Setelah perdebatan yang cukup panjang. akhirnya Nana memutuskan untuk ikut ke kota tanpa membawa apa-apa! ia hanya membawa tanda pengenal saja dan baju sederhana yang di kenakan.
Di dalam mobil yang mewah itu tidak ada yang berbicara, mereka diam sibuk dengan pikiran masing-masing..
Nana duduk bersebelahan dengan Tuan Ari, sedangkan Sekertaris Jaka duduk di depan bersebelahan dengan supir, lagi lagi Nana di buat takjub dengan mobil itu. ini ke dua kalinya Nana naik mobil Mewah milik Ari.
Tuan ini benar-benar orang kaya, lihat saja Pakaian yang dia pakai sangat rapih. tubuhnya juga bagus, *dan kulitnya begitu terawat. Lihat itu rambutnya. wow, bagus sekali aku tidak bisa berbohong kalau Tuan ini sangat tampan.
kagum hati Nana dengan segala pujian bodohnya*.
Nana terus memperhatikan Ari, sedangkan orang yang di tatap seolah acuh dan tidak peduli karena bule tampan itu terlalu fokus dengan benda di hadapannya.
Ya, Tuan Ari sibuk sendiri dengan handphonenya dan seolah lupa kalau di sebelahnya ada seseorang yang terus memandanginya tanpa berkedip.
Ketika Nana sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba dirinya teringat kalau ia belum tau Nama orang yang ada di sebelahnya. dengan percaya diri ia mulai bersuara.
"Em, Tuan Maaf, sedari tadi kita sudah berbicara panjang lebar. tapi saya belum tau siapa nama Tuan."? ucap Nana dengan hati-hati.
"Panggil aku, Ari." sahutnya singkat. "Jangan berisik dan jangan bicara lagi. aku sedang sibuk." Tambahnya ketus.
Nana mengangguk patuh disertai senyuman canggung "Maaf, Tuan"
Dia benar-benar menyebalkan. Apa semua orang kota sikapnya seperti dia? kalau aku sudah sampai di kota itu pasti akan banyak orang sombong lainnya. batin Nana kesal kemudian Nana mulai bersandar dengan menutup mata sipitnya.
Cukup lama keduanya diam sampai Nana merasa tidak nyaman, ia kembali melirik Ari yang masih sibuk. "Em. Tuan, nama saya Nana amalia." ucap Nana percaya diri.
"Mm." sahut Ari tidak perduli, ia bahkan tidak bergerak tau sekedar melirik Nana.
Apa!! Dia bahkan tidak perduli. ya Tuhan, kenapa engkau menciptakan orang seperti Tuan ini, makan apa dia! kenapa dia sangat sombong. batin Nana kesal, ingin rasanya ia memukul wajah Ari untuk mencari perhatian tapi itu bukan ide yang bagus.
Cukup lama mobil itu melaju menebus kota X sampai akhirnya. mobil yang membawa Ari Nana dan Sekertaris Jaka sudah sampai di Landasan, Nana yang tengah asik bersantai di alam mimpi dengan cepat tersadar ketika suara asing membangun tidurnya.
Perlahan Nana memperbaiki posisi duduknya, lalu ia mulai mengucek matanya. "Apa kita sudah sampai.?" Tanya Nana pelan karena ia masih mengumpulkan kesadaran nya.
"Belum, kita akan naik Jet untuk ke kota karena tidak mungkin ke kota dengan naik mobil, itu akan menghabiskan waktu ku." Seperti biasa Ari akan menjawab dengan nada suara tidak enak untuk di dengar.
Nana yang mendengar akan naik pesawat di buat terkejut, karena ia belum pernah naik benda terbang itu dalam riwayat hidupnya. "Na-naik Pesawat!" tanya Nana gugup. ia bahkan sudah tidak mengantuk lagi.
"Ya, cepatlah turun kau banyak sekali bertanya. bosan aku mendengarnya, diam
dan ikutin saja." Sahut Ari setengah membentak. setelahnya ia berjalan meninggalkan Nana yang masih duduk seperti orang bodoh.
Ini,' kan pertama kalinya aku naik benda terbang, tapi Tuan itu benar-benar menyebalkan. dengan perempuan pun dia sangat kasar. batin Nana marah dan ragu-ragu ia mulai keluar dari dalam mobil mengikuti langkah sekertaris Jaka.
Nana mematung ketika ia masuk ke dalam Jet yang sangat mewah. terlihat berkelas dan menakjubkan ini adalah momen langka yang di rasakan. perlahan ia duduk di atas kursi yang di balut karet berkualitas tinggi itu gugup, tanpa sadar Nana terus mengagumi keindahan interior Jet milik Ari, sampai itu berlangsung benda yang ia sebut sebagai capung raksasa itu kini tengah mengudara meninggalkan Kota X menuju kota besar A.
"Nona, apa anda butuh sesuatu.?" Tanya Sekertaris Jaka yang baru saja datang.
Nana mendangah untuk melihat Sekertaris Jaka. "Tidak, Tuan. terimakasih, Saya hanya ingin tidur saja."
Jaka mengangguk pelan "Baiklah, Nona, kalau ada apa-apa tinggal tekan Tombol yang ada di samping Nona. dan saya minta jangan panggil saya Tuan! panggil saja saya Jaka." Pinta Jaka sopan.
Nana menatap Jaka lekat, seolah tidak percaya kalau pria yang saat ini berdiri di depannya ingin di panggil dengan sebutan nama saja, terasa lain dari sikap pria yang duduk di belakang kursinya, perlahan kepala Nana menggeleng "Tapi Tuan. itu sangat tidak sopan, bagaimana kalau saya panggil Sekertaris Jaka saja, bagaimana.?"
Jaka kembali mengangguk. "Terserah anda saja, Nona."
"Bisakah kalian diam, aku sedang istirahat mengganggu saja." Suara cukup memekik itu mengakibatkan Jaka dan Nana diam sejenak.
Tuan itu menyebalkan sekali. seandainya sikap ya seperti Sekertaris Jaka mungkin aku...astaga, Nana apa yang kamu pikirkan...
Jaka menggeser tubuhnya lalu ia membungkuk. "Baik, Tuan. silahkan lanjutkan istirahatnya." ucap Jaka tidak enak.
Ari tidak memberi jawaban ia hanya asik menutup mata.sambil menggerutu tak jelas.
Jaka membungkuk di depan Nana "Nona, Saya permisi."
"Silahkan." singkat Nana.
.
.
Beberapa jam kemudian ketiganya sudah sampai di kota A kota yang selalu di bangga-banggakan Tuan muda Ari.
Lagi-lagi Nana di buat kagum akan kota A yang sangat besar. matanya sampai terbelalak terlihat jauh berbeda dengan Kota X, kota A sangat besar dan moderen.
Ini kota yang sangat besar, aku tidak bermimpi,' kan.? Nana terkagum-kagum melihat keindahan kota A sampai ia terus menepuk pipinya.
Ari yang ada di samping Nana melirik sang dara bingung. pasalnya tingkahnya menarik perhatian dan mengundang bibirnya untuk tersenyum.
Gadis dari Desa, datang ke kota dengan perbedaan yang mencolok antara tempat tinggal Nana, dan kota A.
"Kau. kenapa? apa pipimu sakit, dari tadi aku perhatikan kau terus saja Menepuk Pipimu.?" Tanya Ari ketus.
Nana berhenti menepuk pipinya ketika Ari bersuara "Ah..tidak Tuan, saya hanya kagum saja. kota ini benar benar besar dan banyak Gedung yang Tinggi-tinggi lagi." jawab Nana tanpa melihat Ari.
Ari menarik bibirnya bangga. "Ini belum seberapa, kota ku sangat kaya dan Moderen. orang sepertimu sangat langka di kota ku." jawaban bernada angkuh itu hanya di jawab anggukan oleh Nana.
"Oh, benarkah.?" Seru Nana dengan pelan. ia berusaha menahan rasa jengkel akan sikap Laki-laki yang ada di sampingnya itu.
Lagi-lagi aku di rendahkan. gerutu batin Nana.
Memang dari segi penampilan antara
Nana dan Tuan Ari sangat jauh berbeda. Ari terlihat tampan dengan stelan kaos yang di aplikasikan dengan celana berwarna coklat, di tambah jaket kulit yang melekat di tubuh seksinya. tidak lupa juga jam tangan yang melingkar di tangannya, dan yang terakhir kacamata yang menghiasi mata tajam Ari. dengan penampilan yang super cool, siapa pun yang melihatnya pasti berdecak kagum.
Sedangkan Nana hanya menggunakan kaos berlengan panjang dan rok panjang, sungguh penampilan yang sangat sederhana di tambah rambutnya hanya di ikat saja, tapi percayalah biarpun penampilannya jauh dari kata mewah, tapi tidak menutupi kecantikan yang di pancarkan.
Mobil yang mereka tumpangi melaju dengan kecepatan sedang, lagi-lagi suasana di dalamnya hening tidak ada yang berbicara.
Beberapa menit kemudian, Sekertaris Jaka
bersuara bahwa mereka tidak akan langsung pulang ke mansion. mereka akan pergi ke butik langganan keluarga besar Ari untuk membeli segala kebutuhan Nana. tanpa sepengetahuan Nana,karena Ketika Sekertaris Jaka berbicara dengan Ari, Nana tengah tertidur dengan nyenyak, tenaganya seolah habis terkuras bahkan dia lupa kalau perutnya belum terisi.
Mobil mewah itu berhenti di sebuah Butik yang terlihat sangat mewah, dari luar saja sudah terlihat kalau Butik itu sangat mengagumkan.
Nana terbangun dari tidurnya, dan mulai mengumpulkan kesadaran yang masih tertinggal di alam mimpi.
"Cepat, turunlah." Ari melirik Nana yang masih mengucek matanya.
"Apa kita sudah sampai di rumah, Tuan.?" Tanya Nana lembut.
"Turun saja, dan ikuti aku. tidak usah banyak bicara." Sahut Ari ketus.
Nana tidak bisa membantah, kakinya turun dengan hati-hati membawa rasa lapar yang datang tiba-tiba.
"Aku sangat lapar, oh Tuhan aku benar- benar sangat lapar, aku juga haus." Gumam Nana yang sudah turun dari dalam mobil. Nana celingukan mencari air atau makanan di dalam mobil. tapi dia tidak menemukan apa-apa, hanya ada air saja. tanpa pikir panjang lagi Nana langsung meminum air itu dengan sekali teguk, tak lama air dalam botol itu habis.
"Mungkin ini air Tuan Ari, biarlah dia marah airnya aku minum. aku sangat haus." Ucap Nana seraya menyimpan kembali botol itu ke tempat semula.
Dari arah lain Ari memanggil Namanya,Nana langsung berlari dan masuk ke tempat yang menurut Nana itu sebuah museum, karena terlihat sangat besar dan mewah.
Pintu Butik pun terbuka dengan beberapa pegawai yang membungkuk memberi hormat kepada mereka.
Ketika di dalam Nana tidak bisa bicara, ia Lagi-lagi melupakan perutnya yang meronta minta di isi. dirinya terkesima melihat pakaian yang ada dalam gedung yang di pikirnya tadi adalah sebuah museum, tapi ternyata ini tempat berkumpulnya barang-barang mewah.
"Wow.. ini toko baju.?" Tanya Nana pada dirinya sendiri.
Sekertaris Jaka yang mendengar ucapan Nana memberi respon dengan anggukan walaupun Nana tidak bertanya padanya.
Nana benar-benar tidak mengerti dengan pikiran orang Kaya, beli baju saja mesti ketempat sebesar dan semewah ini di saat dirinya kesusahan mencari sesuap nasi. tanpa sadar kakinya terus berjalan seorang diri tanpa Ari dan Jaka, sampai kakinya berhenti tak kala tangganya di tarik oleh seseorang?
SELAMAT MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Lilies
andai gadis desa ini dibuat author dgn segala kelebihannya...walaupun dia hanya gadis desa..
2022-06-11
0
TRI ANDAYANI
author ini sekolah lulusan apa ? pakaian not pakayan. kalimat yg di buat membosankan. banyak belajar ya
2021-05-04
3
Desi Afrina
ambil yg bnyak na bjunya ya he
2021-02-14
7