Nana berjalan pelan di temani Pelayan mansion menuju kamarnya yang ada di lantai satu rumah mewah itu. sepanjang jalan matanya seakan sulit untuk berkedip karena hunian bergaya Eropa itu benar-benar seperti Istana begitu besar dan mengkilap.
Apa dia raja? tanya hati Nana.
Keduanya terus berjalan di saat beberapa pelayan yang lain sibuk berseliweran menghabiskan sisa kerja mereka. di Mansion itu terasa ada yang berbeda? yang terlihat hanya ada orang berseragam sama lantas, dimana orang tua si pria bule itu? seperti yang di katakan Ari kalau kedua orang tuannya tengah pergi untuk perjalanan bisnis ke suatu Negara. dan apakah Ari anak satu-satunya di keluarga berduit itu?
Tidak, Ari mempunyai seorang adik laki-laki yang juga berada di Negara luar. tempatnya di Negara dimana sang ibu dilahirkan, di sanalah adiknya tinggal untuk melanjutkan pendidikan.
Nana berhenti berjalan begitu juga dengan pelayan yang ada di sampingnya. "Nona, ini kamar Anda." pelayan itu membuka Kamar Tamu yang akan menjadi Kamar Nana untuk sementara waktu.
Pintu kamar dibuka dan itu membuat Nana terkesima, betapa luas dan Moderen persis seperti hunian para Ratu. padahal itu hanya kamar tamu lantas, bagaimana dengan kamar si penghuni yang ada di lantai atas?
"B-benarkah, ini kamarku.?" jawab Nana terbata-bata, karena ia tidak menyangka bisa melihat kamar sebesar itu dalam hidupnya.
Pelayan mengangguk sopan. "Benar, Nona."
"Apa anda tidak salah memberi kamar? Kamar ini terlalu bagus." katanya yang masih tidak percaya.
Pelayan itu hanya mampu tersenyum melihat tingkah lugu Nana. "Tidak Nona, ini kamar yang di siapkan untuk anda."
"Tapi, ini terlalu bagus untuk saya, apa tidak ada kamar lain lagi yang tidak sebesar ini?" Nana menatap si pelayan tatapan itu seolah mengatakan. 'aku tidak pantas tidur di kamar ini.'
Pelayan itu tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis yang ada di hadapannya? ketika orang-orang ingin menempati Kamar yang nyaman untuk melepaskan kepenatan seharian bekerja. tapi Nana menolak dengan alasan terlalu bagus, ini di luar dugaan.
Nona ini benar-benar polos, berbeda dengan perempuan lain yang selalu meminta sesuatu hal yang mewah, Tuan Ari benar-benar beruntung. gumam pelayan itu takjub melihat Nana yang ada di depan matanya.
"Tidak, Nona. ini kamar anda. silahkan Anda masuk, dan membersihkan diri karena sebentar lagi makan malam, Nona."Jelas si pelayan.
Nana tidak bisa membantah, dengan pasrah kakinya berjalan masuk kedalam kamar yang akan menjadi tempatnya beristirahat di temani si pelayan.
"Nona, mari saya bantu untuk membersihkan tubuh anda." tiba-tiba saja si pelayan berkata demikian di saat Nana sibuk melihat-lihat seisi kamar.
Sontak Nana terkejut matanya sampai terbelalak mendengar ucapan si pelayan.
Apa maksudnya membantu membersihkan tubuh? apa dia akan membantu aku mandi! itukan maksudnya? tanya hati Nana.
"T-tidak perlu, saya bisa mandi sendiri." Tolak Nana tegas karena dirinya bukan anak kecil yang harus di beri bantuan.
Pelayan itu mengangguk lagi berteman senyuman tipis. "Baiklah, Nona, kalau begitu biar saya siapkan air untuk, anda?" usul si pelayan lalu dirinya pergi untuk melakukan tugasnya.
Nana hanya bisa mengangguk paham dan membiarkan si pelayan pergi kearah lain kamar mewah itu, dirinya benar-benar seperti seorang putri semua hal di perhatikan dari mulai mandi bahkan pakaian yang akan dikenakannya. Apa ini semua karena dirinya akan menjadi istri pria tampan yang saat ini entah ada di bagian mana rumah besar itu?
Setelah mandi. Nana di bantu si pelayan untuk bersiap dirinya seperti anak kecil yang harus menurut ketika di dandani, wajahnya yang memang sudah cantik semakin cantik ketika di poles oleh sentuhan Make-up.
.
.
Makan malam tiba...
Dengan rasa canggung yang luar biasa. akhirnya Nana keluar dari dalam kamar menuju ruang makan yang mana ada satu sosok pria di sana!
Sosok itu menatap Nana intens seakan takjub melihat bagaimana Nana berjalan menggunakan Gaun cantik berwarna merah. terlihat pas di tubuhnya ditambah polesan Make-up yang tidak terlalu berlebihan, tanpa sadar Ari tersenyum. tidak di pungkiri kalau dirinya memandang si Gadis Desa lain apalagi melihat rambutnya yang sengaja di gerai menambah kecantikannya.
Gadis Desa Ini semakin terlihat Cantik dengan gaun itu, bahkan aku perhatikan dia tidak memakai Make-up tebal, hanya rambutnya saja yang sengaja di gerai. Tunggu? apa yang aku pikirkan? ingat Ari tujuanmu .
Batin Ari penuh sesal karena sudah mengkhianati rencananya.
Nana berdiri canggung di dekat meja makan. si pelayan Senantiasa meminta Nana untuk menunggu karena dirinya tengah menggeser kursi. "Silahkan. Nona Muda, "
Nana duduk dengan gugup. "Terimakasih. Apa anda tidak mau ikut makan juga bersama-
"Kau, pergilah." perintah Ari kepada pelayan itu
Si Pelayan mengangguk patuh. "Permisi Tuan, Nona."
Nana menjawab dengan decitan suara dan menatap kepergian si pelayan. setelahnya Nana melirik Ari yang duduk jauh di depannya.
"S-selamat malam. Tuan Ari, kenapa-
"Makanlah, dan jangan banyak bertanya." ucapnya singkat dan mulai menunduk untuk bersantap malam.
Untuk kesekian kalinya Nana hanya bisa mengangguk patuh dan ikut menunduk seperti yang di lakukan Ari.
Orang ini benar-benar menyebalkan, dia kadang baik padaku. tapi selebihnya dia sangat menyebalkan. batin Nana kesal.
Dalam diam keduanya sibuk memainkan alat makan. baik Ari dan Nana sama-sama tidak ada yang bersuara karena itu dilarang di keluarga Atmaja, Nana sendiri tidak bertanya mengenai keluarga sang Tuan muda pasalnya. tadi si pelayan sudah memberikan informasi mengenai semuanya termasuk Tuan Besar dan Nyonya Besar.
Ketika sedang asik memasukan makanan kedalam mulutnya. Ari mengerutkan kening melihat tingkah Nana yang mana mengundang dirinya untuk berkomentar.
"Kau kenapa? apa makannya tidak enak?" tanya Ari dingin.
Nana yang tengah kebingungan di sela-sela aktifitasnya mendadak terdiam. suara Ari benar-benar menakutkan padahal suaranya tidak terlalu nyaring, dengan spontan Nana celingukan melihat sekitar lalu matanya menatap Ari canggung.
"Tuan Ari, bertanya kepada saya?" tanya Nana seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Menurutmu, aku bertanya kepada siapa?
di meja makan hanya ada aku dan kau." jawab Ari ketus.
Nana mengangguk pelan "Maaf, Tuan."
Dia mungkin lelah sampai tidak dasar dengan ucapannya. batin Nana seakan mencaci Ari.
"Apa makanannya tidak ada yang kau sukai? dari tadi aku perhatikan, kau hanya diam saja.?"
"B-bukan begitu Tuan, t-tapi-
"Tapi apa? bicaralah yang benar. agar aku bisa mengerti." tanyanya jengkel.
Nana terlihat bingung harus menjawab apa? kalau ia memberi tahu alasan kenapa makanan tak kunjung masuk ke dalam mulutnya, itu akan melukai harga dirinya yang memang sudah di gores pria yang ada di depannya dengan tatapan mengintimidasi.
Kenapa dia senang sekali mempersulit keadaan? batin Nana kesal karena Ari seakan senang mempermalukan dirinya.
"Hey, jawab, kenapa diam saja?" ucapnya setengah membentak.
"B-begini Tuan Ari, saya tidak bisa makan! bukan karena makanannya tidak enak? Semuanya terlihat enak, bahkan saya baru pertama kali melihat makanan yang ada di depan mata saya. biasanya saya hanya melihat di-"
"Tidak usah berbelit-belit, katakan saja." tanya Ari tidak sabar.
Dia benar-benar luar biasa..
"Kenapa diam, cepat katakan?"
Dengan menarik napas panjang Nana mulai bersuara cukup lantang. "Saya tidak bisa makan karena disini tidak sendok? yang ada hanya garpu dan pisau ini." jawaban Nana membuat Ari terkejut. apalagi tangan Nana berhias dua buah alat makan yang di perlihatkan kepadanya.
Beberapa detik kemudian terdengar suara gelak tawa. pasalnya tingkah Nana berhasil membuat Ari terhibur. "Dasar gadis kampung...Hahaha...."
SELAMAT MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
maesaroh
Wkwkwk
2023-04-21
0
Lilies
outhor...jgn buat nana seperti itu dong...gadis desa yg kampungan bangat...buat dia pahamsegalanya dan punya keahlian bela diri kek...
2022-06-11
0
Puja Kesuma
mantep mb nana berani terus terang, lah aq pernah ngalamin begitu (sambil bahas kerjaan) pd hal laper n ngiler liat makanan. tapi ketimbang malu- maluin aq ngak makan pas ditanya aq jawab maaf lg puasa. wkwkwkkw
2022-02-02
0