Baru saja Almaira berjalan beberapa langkah. Namun langkahnya terhenti dengan seketika, karena Ibu Hilma malah memanggil dirinya.
Almaira berbalik menghampiri Ibu Hilma yang masih berbaring lemas di atas tempat tidur pasien.
"Dokter, bisa tunggu disini dulu sebentar." Ibu Hilma menyuruhnya untuk tetap berada di ruangannya.
Almaira mengangguk dengan berkata, "iya bisa bu, ada apa ya?" tanya Almaira, penasaran.
"Duduklah dulu disini," pinta Ibu Hilma pada Almaira.
Almaira menuruti kemauan Ibu Hilma,
untuk duduk di sebuah kursi yang terdapat dekat tempat tidur Ibu Hilma.
"Dokter terimakasih ya karena telah membatu saya untuk sembuh, meski begitu. Mungkin usia saya sudah tidak lama lagi," ucap Ibu Hilma, berterimakasih kepada Almaira.
"Ibu jangan bicara begitu, Alvian tidak suka. Ibu pasti akan panjang umur," cerca Alvian yang tidak terima dengan penuturan ibunya.
"Alvian, ibu lagi bicara dengan dokter. Tolong hargai," ucap ibu Hilma tegas.
"Tidak apa-apa bu, silahkan dilanjutkan kembali." Almaira melerai pertengkaran yang akan terjadi di antara ibu dan anak tersebut.
Ibu Hilma mengangguk pelan dengan melanjutkan kembali ucapannya sembari menggenggam kedua tangan putranya.
"Alvian ibu ingin melihat kamu menikah, sebelum ibu meninggalkan dunia ini," pinta Ibu Hilma kepada putranya.
Tiba-tiba Alvian terperangah kaget setelah mendengarkan permintaan ibunya barusan. "Ibu jangan bicara begitu, Alvian yakin ibu pasti akan sembuh dan bisa melihat Alvian menikah nanti," balas Alvian soraya memberikan semangat kepada ibunya.
"Bukan nanti, ibu inginnya kamu menikah besok!" tegas Ibu Hilma yang langsung menyangkalnya.
Alvian terlihat kaget dengan penuturan ibunya barusan. "Besok, dengan siapa bu?" tanyanya dengan keheranan.
"Dokter ini, Dokter Almaira! Pilihan ibu." Ibu Hilma menunjuk Almaira sambil memegang tangannya.
Seketika Almaira membulatkan kedua matanya setelah mendengarkan ucapan Ibu Hilma yang merupakan pasiennya sendiri.
"Mana bisa bu, Alvian saja tidak mengenalnya. Mana mungkin Alvian bisa menikahinya," ujar Alvian yang terlihat tidak menerima permintaan ibunya itu.
"Ini mungkin permintaan ibu yang terakhir kalinya ibu minta kepada mu. Ibu mohon tolong penuhi kemauan ibu," pinta Ibu Hilma kepada Alvian.
Terlihat ibu Hilma nampak sedih menatap putranya. Sedangkan Alvian paling tidak bisa melihat ibunya bersedih, tanpa berpikir panjang Alvian langsung mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya.
"Baiklah, Alvian akan turuti kemauan ibu." Dengan berat hati, Alvian menuruti kemauan ibunya.
"Terimakasih nak karena sudah bersedia memenuhi kemauan ibu."
Sekarang ibu Hilma beralih menatap wajah Almaira sambil menggenggam kedua tangannya "Dokter Almaira, apa dokter bersedia menikah dengan putra saya Alvian?" pintanya kepada Almaira.
Almaira tidak bisa menjawab apapun dan memilih diam karena sekarang ia sedang berada dalam keadaan yang sangat sulit. Mana bisa Almaira menerima begitu saja lamaran dadakan itu, sedangkan orang tuanya saja tidak mengetahuinya, Almaira mulai berpikir begitu.
"Maaf ibu, saya tidak bisa memberikan jawabanya sekarang. Saya perlu waktu untuk membicarakannya dengan kedua orang tua saya," ucap Almaira dengan lembut, tanpa menunjukkan penolakan sedikitpun.
"Baiklah. Ibu akan tunggu jawaban darimu besok ya. Jika nanti Dokter Almaira menerima lamaran anak saya, tolong bawa juga orang tuamu kesini besok," ujar ibu Hilma soraya memberi waktu untuk Almaira menjawabnya.
Almaira pun mengangguk pelan, dan pandangannya seketika tertuju pada sebuah jam yang menunjukkan sudah pukul satu malam.
Almaira bergegas untuk segera pulang karena melihat waktu mulai larut malam, pasti orang tuanya sudah mengkhawatir kan dirinya di rumah.
Dengan begitu Almaira langsung berpamitan kepada ibu Hilma dan Alvian. "Ibu maafkan Almaira karena tidak bisa terlalu lama disini, dikarenakan sudah larut malam. Saya diminta Ummi saya untuk pulang jangan terlalu malam," tutur Almaira, memberi penjelasan.
"Baiklah dok, Dokter Almaira bisa pulang sekarang. Lagian ada Alvian yang menjaga ibu disini," ucap ibu Hilma menatap putranya.
"Terimakasih ya bu," ucap Almaira dengan tersenyum lembut.
Almaira menyalami tangan Ibu Hilma dan bergegas keluar ruangan tersebut. Tanpa lupa mengucapkan salam terlebih dahulu. "Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumsalam warahmatullaahi wabarokatu."
***
Dalam waktu setengah jam, Almaira telah sampai di rumahnya karena jarak rumah sakit dengan rumah Almaira tidak terlalu jauh.
"Assalamualaikum," ucap Almaira memberi salam, di kala memasuki rumahnya.
"Wa'alaikumsalam warahmatullaahi wabarokatu," jawab Ummi dan Abi.
Lantas Almaira bergegas menghampiri kedua orang tuanya, sambil menyalami tangan keduanya.
"Almaira gimana lancar operasinya," tanya Abi Zaenal kepada putrinya.
"Alhamdulillah lancar, Bi," jawab Almaira soraya tersenyum manis.
Niat Almaira ingin membicarakan soal tadi di rumah sakit, tapi Almaira malah mengurungkan niatnya. Melihat situasi tidak memungkinkan, disebabkan sudah terlalu malam maka Almaira memilih besok saja memberitahukannya kepada seluruh keluarganya.
Abi Zaenal merupakan seorang ustaz dan, mempunyai sebuah pesantren yang lumayan besar untuk dihuni para santri dan santriwati.
Di situ Almaira di ajarkan banyak ajaran-ajaran Islam, sehingga membuat dirinya tumbuh dengan penuh didikan yang baik dari Abi dan juga Umminya.
Oleh sebab itu, Almaira takut untuk memberitahukan kepada Abi dan Umminya, bahwa ada seseorang yang melamar dirinya secara mendadak dan ingin menikahi dirinya besok.
Apalagi Almaira adalah putri kesayangan Abi Zaenal. Mana mungkin Abinya bisa menerima lamaran dadakan tersebut, dalam waktu yang sangat singkat. Sedangkan Alvian juga bukan seorang ustaz ataupun hafiz, bagaimanapun Abi Zaenal pasti menginginkan yang terbaik untuk putri kesayangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Neulis Saja
next
2023-02-12
1
Rizki Al-Mubarok
Hidup dan mati hanya Alloh yang mengetahui, karena maut tidak memandang fisik atau usia.
2022-10-05
2
Ainisha_Shanti
jangan2 ibu Hilma dah lama kenal dan memerhatikan Almaira selama ni. so dengan mudahnya dia melamar Almaira buat Alvian.
2022-09-25
2