhi perintah nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
⒋ⷨ͢⚤ alsavajulianaᏦ͢ᮉ᳟
sudah terlanjur hamil, dan kamu sudah mengetahui kebejatan nya, lantas buat apa di perjuangkan hanya untuk status pernikahan.lebih baik sakit sekali dari pada nanti menikah dan akan merasakan sakit setiap waktu
2022-12-12
1
○°▪︎Lia▪︎°○
tau banget rasanya, luka ke sirem air garam emang perih banget walaupun cuma sebentar rasanya. tapi luka yang di alami Lea pastinya lebih perih dan membekas rasanya
2022-10-18
0
uf fu
orang gila seperti John ini jangan di percaya omongan manis nya, nyesel kamu percaya dia terus menerus tapi hasilnya nihil juga
2022-10-16
0