Menantu pilihan

Juminten dan Ana menunggu dengan cemas didepan ruang operasi. Ya, Mirna di operasi pagi ini sesuai jadwal, sudah satu jam yang lalu wanita itu masuk ke dalam ruang operasi. Mayleen pun turut menemani mereka, ia duduk berhadapan bersama dengan Parman di bangku lain.

Dalam hatinya Juminten tak henti mengucap doa, untuk kelancaran operasi sang Ibu. Sangat besar harapan Juminten agar Mirna bisa sembuh. Meskipun tidak bisa sepenuhnya normal. Namun, dokter berkata akan ada kemajuan jika operasi sukses dan Mirna menjalani terapi rutin, meski akan memakan waktu yang lama.

Satu jam kemudian, lampu yang menyala di atas pintu padam, menandakan operasi telah selesai. Seorang perawat keluar, Juminten langsung bangkit dan menyongsong perawat itu.

"Bagaimana keadaan Ibu saya, Sus?" tanya Juminten dengan cemas.

"Operasi berjalan dengan baik, kamu bisa melihat pasien setelah dipindahkan ke kamar rawat," jawab perawat itu.

"Alhamdulillah." Juminten mengusap wajahnya dengan penuh syukur, Ana dan yang lain pun mengucapkan hamdallah atas operasi yang berjalan dengan baik.

Jum, Ana dan Mayleen menemani Mirna, setelah ia dipindahkan ke ruang rawat VIP. Mirna masih belum sadar karena efek obat bius yang masih tersisa.

Juminten duduk di samping brankar, dengan tangan yang menggenggam lembut, tangan Mirna yang dingin. Setelah cukup lama terpejam, akhirnya mata Mirna terbuka.

"Ibu, Ibu sudah sadar?"

"Mirna." Ana yang mendengar Juminten memanggil ibunya, segera melangkah mendekat.

"Aku akan memanggil dokter." Mayleen turut bangkit dari duduknya, ia mulai melangkah. Namun, Ana segera mencegahnya.

"Biar saya saja Nyonya," cegah Ana, ia segera mendahului langkah Mayleen.

Ana merasa tidak enak pada Mayleen, wanita itu sangat baik. Terlalu baik malah, ia sudah membiayai semua pengobatan Mirna, dia juga menyewa pengacara terbaik untuk Dimas. Entah bagaimana dia fan Juminten bisa membalas semua kebaikan itu.

Mayleen berjalan mendekat, dan berdiri di samping Juminten. Mata Mirna mulai mengerjap pelan, sedikit mengarahkan kepalanya kesamping agar bisa melihat Juminten. Selain putri bungsunya, Mirna menangkap sosok lain yang ia kenal, Mayleen.

Mata Mirna berkaca-kaca saat melihat wajah Mayleen, bola mata Mirna terus bergerak, seolah ingin mengatakan sesuatu. Mayleen tersenyum, ia memegang bahu wanita itu.

"Apa kabarmu Mirna? lama tidak bertemu," sapa Mayleen dengan ramah.

Mirna terlihat berusaha mengerakkan bibirnya, bila matanya terus menatap Mayleen dengan sorot mata yang sulit diartikan.

"Tenanglah Mirna, aku akan terus ada di sini. Kita bisa bicara pelan-pelan saat kau sudah sembuh nanti," mendengar ucapan Mayleen Mirna mengedipkan matanya pelan. Tanda mengiyakan apa yang ia dengar, Mirna kembali tenang, mata sayunya terus menatap wajah Mayleen.

Juminten melihat itu, ia belum pernah melihat ibunya melihat seseorang seperti itu selain saat melihat foto Ayah dan kakaknya yang telah meninggal. Sebuah sorot penuh rindu, Juminten merasa senang ibunya bisa bertemu seseorang yang ia kenal, mungkin dengan begini dia termotivasi untuk bisa sembuh.

"Ibu, apa ibu ingin sesuatu?" tanya Juminten, ia menyeka sudut matanya yang mulai berair.

Tatapan Mirna beralih pada anak gadisnya, ia mengedipkan matanya dengan seulas senyuman yang sangat tipis

Tak lama dokter datang dan memeriksa keadaan Mirna, dokter mengatakan Mirna dalam keadaan yang sangat baik. Setelah tiga hari dia bisa pulang dan mengikuti terapi rutin untuk memulihkan kondisi tubuhnya.

Juminten sangat bersyukur karena semua berjalan dengan baik, begitu juga dengan Dimas. Wisnu memberi tahu Mayleen kalau masa hukuman Dimas bisa dikurangi.

💛💚💜

Mayleen mengajak Juminten untuk menemaninya makan malam, sedari sore Juminten sudah diajak Mayleen untuk belanja di Mall.

"Nyonya apa ini tidak terlalu mahal?" tanya Juminten, wanita muda itu berdiri di depan kaca besar. Dia memakai dress berwarna putih selutut yang sangat cantik.

"Nggak, kamu cantik pake itu, dan aku bilang apa sama kamu. Berhenti memanggilku Nyonya." Juminten hanya tersenyum kikuk, mendengar perkataan Mayleen.

Memang mudah mengucapkan itu, tapi Juminten merasa tidak pantas memanggil Mayleen dengan sebutan Mama.

"Mbak, tolong bungkus semua baju yang yang saya pilih tadi," ucap Mayleen pada penjaga outlet baju dengan brand ternama itu.

Mata Juminten terbelalak, baju yang dipilih Mayleen semuanya berharga lebih dari satu juta rupiah, saat Juminten melihat harganya tadi, matanya sempat hampir lepas saking kagetnya.

"Baik, Nyonya." Pelayan itu segera melakukan yang diinginkan pelanggannya.

"Nyonya, ini berlebihan. Saya tidak akan sanggup membayar semua ini. Lagi pula saya tidak butuh baju-baju seperti ini," Juminten berkata dengan raut wajah yang takut, seumur hidupnya Juminten belum pernah memakai baju semahal ini.

"Sudah ayo, jangan menolak lagi. Kau sudah berjanji untuk menuruti semua keinginanku," kekeh Mayleen.

Juminten pun tak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa menuruti semua yang ingin Mayleen lakukan padanya. Mereka keluar dari outlet branded itu, pergi ke lantai tiga tempat spa dan salon.

"Mbak, make over dia secantik mungkin," ujar Mayleen setelah mereka memasuki salon.

"Baik Nyonya."

Juminten lagi-lagi hanya bisa pasrah saja, para pegawai salon mulai mempermak Juminten, dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.

Di sebuah restoran chinese ternama, di sebuah ruangan VIP. Sepasang sejoli sedang menunggu kedatangan seseorang, seseorang yang sangat penting untuk kelangsungan hubungan mereka.

"Kok Mama kamu belum datang juga sih, Babe?" tanya Jessy manja, dia terus saja merengek karena terlalu lama menunggu.

"Sabar Honey, Tunggu sebentar lagi. Mama sudah mau bertemu denganmu setelah sekian lama, sabar ya." Pria itu mengecup punggung tangan Jessy.

"Iya deh sabar," sahutnya dengan malas.

Pintu dibuka oleh dua orang pelayan restoran. Dua orang wanita cantik yang berbeda usia masuk ke ruang VIP itu.

"Mama." Pria muda bermata sipit segera bangkit menyambut Mayleen. Sang kekasih pun mengikutinya.

Dylan meraih tangan sang Mama lalu menciumnya takzim.

"Tante," sapa Jessy dengan senyum paling manis yang ia punya.

"Hem," Mayleen hanya menanggapinya dengan dingin.

Dylan memicingkan matanya, ia merasa mengenal gadis yang datang bersama mamanya itu.

"Ehem, pegel ya berdiri terus," sindir Mayleen, ia tersenyum melihat Dylan yang memperhatikan Juminten.

"Eh ... Iya Ma," jawab Dylan gelagapan. Jessy sudah mencebikan bibirnya, menyadari Dylan memperhatikan wanita lain.

Mereka pun duduk dan menikmati makan malam dengan hening, tak ada banyak pembicaraan. Apalagi Juminten, gadis itu terus saja menundukkan kepalanya.

"Ma, Dylan pengen ngomong sesuatu sama Mama."

"Ngomong aja," sahut Mayleen santai.

Dylan menggenggam tangan Jessy, menatap sang kekasih dengan penuh cinta.

"Dylan sama Jessy sudah sepakat akan bertunangan bulan depan, Mama setuju kan?" tanya Dylan penuh harap.

Mata Jessy berbinar, ia merasa sangat bahagia. Namun, juga gugup, ia tahu Mayleen belum menerima hubungan mereka.

"Oh ... mau tunangan," beo Mayleen.

"Iya Ma."

"Sepertinya tidak bisa bulan depan," ucap Mayleen. Wanita itu dengan anggun mengambil selembar tisu untuk membersihkan bibirnya.

"Lalu kapan menurut Mama? apa Minggu depan?" tanya Dylan penuh semangat, dari perkataan Mayleen Dylan menangkap sinyal-sinyal persetujuan dari sang Mama.

"Minggu depan juga tidak bisa. Begini, Minggu depan ada lamaran dan Bulan depan acara pernikahannya," ucap Mayleen menjelaskan dengan senyum ramah.

"Lamaran? Menikah? tapi Ma, Dylan sama Jessy belum siap. Apalagi karir Jessy sedang naik daun, pernikahan pasti akan menganggu karirnya."

Jessy sangat terkejut dengan rencana Mayleen. Namun, ia sangat bahagia. Ternyata Calon mertuanya menerima dia dengan baik. Dylan pun sama, ia merasa sangat bahagia karena Mamanya bisa menerima cintanya pada Jessy.

"Yang bilang kamu sama dia siapa?"

"Lalu?" tanya Dylan bingung.

"Mama mau kamu mau menikah dengan dia. Menantu pilihan mama satu-satunya." Mayleen menepuk pundak Juminten.

Gadis itu mendongakkan kepalanya seketika, matanya membeliak lebar mendengar ucapan Mayleen.

"Apa?!" pekik Dylan dan Juminten bersamaan.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

surprise bener2 ya Jess😉

2023-02-23

0

Rini Haerani

Rini Haerani

Duh kaget

2022-09-29

0

Nur Adam

Nur Adam

lnjur

2022-07-27

2

lihat semua
Episodes
1 Goresan Cinta.
2 Keinginan Dimas
3 Familiar
4 Gigitan sayang
5 4 Juta
6 Keinginan Mirna
7 Pertemuan kedua
8 Firasat
9 kritis
10 Tamu tak terduga
11 percepatan rencana
12 Menantu pilihan
13 Perdebatan
14 Terpaksa
15 Penawaran Dylan
16 Merajuk
17 Hampir
18 Izin Jessica
19 Bertemu Jessica
20 Tanda tangan
21 Cantik
22 Terpesona
23 Mendadak sah
24 Sendiri
25 Jawaban
26 Hadiah
27 Maling cilok
28 ke pasar
29 Fobia
30 Perhatian Mayleen
31 Gagal
32 Sebagai Teman
33 Di percepat
34 Pesta
35 Bali
36 Pantai
37 Heru Prasetyo
38 Pulang
39 Terpaksa
40 Makan siang
41 Gol ..!!!!!
42 Pusing
43 Bibit premium Lho!
44 Apa mau mu?
45 Kukang
46 Kembali berdua
47 Meleset
48 Makan siang bersama
49 Sakit
50 Bodoh
51 Bertemu
52 Pulang
53 Bukan
54 Ke rumah Mama
55 Konferensi pers
56 kesempatan
57 Saran
58 Waspada
59 Kanda
60 Penasaran
61 Mari berpisah
62 Tak bisa bersama
63 Belum saatnya
64 Aku mencintaimu
65 Manjat
66 Bahagia
67 Wo ai Ni, season 2
68 Bab 2
69 Bab 3
70 Bab 4
71 Bab 5
72 Bab 6
73 Bab 7
74 Bab 8
75 Bab 9
76 Bab 10
77 Bab 11
78 Bab 12
79 Bab 13
80 Bab 14
81 Bab 15
82 Bab 16
83 Bab 17
84 Bab 18
85 Bab 19
86 Bab 20
87 Bab 21
88 Bab 22
89 Bab 23
90 Bab 24
91 Bab 25
92 Bab 26
93 Bab 27
94 Bab 28
95 Bab 29
96 Bab 30
97 Bab 31
98 Bab 32
99 Bab 33
100 Bab 34
101 Bab 35
102 Bab 36
103 Bab 37
104 Bab 38
105 Bab 39
106 Bab 40
107 Bab 41
108 Bab 42
109 Bab 43
110 Bab 44
111 Bab 45
112 Bab 46
113 Bab 47
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Goresan Cinta.
2
Keinginan Dimas
3
Familiar
4
Gigitan sayang
5
4 Juta
6
Keinginan Mirna
7
Pertemuan kedua
8
Firasat
9
kritis
10
Tamu tak terduga
11
percepatan rencana
12
Menantu pilihan
13
Perdebatan
14
Terpaksa
15
Penawaran Dylan
16
Merajuk
17
Hampir
18
Izin Jessica
19
Bertemu Jessica
20
Tanda tangan
21
Cantik
22
Terpesona
23
Mendadak sah
24
Sendiri
25
Jawaban
26
Hadiah
27
Maling cilok
28
ke pasar
29
Fobia
30
Perhatian Mayleen
31
Gagal
32
Sebagai Teman
33
Di percepat
34
Pesta
35
Bali
36
Pantai
37
Heru Prasetyo
38
Pulang
39
Terpaksa
40
Makan siang
41
Gol ..!!!!!
42
Pusing
43
Bibit premium Lho!
44
Apa mau mu?
45
Kukang
46
Kembali berdua
47
Meleset
48
Makan siang bersama
49
Sakit
50
Bodoh
51
Bertemu
52
Pulang
53
Bukan
54
Ke rumah Mama
55
Konferensi pers
56
kesempatan
57
Saran
58
Waspada
59
Kanda
60
Penasaran
61
Mari berpisah
62
Tak bisa bersama
63
Belum saatnya
64
Aku mencintaimu
65
Manjat
66
Bahagia
67
Wo ai Ni, season 2
68
Bab 2
69
Bab 3
70
Bab 4
71
Bab 5
72
Bab 6
73
Bab 7
74
Bab 8
75
Bab 9
76
Bab 10
77
Bab 11
78
Bab 12
79
Bab 13
80
Bab 14
81
Bab 15
82
Bab 16
83
Bab 17
84
Bab 18
85
Bab 19
86
Bab 20
87
Bab 21
88
Bab 22
89
Bab 23
90
Bab 24
91
Bab 25
92
Bab 26
93
Bab 27
94
Bab 28
95
Bab 29
96
Bab 30
97
Bab 31
98
Bab 32
99
Bab 33
100
Bab 34
101
Bab 35
102
Bab 36
103
Bab 37
104
Bab 38
105
Bab 39
106
Bab 40
107
Bab 41
108
Bab 42
109
Bab 43
110
Bab 44
111
Bab 45
112
Bab 46
113
Bab 47

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!