pada semak-semak yang sama dihari yang lain, Laras baru saja akan masuk ke area parkir sekolah begitu sosok Aksara menghadang langkahnya dengan muncul secara tiba-tiba dihadapan Laras. Tubuhnya yang tinggi tegap diimbangi bahu yang lebar dan kekar, membuat Laras menghentikan langkahnya dan secara spontan membuat Laras jatuh terperosok karenanya.
“ Aduh!! ” pekiknya dalam posisi jatuh terperosok ditengah semak-semak tanaman itu. Rambut panjangnya kembali menutupi wajah mungil itu. Dari balik wajah yang tertutupi rambut panjangnya, Laras terdiam beku menatap Aksara yang tiba-tiba tengah berjongkok dihadapannya. Menatapnya lekat seakan memastikan sesuatu.
Tatapan mata yang sedikit aneh oleh Aksara itu membawa Laras pada ingatan pengelihatannya dihari kemarin dihalaman utama sekolah. Dimana ia melihat sosok Aksara yang begitu menjadi pusat perhatian. Dan tiba-tiba saja menjadi teman sekelasnya secara misterius.
“ Apa kau juga sosok jiwa yang tersesat? ” tanya Aksara dengan tatapan matanya yang sebening air.
Seperti melihat banyak hal dalam bola mata Aksara, Laras menunduk. Rasa pilu seketika menyerbu hati dan pikirannya ketika tangan sang pemuda menyentuh sedikit bagian pipinya yang tertutupi rambut.
Dalam pandangan Laras, dilihatnya bayang sebuah jalan yang sangat gelap dan di ujungnya terdapat gerbang yang tidak kalah suramnya. Gerbang kelam yang sedikit terbuka itu menunjukan bayang-bayang dari sosok manusia yang seperti terhipnotis dan melayang-layang diantara tumpukan tulang-belulang manusia yang berserakan disekitarnya. Sekejap terlihat kalau sosok manusia-manusia yang melayang itu seakan melambai dan memanggil dirinya untuk datang. Tangan-tangan itu semakin mendekat dan siap menarik Laras masuk kedalam kelamnya tempat itu. Laras semakin tertunduk dan memejamkan matanya rapat-rapat.
Bukan. Gue pasti salah lihat. Bayangan tadi itu sangatlah kelam?? Laras kembali mencoba melihat sosok Aksara didepannya.
Tangan Aksara kini tengah berusaha menyibak rambut yang masih menutupi sebagian wajah Laras. Wangi segar grapefruit bercampur cemara menusuk hidung Laras yang perlahan membuka matanya dalam ketenangan. Tangan yang wangi segar grapefruit bercampur cemara itu telah berhasil menyingkap bagian kanan rambut yang menutupi wajah Laras kebelakang bahunya.
Tatapan itu bertemu lagi. Terlihat sedikit tegang dan gamang, Aksara terduduk kaget mengetahui kalau yang berada dihadapan ternyata adalah sosok Laras yang dia temui beberapa kali dihari kemarin. Aksara terdiam sejenak sebelum akhirnya menyadari kalau gadis didepannya adalah seorang manusia biasa, bukan salah satu jiwa tersesat yang ia temui.
Memperhatikan rambut panjang Laras yang masih menutupi sebagian wajahnya, dahi Aksara kembali mengkerut. Dari pandangan si pemuda, wajah gadis didepannya masih terlihat sangat menyeramkan. Wajahnya yang nampak putih pucat karena kurang tidur, bibir merah kecilnya yang sedikit terbuka, kantung hitam di pelupuk mata, dan bola mata yang begitu pekat, besar, dan bulat itu membuat Laras tidak hanya nampak menyeramkan, tapi memang terkesan lebih mirip hantu daripada manusia. Tatapan satu mata kanannya itu menggantung dan menatap yakin kearah Aksara seakan Laras tengah melihat sosoknya yang-seharusnya-manusia-biasa-tidak-akan-mungkin-bisa melihatnya-sosok-dirinya-kini. Aksara melihat Laras lekat-lekat untuk meyakinkan diri lalu menggeleng pelan.
"Tidak mungkin dia melihatku." desisnya.
Dengan ekspresi yang hampir sama, tegang dan sedikit ragu-ragu, tangan Aksara kini berusaha lagi menyingkap rambut Laras disisi yang satunya. Ingin memastikan kalau kedua mata itu memang menatap dengan yakin kearahnya. Aksara menoleh kearah belakangnya. Memastikan mungkin ada hal lain apa yang ditatap oleh Laras dengan sedemikian yakinnya.
Nihil. Aksara kembali mengalihkan pandangannya kedepannya kearah Laras.
Laras menatap aneh dan memundurkan wajahnya menjauh dari tangan Aksara yang sempat menoleh ke belakangnya sejenak seperti sedang mencari sesuatu. Dan kini sosok Aksara kembali terlihat berusaha menyibak rambut panjang Laras kebagian belakang. Kembali terlihat takut dan ragu-ragu, Laras memperhatikan Aksara yang menunjuk kearah rambut Laras yang menutupi bagian sisi kiri wajahnya itu.
“ Ooo.. ” Laras mengangguk mengerti dengan apa yang dimaksudkan Aksara dalam tindakannya. Sedikit tersenyum kearah depannya, Laras menyibak sendiri rambutnya itu kebelakang telinganya.
"Apa begini lebih baik?" gumam Laras tersenyum kecil
Hal itu membuat Aksara sedikit kebingungan. Apakah Laras memang melihat dirinya yang kini tengah berjongkok didepannya ataukah tatapan dan semua ekspresi itu hanya sebuah kebetulan saja.
*Dia hanya manusia biasa. Tidak mungkin dia bisa melihatku. Terlebih sosokku yang sekarang ini. *
Untuk memastikannya, Aksara terdiam beberapa saat dan tidak melakukan tindakan yang berarti.
Menatap Aksara yang sedikit kebingungan, Laras merapikan sedikit rambutnya. Mengikat rambut panjangnya dengan ikat rambut hitam yang selalu menempel dipergelangan tangannya seperti gelang dengan berhiaskan lonceng kecil berwarna perak. Ikat rambut itu membantu Laras untuk terlihat lebih manusiawi dimata Aksara dari pada saat ia melihat si gadis mengurai rambut panjangnya yang menutupi sebagian besar wajahnya itu.
“ Terlihat lebih baik. ” jawab Aksara sembari menghela nafas.
Laras menoleh kembali kearah depannya setelah berhasil mengikat rapi rambut panjangnya. Terdiam heran dengan kedua tangan masih memegangi ikatan rambutnya, Laras langsung clingukan menyadari sosok Aksara sudah tidak lagi berada dihadapannya.
“ Dia kemana? ” Laras berusaha bangkit ketika matanya dengan jeli menangkap sebuah buku bersampul hitam yang biasa dibuka oleh Aksara dimeja kelas.
Dia mengambil kemudian membolak-balikan buku tua bersampul hitam tersebut. Tidak ada catatan atau apapun pada bagian sampul buku yang menurutnya adalah milik Aksara itu.
“ Catatan pribadi yah?? ”gumam Laras acuh.
Begitu berniat membuka halaman pertama dari buku hitam yang dipungutnya, bel tanda masuk berbunyi lantang dan membuyarkan keinginan Laras untuk melihat kedalam buku tua tersebut.
“ Harus di kembalikan ke orangnya nih… ” gumamnya malas sambil memasukan buku tua bersampul hitam itu kedalam tasnya. Sebelum beranjak dari tempatnya berdiri, Laras masih ingat untuk mengambil tiga gulungan Koran yang harus dia bawa keruang guru.
Keluar dari semak-semak dengan tidak begitu manusiawi, sosok Laras tidak dilepaskan sama sekali oleh pandangan lain dari sudut ruang kelasnya dilantai tiga. Sosok pemuda yang dengan santainya tengah memperhatikan hiruk pikuk sekolah tempatnya belajar, kini tengah menemukan hal lain yang akan membawanya pada pilihan hidup yang berliku.
"Memang ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Tapi dimana?" sosok pemuda itu menimang-nimang sesuatu yang dipegangnya. Secara tak kasat mata benda itu tidak dapat dilihat oleh siapapun selain dirinya sendiri. Membiarkan benda itu menghilang dengan sendirinya, membuat sosok Laras terpanggil untuk menoleh kearah dirinya.
Dari pandangan Laras hanya nampak sebuah seorang siswa yang tidak terjangkau bagian wajahnya. Siswa itu seperti memperlihatkan sesuatu pada dirinya. Sesuatu yang nampak begitu mengganggu untuk Laras. Sesuatu yang membuat Laras terusik setiap kali berhadapan dengan sosok pemuda yang bagian wajahnya tidak mampu dilihat oleh dirinya.
Berlalu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments