Juminten segera menenggak lemon tea yang baru saja diletakkan, haus setelah naik angkot. Belum lagi, ia masih harus jalan kaki untuk menemukan kafe mewah ini.
Apalagi setelah melihat angka yang tertera di kwitansi pembayaran yang diberikan Raka, tenggorokan Juminten menjadi semakin kering.
"Emh ... Tuan, bisakah saya meminta keringanan, saya hanya bisa membayar 500 ribu saja. Sisanya saya akan mencicil." Juminten meremas jari-jari yang saling bertautan diatas paha.
Raka menghela nafas panjang, ia merasa kasihan pada gadis yang duduk di hadapannya itu. Uang empat juta bukan apa-apa untuk atasannya, tetapi tetap saja Raka tidak bisa memutuskan sendiri. Apalagi mobil yang lecet adalah mobil kesayangan Dylan.
"Maaf Nona Jum, saya tidak bisa memutuskan untuk itu. Keputusan sepenuhnya ada di tangan Tuan saya," ujar Raka dengan menyesal.
"Kalau begitu kapan saya bertemu dengan Tuan Anda. Pak?" tanya Juminten dengan penuh harap.
"Sebentar lagi, beliau masih ada meeting di ruang VIP, dan tolong jangan panggil saya Pak. Nama saya Raka."
Juminten mengangguk. "Baik, Raka."
Setelah setengah jam menunggu, Raka pun mendapat pesan dari Dylan untuk membawa Juminten bertemu dengannya.
"Mari Nona, Tuan saya sudah selesai meeting." Raka berdiri, sambil menyimpan ponsel kembali ke saku jas.
"Panggil saja saya Jum, Juminten. Jangan Nona, saya hanya orang biasa," ujar Juminten yang di sambut senyuman oleh Raka.
Raka melangkah ke ruang VIP yang ada di lantai dua kafe itu, sepanjang jalan Juminten hanya diam mengekor dibelakang Raka. Dalam hati, Juminten terus berdoa, semoga atasan Raka adalah orang yang mempunyai belas kasih dan lapang dada.
"Ayo," ajak Raka. Lift sudah berhenti, tetapi Juminten masih diam melamun.
"Eh ...Iya." Saking khusuknya berdoa dalam hati, Juminten sampai tidak sadar Raka sudah berjalan keluar lift.
Juminten mempercepat langkahnya menyusul Raka. Mereka pun sampai di depan sebuah ruangan, Raka memutar knop pintu kemudian mendorongnya perlahan.
"Tuan," Raka menunduk hormat.
"Hem." Pria bermata sipit itu menjawab tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel.
Berbeda dengan Juminten, gadis itu menatap tak percaya melihat sosok yang duduk di sofa itu. Pria sombong yang tidak pernah ia ingin temui lagi selama hidupnya.
"Ya Allah, kenapa kau pertemukan aku dengannya lagi," keluh Juminten dalam hati.
"Nona Jum sudah saya bawa kemari," lapor Raka.
Dylan menghela nafas, ia mematikan ponsel kemudian meletakkannya di meja. Dylan menoleh, mata sipitnya membeliak melihat gadis bertopi merah yang sedang tersenyum kaku padanya.
"Kau! Raka apa yang dekil ini lakukan di sini?!"
"Dekil? Maaf ya, saya sudah mandi, keramas, pake minyak wangi, deodorant. Dekil dari mana, kalau tidak percaya coba cium, hem ...hem... wangi kan!" Juminten membuka keteknya dan mengarahkannya tepat di wajah Dylan.
Dylan mendorong tubuh Juminten menjauh, geram sekaligus jijik. Belum pernah ada seorang yang begitu kurang ajar seperti ini pada Dylan sebelumnya. Raka yang melihat tingkah Juminten hanya bisa menahan tawa.
"Raka, jauhkan dia dariku!"
"Nona, silahkan Anda duduk." Raka, sedikit menarik lengan Juminten, mengarahkannya duduk di sofa yang berhadapan dengan Dylan.
Dylan melonggarkan dasinya, tiba-tiba saja ruangan itu terasa gerah karena kedatangan Juminten. Juminten memonyongkan bibirnya, kesal. Itu yang gadis itu rasakan, kepada dunia begitu sempit? hingga dia harus bertemu dengan panda sipit nan sombong ini lagi.
"Ehm .... Terus bagaimana?" Tanya Dylan setelah cukup tenang.
"Bagaimana apa?" jawab Juminten masih dengan ketus.
"Tanggung jawab kamu pada mobil saya, apa lagi! Jangan coba berkilah atau mangkir dari masalah ini!"
Juminten memelototkan matanya, ia baru sadar kalau dia ingin bernegosiasi dengan pria ini perihal uang ganti rugi. Juminten segera memasang wajah ramah dengan senyum khas iklan pasta gigi, cerah bersinar.
"Apa?!" Dylan merasakan ada maksud tertentu dibalik, perubahan wajah Juminten.
"Tuan .... Pak Raka, ini dia Tuan siapa?" tanya Juminten lirih, dengan sedikit mencondongkan tubuhnya pada Raka yang berdiri antara dua dan Dylan.
Dylan berdecak kesal, kenapa wanita itu tidak langsung saja bertanya padanya? Baru saja Raka akan menjawab pertanyaan Juminten, tetapi..
"Dylan Li, ingat itu. Namaku Dylan," potong Dylan dengan percaya diri sambil membenarkan jasnya.
"O Tuan Dylan. Nama yang bagus, saya yakin Anda adalah orang yang baik, bijaksana, dermawan dan tidak sombong," puji Juminten.
"Apa yang kau katakan benar, tapi kurang satu. Selain itu aku juga sangat tampan," imbuh Dylan sambil menyunggar rambutnya kebelakang.
Juminten melengos, tetapi dengan segera di kembali melihat Dylan dengan wajah memuja.
"Benar-benar Tuan Dylan sangat tampan."
"Hemp, aku tahu itu."
Astaghfirullah, ampunilah hamba karena berbohong ya Allah.
Melihat wajah puas Dylan dengan semua pujian yang Juminten ucapkan, gadis itu pun memberanikan diri untuk membahas topik utama pertemuan mereka.
"Tuan, em ... Begini, uang saya sekarang tidak cukup untuk membayar perbaikan mobil Anda. Bisakah Anda memberikan saya sedikit waktu?"
Wajah Dylan seketika berubah. Ia menatap tajam pada Juminten.
"Apa? Kau mau minta waktu?!" Juminten menjawabnya dengan anggukan.
"Berapa lama? Seminggu, sebulan, dua bulan atau setahun. Apa kau pikir aku bodoh? kau mau lari dari tanggung jawab setelah merusak mobilku kan. Aku kira kau berbeda dari kebanyakan orang, ternyata sama saja, penipu," cibir Dylan dengan tatapan meremehkan.
Juminten mengambil nafas dalam, dia berusaha untuk sabar mendengarkan hinaan dari Dylan. Raka yang melihat Juminten sebenarnya merasa tidak tega, tetapi ia juga tidak bisa berbuat banyak.
"Saya tidak pernah ingin lari dari tanggung jawab saya, saya hanya meminta sedikit waktu!" tegas Juminten.
"Dari hari kau membuat goresan di mobilku, aku sudah memberikanmu waktu. Dua minggu, aku rasa itu lebih dari cukup!"
Juminten diam, apa yang dikatakan manusia bernama Dylan itu memang benar, akan tetapi mana Juminten tahu kalau dia akan meminta ganti rugi sebanyak itu.
"Iya saya tahu, tapi saya tidak pernah berpikir kalau biaya perbaikan cat mobil Anda akan semahal itu. Harga cat kayu dan besi di toko bangunan saja cuma puluhan ribu, mana saya tahu bisa sampai jutaan seperti ini," sahut Juminten enteng.
"Cat kayu dan besi? kau pikir mobilku apa, heh!?"
"Ya, kan mobil Tuan dari besi juga, kirain sama."
Dylan hanya bisa menjambak rambut frustasi. Bagaimana bisa dia bertemu dengan wanita sekatrok dan semenyebalkan ini.
"Kau mau waktu sampai kapan?"
"Beneran boleh?"
"Cepat! aku tidak punya waktu untuk wanita gila seperti kamu!"
Juminten mendelik tajam, tapi tak apalah dibilang gila yang penting boleh dicicil tuh 4 juta.
"Begini, saya punya uang 500 ribu sekarang. Sisanya akan saya angsuran tiap bulan depan jumlah yang sama, Bagaimana?"
"Sudahlah terserah. Raka buatkan surat perjanjian untuk ini, aku mau pulang. Pusing." Dylan mengangkat bokongnya dari sofa.
"Baik Tuan."
"Kalau Tuan Dylan pusing, bagaimana kalau sisanya di sedekahkan saja Tuan, kan Tuan sudah kaya."
"Jangan harap!" Dylan menatap tajam pada Juminten yang menyengir kuda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Bzaa
jgn kasar2 ntar jdi bucin lhooioo
2023-02-22
0
Unyil_unyu
nanti jg bucin,....tp yg gw sayangkan namanya juminten lbh keren ibunya .....mbok ya agak di bagusin dikit thor, atau gk nama ibunya ganti sukini atau Suketi....kan pas ..😂
2023-01-07
0
Rini Haerani
Sombong amat
2022-09-28
0