Buku Tua Bersampul Hitam II

“ Artinya, ... ” tangan lain tiba-tiba melingkar manis pada bahu Laras. Tangan pemuda yang kini sudah duduk diatas meja dibelakang Laras itu berusaha mencari posisi ternyamannya untuk bisa bertahan lebih lama lagi dibahu Laras. “ Kematian bisa mengintai lo setiap saat selama lo masih hidup. ” sambung si pemuda dengan senyum jahilnya.

Tidak merespon apapun yang disampaikan si pemuda padanya, Laras menggrutu kesal. Berharap pemuda itu tidak datang untuk mengusiknya lagi.

" Hai! " Pemuda itu Eren. Dia tersenyum menyambut wajah jutek sang gadis yang baginya sangat amat menggemaskan itu.

“ Mulai dari manusia lahir sampai sepanjang perjalanan hidupnya, kematian bukanlah hal yang bisa ditentukan oleh manusia itu sendiri. Kehidupan selalu bergantung pada sebuah kematian. Dan sebuah kematian selalu meninggalkan satu kisah kehidupan baru. ” tambah Eren yang tidak kalah dalamnya menatap mata Laras.

“ Begitulah seharusnya.” Sela Aksara menerawang. “ Saat kamu hidup, kematian itu pasti. Tapi saat kamu mati, kehidupan belum tentu berpihak padamu. Karena alasan kita terlahir dan hidup didunia adalah proses awal sebuah kematian itu sendiri. ”

Aksara melengkapi kalimat Eren yang masih terpaku pada mata bulat besar dari sosok Laras yang tiba-tiba tengah menatap sosok Eren dengan tatap ketakutan.

Dimata sang gadis, pencabut nyawa yang kemarin sempat menghilang dari sosok Eren kembali mengikuti Eren. Sosok itu kini juga tengah melingkarkan tangan tua keriputnya pada bahu Laras. Sosok yang terlihat mendongak itupun memberi misteri tersendiri baginya. Karena walau bukan berusaha menjemput paksa Eren, sosok itu terlihat siap membawa Eren kedalam jurang kematian yang paling gelap didunia. Hawa gelap yang membayangi sang pencabut nyawa membuat Laras terhuyun lemas dan menabrak tubuh Aksara yang berdiri tepat dibelakangnya.

Sementara dari sudut lainnya, tatapan kedua pemuda itu menggambarkan pertikaian yang tidak berujung. Mata mereka saling tidak melepaskan sosok satu sama lainnya. Dimana dimata Aksara, dia melihat sosok lain dari Eren. Dengan jubah merah maroon, tongkat panjang dengan tujuh  tengkorak kecil mengelilingi ujung tongkat tersebut. Juga hawa kegelapan yang menyeruak keluar dari balik jubahnya, sosok Eren menjadi sosok yang begitu berbeda dengan yang ada dalam pandangan Laras.

Dan dimata Eren sendiri, sosok Aksara tidak jauh berbeda dari dirinya. Dimana Aksara mengenakan pakaian serba hitamnya. Hawa kegelapan yang jauh lebih kelam dari dirinya keluar dari balik sayapnya yang hanya tinggal tulang belulang. Jam pasirnya yang bergerak pelan diatas buku bersampul hitam ditangan kanannya memberi kesan pada Eren akan siapa sosok pemuda yang kini tengah menempatkan kedua pegangan tangannya pada bahu Laras tersebut.

“ Maáf... ” ucap Laras disela pertikaian dalam diam kedua pemuda yang berada disekitarnya.

Berusaha menghapus air matanya yang tak hentinya mengalir, Laras berpangku pada meja disampingnya mencoba untuk bisa tetap berdiri dengan baik setelah apa yang dilihatnya pada sosok Eren. Dia mengatur nafasnya yang hampir tersendat. Ragu dengan bagaimana cara menjelaskan pada Eren tentang sosok yang mengikutinya, Laras kembali kehilangan kekuatannya untuk sekedar tetap bisa berdiri dengan baik.

“ Sepertinya buku ini memang milikmu? ” Aksara menyodorkan buku bersampul hitam itu kebawah tangan Laras.

Menoleh. Laras melihat buku itu berpindah ketangannya dengan santai. Disaat yang bersamaan, rasa takut dan kesedihan yang Laras rasakan karena kemunculan sosok yang mengikuti Eren, sirna seketika. Tenaganya kembali pulih seakan apapun yang terjadi diingatannya barusan bukan lagi hal yang berarti.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Aksara berjalan santai keluar dari ruang perpustakaan tempatnya biasa menyendiri. Melihat bayang Aksara dipantulan pintu kaca perpustakaan dihadapannya, Laras melihat kembali sosok yang berjalan santai mengantar kepergian Pak Dirto. Sosok pemuda berpakaian serba hitam dengan jam pasir ditangannya. Tulang belulang menyerupai sayap itu seakan memang menjadi bagian dari tubuh sang pemuda yang kini sudah berlalu dan menjauh dari bangunan gedung perpustakaan tersebut.

Laras terpaku.

“ Jadi? ” Eren mendekatkan wajahnya. Menatap semakin dalam kedalam masa lalu sang gadis yang tiba-tiba menerawang dan nampak seperti telah kehilangan kesadarannya sendiri.

Berlalu.

***

Bayang pintu perpustakaan yang dibuka Aksara siang ini membuat ingatan Laras menjadi sedikit kacau. Karena kejadian setelah itu, dia bahkan tidak bisa mengingat apapun sampai dia berada dalam kamarnya sendiri. Mencoba mengingatpun percuma. Yang muncul dibenaknya hanyalah bayang pintu perpustakaan yang dibuka oleh Aksara. Sosok Aksara yang sangat berbeda dipantulan kaca jendela perpustakaan. Sama halnya seperti bayangan lain dari sosok Eren yang tetap melingkarkan tangannya dibahu Laras siang ini.

“ Aksara bukan manusia ya? ”

Laras membenamkan wajahnya pada buku yang dipelajarinya. Dia menoleh kesampingnya. Disana, ada tumpukan buku yang harusnya dia rapikan. Sebagian buku pelajaran, sebagian lagi komik dan novel. Tapi mata itu akhirnya menemukan buku asing ditumpukan buku yang ada. Sebuah buku tua bersampul hitam yang diberikan Aksara siang tadi. Tangannya perlahan menggapai buku hitam tersebut. Membolak-balik buku tua bersampul hitam yang membuatnya menjadi berurusan dengan Aksara dan Eren dengan cerita hidup yang luar biasa.

Perlahan-lahan dibukanya halaman depan buku bersampul hitam tersebut. Dihalaman pertama yang awalnya berisi foto seorang balita perempuan, kini foto itu sudah tidak ada lagi. Hanya warna hitam berbingkai yang menghiasi halaman depannya. Tanda petik dibawah bingkai itupun masih sama seperti awal pertama ia membuka buku tua bersampul hitam itu sebelum menjadi miliknya.

“ Hanya buku kosong juga! ” Kalimat Eren beberapa waktu lalu tiba-tiba menggema dikelapa Laras yang tengah membuka satu demi satu halaman buku tua bersampul hitam pemberian Aksara tersebut.

“ Halaman mananya yang kosong? ” Laras membuka dan membuka lagi halaman buku itu. Dan membaca satu catatan demi catatan yang tertulis pada beberapa halaman.

Karena...

Saat menyadari waktu tidak lagi berpihak lama padaku,

Yang ku mau hanyalah bisa terus bersamamu..

Walau itu artinya aku akan berada didalam sisi kegelapan sekalipun...

Banyak terdapat kalimat-kalimat yang berhubungan dengan kematian. Ada dendam, ada tawa, ada suka-duka, kesedihan, kekecewaan,dan beberapa kebahagiaan. Tapi dari sekian kalimat yang dibacanya, Laras terdiam dan menitihkan air mata saat membuka halaman terakhir dari buku tua bersampul hitam itu. Ada banyak kesedihan yang menjalar disekucur tubuhnya. Hatinya seperti tertusuk dan merasakan nyeri. Membaca ulang kalimat yang benar-benar membuatnya sedih, membawa Laras pada bayang mimpi yang sangat kelam.

Hanya ada sebuah catatan pada buku itu. Satu kalimat dihalaman utama buku tua bersampul hitam itu.

“ Aku mencintaimu…”  dan sejadi-jadinya tangisan seorang perempuan bergaun hitam selutut yang bersimpuh pada sebuah tempat yang sangat teduh disebuah tempat yang tidak pernah dikenalinya. Kabut dan bayangan beberapa pepohonan tanpa dedaunan mendominasi tempat itu. Sebuah tempat dibalik sebuah gerbang besi tanpa ujung yang sedikit terbuka dan menyebarkan begitu banyak hawa kesedihan, penantian dan kerinduan. Dari balik gerbang yang terbuka, Laras memperlihatkan bagaimana seorang perempuan menangis pilu dalam kesedihannya. Erangan tangisan itu mengglegar seketika membawa dan membangunkan sesosok bayang jahat ang siap menarik jiwa sang perempuan tadi dengan kegelapan yang mengitarinya. Berusaha memberi tahu sang perempuan, suara teriakan Laras seakan tertelan oleh suasana tempat memilukan itu. Begitu akan berlari menghampiri sang perempuan, bayangan tangan hitam pekat berusaha menarik dan membawa Laras pergi menjauh dari tempatnya berdiri kini. Dia terpental kearah belakangnya dan terkejut.

Laras terbangun dengan keringat dingin mengucur diseluruh tubuhnya. Menyadari yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi, Laras tetap merasa sangat takut untuk bisa kembali melanjutkan tidurnya ditengah malam itu.

***

Episodes
1 Prolog
2 Awal Pertemuan.
3 Kesan pertama!
4 Perkenalan
5 Dua Pasang Mata.
6 Buku Hitam Milik Aksara.
7 Hari yang Kacau
8 Hari yang Kacau Part II
9 Satu Cerita Kematian
10 Buku Tua Bersampul Hitam
11 Buku Tua Bersampul Hitam II
12 Rasa Yang Menyedihkan
13 Pagi yang Membingungkan bersama sosok lain Aksara
14 Sosok Lain Aksara
15 Satu Cerita Kematian
16 Sosok yang Ambigu.
17 Setelah Kemarin
18 Rasa
19 Kepergian Kakek Tito
20 Takdir Hidup
21 Dia yang Terlarang
22 Sebuah Rasa untuk Dia
23 Mimpi dan Kenyataan yang sama
24 Sosok Yang Mendebarkan
25 Minggu Cerah
26 Lembah Abu-Abu
27 Dikelilingi Mereka.
28 Mereka Yang Bertentangan
29 Hari Yang Buruk
30 Lembah Kematian : Bersama Sang Penjaga
31 Kemarahan Lembah Kelam
32 Lembah Abu-abu, Lembah tak bertuan
33 Tugas yang berat
34 Kenangan Terakhir
35 Satu pintu Dua Dunia
36 Sisi cerita yang lain
37 Ambigu
38 Kamu tidak sendirian!
39 Cerita paralel dua kehidupan
40 Jiwa ke sekian
41 Kembalinya sosok Eren.
42 Aku merindukanmu!!!
43 Aku merindukanmu!!!
44 Dibuat Berdebar-debar
45 Jalan yang berbeda.
46 Buku Takdir milik Laras
47 Munculnya sosok lain Laras!!
48 Perubahan Takdir!!
49 Ingatan yang tersisa!
50 Benang merah seribu takdir
51 Sikap aneh Laras
52 Rumah Laras!
53 Permainan waktu
54 Pecahan tentang Eren
55 Harusnya romantis
56 Menuju yang terakhir
57 Takdir jiwa yang terlarang
58 Tetes Air Kehidupan.
59 Jejak Takdir.
60 Tulisan kehidupan
61 Seribu kisah : Reinkarnasi Laras.
62 Seribu Kisah : Dua dimensi satu jiwa
63 Seribu Kisah : Aku kembali!
64 Seribu Kisah: Penghalang!
65 Seribu Kisah: Sosok Penjaga
66 Seribu Kisah: Aku dan BayanganKu
67 Seribu Kisah: Denting waktu
68 Seribu Kisah: Jalanan Setapak Batu Bata Merah
69 Seribu Kisah: Menjadi hari yang tak biasa
70 Seribu Kisah: Memastikan rasa
71 Seribu Kisah: Dia yang bersama kegelapan
72 Seribu Kisah: Keterikatan
73 Seribu Kisah: Lembah tak berpenghuni
74 Seribu Kisah: Bayangan tanpa arti
75 Seribu Kisah: Bayang Hitam tanpa wujud
76 Seribu Kisah: Bayangan Cermin
77 Seribu Kisah: Mempermainkan Waktu
78 Seribu Kisah: Bayang Hitam Bermata Biru
79 Seribu Kisah: Menjadi Lembah Terlarang
80 Seribu Kisah: Satu sosok dua dimensi
81 Seribu Kisah: Bayang hitam bermata Biru!
82 Seribu Kisah: Kunci Takdir
83 Seribu Kisah: Sisi lembah Abu-abu
84 Seribu Kisah: Sosok Penjaga Pintu Batu
85 Seribu Kisah: Sosok Penjaga Pintu Batu
86 Seribu Kisah: Penjaga Bermata seribu
87 Seribu Kisah: Pintu Tergelap
88 Seribu Kisah: Kembalinya Sisi Lembah abu-abu
89 Seribu Kisah:Dua wajah yang sama
90 Seribu Kisah: Pengganti
91 Seribu Kisah: Masa Lalu
92 Seribu Kisah: Pilihan
93 Seribu Kisah: Hukuman Penjaga Lembah
94 Seribu Kisah: Hukuman sang Penjaga
95 Seribu Kisah: Kisah baru
96 Seribu Kisah: Kehidupan Baru pada masa lalu
97 Seribu Kisah: Menusia
98 Seribu Kisah: Permainan dan Takdir
99 Seribu Kisah: Sosok Rein
100 Seribu Kisah : Ingatan
101 Seribu Kisah : Pria berbaju hitam
102 Seribu Kisah : Misteri
103 Seribu Kisah : Bayangan yang sama
104 Seribu Kisah : Salah Paham
105 Seribu Kisah : Salah Paham Part II
106 Seribu Kisah : Buku Tua Bersampul Hitam yg lain
107 Seribu Kisah : Paralel Dunia kematian
108 Seribu Kisah : Paralel Lembah Kesengsaraan
109 Seribu Kisah: Menuju Akhir
110 Seribu Kisah: Pembebasan
111 Seribu Kisah: Akhir danau pelangi
112 Seribu Kisah: Pusaran takdir
113 Takdir Seribu Kisah
114 Seribu Wajah : Kutukan!
115 Seribu Wajah : Buku Pengikat Takdir
116 Seribu Wajah : Jiwa-jiwa paling beruntung.
117 Seribu Wajah : Mimpi dan Kenyataan.
118 Seribu Wajah : Aturan dan Takdir
119 Seribu Wajah : Waktu yang tertulis
120 Seribu Wajah : Kilas Kisah
121 Seribu Wajah : Alam larangan
122 Seribu Wajah : Segel dan Ingatan
123 Seribu Wajah : Wajah dan Ingatan
124 Seribu Wajah : Area Penghukuman.
125 Seribu Wajah : Teman atau Musuh?
126 Seribu Wajah : Lara bukan Laras!
127 Seribu Wajah : Bagian Penjaga Alam Larangan
128 Seribu Wajah : Bagian Alam Larangan
129 Seribu Wajah : Cincin Batu Senja
130 Kutukan Cincin Batu Senja : Ingatan terlarang.
131 Kutukan Cincin Batu Senja : Masa lalu dan awal kisah
132 Kutukan Cincin Batu Senja : Benang Takdir dari bunga larangan
133 Kutukan Cincin Batu Senja : Rindu.
134 Kutukan Cincin Batu Senja : Sang Jiwa Sejati
135 Kutukan Cincin Batu Senja : Sang Jiwa Sejati
136 Kutukan Cincin Batu Senja : Masa lalu dan Awal Kisah
137 Benang Takdir dari Bunga Larangan
138 Kutukan Cincin Batu Senja : Benang ingatan
139 Kutukan Cincin Batu Senja : Benang Ingatan 2
140 Kutukan Cincin batu senja: Dimulai
141 Kutukan Batu Senja : Kisah dan satu kutukan.
142 Kutukan Cincin Batu Senja : Kisah Awal
143 Lembah Larangan : Pergolakan
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Prolog
2
Awal Pertemuan.
3
Kesan pertama!
4
Perkenalan
5
Dua Pasang Mata.
6
Buku Hitam Milik Aksara.
7
Hari yang Kacau
8
Hari yang Kacau Part II
9
Satu Cerita Kematian
10
Buku Tua Bersampul Hitam
11
Buku Tua Bersampul Hitam II
12
Rasa Yang Menyedihkan
13
Pagi yang Membingungkan bersama sosok lain Aksara
14
Sosok Lain Aksara
15
Satu Cerita Kematian
16
Sosok yang Ambigu.
17
Setelah Kemarin
18
Rasa
19
Kepergian Kakek Tito
20
Takdir Hidup
21
Dia yang Terlarang
22
Sebuah Rasa untuk Dia
23
Mimpi dan Kenyataan yang sama
24
Sosok Yang Mendebarkan
25
Minggu Cerah
26
Lembah Abu-Abu
27
Dikelilingi Mereka.
28
Mereka Yang Bertentangan
29
Hari Yang Buruk
30
Lembah Kematian : Bersama Sang Penjaga
31
Kemarahan Lembah Kelam
32
Lembah Abu-abu, Lembah tak bertuan
33
Tugas yang berat
34
Kenangan Terakhir
35
Satu pintu Dua Dunia
36
Sisi cerita yang lain
37
Ambigu
38
Kamu tidak sendirian!
39
Cerita paralel dua kehidupan
40
Jiwa ke sekian
41
Kembalinya sosok Eren.
42
Aku merindukanmu!!!
43
Aku merindukanmu!!!
44
Dibuat Berdebar-debar
45
Jalan yang berbeda.
46
Buku Takdir milik Laras
47
Munculnya sosok lain Laras!!
48
Perubahan Takdir!!
49
Ingatan yang tersisa!
50
Benang merah seribu takdir
51
Sikap aneh Laras
52
Rumah Laras!
53
Permainan waktu
54
Pecahan tentang Eren
55
Harusnya romantis
56
Menuju yang terakhir
57
Takdir jiwa yang terlarang
58
Tetes Air Kehidupan.
59
Jejak Takdir.
60
Tulisan kehidupan
61
Seribu kisah : Reinkarnasi Laras.
62
Seribu Kisah : Dua dimensi satu jiwa
63
Seribu Kisah : Aku kembali!
64
Seribu Kisah: Penghalang!
65
Seribu Kisah: Sosok Penjaga
66
Seribu Kisah: Aku dan BayanganKu
67
Seribu Kisah: Denting waktu
68
Seribu Kisah: Jalanan Setapak Batu Bata Merah
69
Seribu Kisah: Menjadi hari yang tak biasa
70
Seribu Kisah: Memastikan rasa
71
Seribu Kisah: Dia yang bersama kegelapan
72
Seribu Kisah: Keterikatan
73
Seribu Kisah: Lembah tak berpenghuni
74
Seribu Kisah: Bayangan tanpa arti
75
Seribu Kisah: Bayang Hitam tanpa wujud
76
Seribu Kisah: Bayangan Cermin
77
Seribu Kisah: Mempermainkan Waktu
78
Seribu Kisah: Bayang Hitam Bermata Biru
79
Seribu Kisah: Menjadi Lembah Terlarang
80
Seribu Kisah: Satu sosok dua dimensi
81
Seribu Kisah: Bayang hitam bermata Biru!
82
Seribu Kisah: Kunci Takdir
83
Seribu Kisah: Sisi lembah Abu-abu
84
Seribu Kisah: Sosok Penjaga Pintu Batu
85
Seribu Kisah: Sosok Penjaga Pintu Batu
86
Seribu Kisah: Penjaga Bermata seribu
87
Seribu Kisah: Pintu Tergelap
88
Seribu Kisah: Kembalinya Sisi Lembah abu-abu
89
Seribu Kisah:Dua wajah yang sama
90
Seribu Kisah: Pengganti
91
Seribu Kisah: Masa Lalu
92
Seribu Kisah: Pilihan
93
Seribu Kisah: Hukuman Penjaga Lembah
94
Seribu Kisah: Hukuman sang Penjaga
95
Seribu Kisah: Kisah baru
96
Seribu Kisah: Kehidupan Baru pada masa lalu
97
Seribu Kisah: Menusia
98
Seribu Kisah: Permainan dan Takdir
99
Seribu Kisah: Sosok Rein
100
Seribu Kisah : Ingatan
101
Seribu Kisah : Pria berbaju hitam
102
Seribu Kisah : Misteri
103
Seribu Kisah : Bayangan yang sama
104
Seribu Kisah : Salah Paham
105
Seribu Kisah : Salah Paham Part II
106
Seribu Kisah : Buku Tua Bersampul Hitam yg lain
107
Seribu Kisah : Paralel Dunia kematian
108
Seribu Kisah : Paralel Lembah Kesengsaraan
109
Seribu Kisah: Menuju Akhir
110
Seribu Kisah: Pembebasan
111
Seribu Kisah: Akhir danau pelangi
112
Seribu Kisah: Pusaran takdir
113
Takdir Seribu Kisah
114
Seribu Wajah : Kutukan!
115
Seribu Wajah : Buku Pengikat Takdir
116
Seribu Wajah : Jiwa-jiwa paling beruntung.
117
Seribu Wajah : Mimpi dan Kenyataan.
118
Seribu Wajah : Aturan dan Takdir
119
Seribu Wajah : Waktu yang tertulis
120
Seribu Wajah : Kilas Kisah
121
Seribu Wajah : Alam larangan
122
Seribu Wajah : Segel dan Ingatan
123
Seribu Wajah : Wajah dan Ingatan
124
Seribu Wajah : Area Penghukuman.
125
Seribu Wajah : Teman atau Musuh?
126
Seribu Wajah : Lara bukan Laras!
127
Seribu Wajah : Bagian Penjaga Alam Larangan
128
Seribu Wajah : Bagian Alam Larangan
129
Seribu Wajah : Cincin Batu Senja
130
Kutukan Cincin Batu Senja : Ingatan terlarang.
131
Kutukan Cincin Batu Senja : Masa lalu dan awal kisah
132
Kutukan Cincin Batu Senja : Benang Takdir dari bunga larangan
133
Kutukan Cincin Batu Senja : Rindu.
134
Kutukan Cincin Batu Senja : Sang Jiwa Sejati
135
Kutukan Cincin Batu Senja : Sang Jiwa Sejati
136
Kutukan Cincin Batu Senja : Masa lalu dan Awal Kisah
137
Benang Takdir dari Bunga Larangan
138
Kutukan Cincin Batu Senja : Benang ingatan
139
Kutukan Cincin Batu Senja : Benang Ingatan 2
140
Kutukan Cincin batu senja: Dimulai
141
Kutukan Batu Senja : Kisah dan satu kutukan.
142
Kutukan Cincin Batu Senja : Kisah Awal
143
Lembah Larangan : Pergolakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!