Bukan hanya beberapa luka lecet yang diterimanya dari kejadian pagi ini. Lebih dari yang bisa ia bayangkan. Betapa terkejutnya Laras dengan apa yang dilakukan Eren padanya.
“ Manis... ” Dan Eren pun menyunggingkan senyum manis pada dirinya yang masih harus memutar kepala dengan hal apa yang dilakukan Eren terhadap dirinya.
Selama jam pelajaran sekolah, Laras sama sekali tidak bisa berkonsentrasi karenanya. Dan ia terus terbayang dengan hal yang terjadi antara dirinya dengan pemuda yang kini tengah duduk dibangku sebelahnya itu. Eren terlihat sangat santai. Bahkan terlalu santai setelah apa yang dilakukannya dipersimpangan jalan yang cukup sepi tadi itu.
“ Laras?? ” panggil Pak Agung. Guru pengajar pelajaran Sastra Indonesia untuk kelas XI.
“ Akh. Iya pak? ”
“ Berhenti melamun dipelajaran bapak! Kalau kamu sedang jatuh cinta, lebih baik katakan langsung sama orangnya. ” ujar Pak Agung sembari melempar candaan disela-sela kebosanan kelas ditengah pelajaran yang berjalan.
Sontak celotehan pak Agung itu membuat tawa seisi kelas pecah. Termasuk pak Agung sendiri yang menikmati tawa kelas itu. Laras pun hanya bisa melempar senyum kaku dan sedikit rasa malu karena mejadi perhatian seisi kelas karenanya.
“ Maaf, pak! ” ucap Laras sopan. Senyum itupun masih sangat kaku. Terlebih ketika Eren tiba-tiba menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Ada secercah cahaya yang berbeda dari tatapan Eren terhadap dirinya seharian dihari itu.
Laras menelan ludah ketika tatapan Eren sama sekali tidak lepas darinya. Pulpen yang harusnya digunakan Eren untuk menulis, dia mainkan pada jari-jarinya. Dan Laras pun enggan untuk melewatkan hal itu.
“ Kenapa gue jadi seaneh ini?! ” gumamnya yang segera membuang jauh pandangannya dari sosok Eren. “ Konsentrasi Laras!! Konsentrasi! ” ditepuknya kedua pipi itu dengan kedua tangannya. Dan Laras kembali termenung dalam pandangannya.
Hitungan ketiga dalam hati, Laras melirik ke Eren dan disambut dengan senyum penuh makna dari Eren. Bersamaan dengan itu, satu lipatan kertas kecil terjatuh tepat diatas buku pelajaran Laras. Kertas itu dari arah depannya. Dari bangku yang sebelumnya kosong. Dan kini ditempati oleh sosok Aksara. Teman sekelas yang menurutnya cukup misterius.
Laras mengambil kertas itu, membuka dan membaca isinya. Laras terdiam.
Bisa kita bicara dijam istirahat?
Kertas kedua kembali jatuh diatas mejanya. Lagi-lagi dari Aksara.
Aku butuh jawaban.
Laras mencolek punggung Aksara dengan jari telunjuknya. Lalu menuliskan kata “Ya!” dipunggungnya sembari mengangguk pelan.
Kembali sebuah kertas jatuhdari arah depannya.
Diatap gedung ini.
Menanggapi hal itu, Laras mengangguk yakin.
“ Nak Laraaas??? ” Pak Agung kembali memperhatikan sosok Laras yang manggut-manggut kecil dibangkunya. “ Apa sudah bersiap untuk menyatakan cintanya??? ” pak Agung lagi-lagi melanjutkan candaannya. Seisi kelas kembali dibuat tertawa dan bersorak sorai karena itu.
Laras mmenggeleng kecil. Diangkatnya buku Sastra Indonesia yang dibawanya untuk menutupi wajahnya yang mungkin sudah memerah karena terus menjadi perhatian dari pak Agung dengan candaannya.
“ Gue benci! ” geram Eren tiba-tiba.
Tatapan matannya menatap tajam kearah depannya. Walau begitu, sepasang mata sisi lain dari dirinya menatap kearah yang berbeda. Kearah sampingnya, dimana Laras tengah berusaha membenamkan wajah itu dibalik bukunya. Sosok mahluk berjubah merah yang menutupi sebagian wajahnya dengan topeng dari tengkorak manusia. Sosok dengan tangan tua pucat yang keriput dengan kuku panjangnya. Tidak ketinggalan kepulan asap hitam pekat yang membentuk sebuah sayap, melekat dipunggung sosok berjubah itu. Mata itu bersinar terang. Dan senyum itu nampak sangat menyeramkan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Alya_Kalyarha
semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "love miracle" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih
2020-06-22
1
Arthur
Jangan sampai jenuh nulis, ya, Kak 😘
Maaf baru mampir hehe
Salam novel Fur Therese, yuk!
2020-06-22
1