Laras langsung memekik kaget begitu menyadari ada sesuatu lain yang ikut menahan dirinya. Dia menjauh dari tangan Eren dan juga dari sebuah tangan pucat kebiruan yang terlihat tua, kisut, dan keriput dengan jari-jarinya yang panjang. Ada hawa berbeda saat tangan itu bersentuhan dengan dahinya. Laras sempat merasa tersedot dan seakan kematian datang padanya saat itu juga.
Memilih menjauh dan memperhatikan sejenak dari jarak yang diciptakannya sendiri, Laras sempat melihat Eren berekspresi serius saat membuka dan membuka lagi halaman demi halaman buku tua bersampul hitam tersebut. Dibagian akhir dia membuka buku bersampul hitam itu secara acak, Eren menatap jengkel kearah Laras yang terpaku pada sosok dirinya.
Sembari menutup buku tua bersampul hitam yang ia ambil tanpa seijin Laras, Eren memalingkan pandangannya dari sosok Laras yang seakan sosoknya tengah mengenyahkan sesuatu dari pikirannya. Menyodorkan buku tua bersampul hitam tersebut ke tangan Laras, tapi lagi-lagi dahinya ditahan oleh tangan kiri si pemuda. Merasakan panas pada telapak tangannya secara perlahan, Eren menarik pelan tangan kirinya dari dahi Laras dan menatap Laras sekilas dengan tatapan yang berbeda.
“ Cuma buku kosong juga! ” ujar Eren yang tetap menatap Laras dengan cara yang berbeda dari biasanya. “ Ini!!”
Sempat kembali berusaha mengambil buku tua bersampul hitam tersebut, tubuh Laras malah terdorong kedepannya begitu Eren lagi-lagi menarik-tangan-kiri-yang-digunakanya-untuk-bermaksud-menahan-sosok-Laras-untuk mengambil buku tua bersampul hitam itu dari tangannya.
Dengan maksud menyerahkan buku bersampul hitam itu pada Laras, tubuh Eren terdorong jatuh tepat saat tubuh Laras menyeruduk jatuh dan menimpa tubuhnya yang tidak siap dengan hal yang terjadi secara tidak sengaja tersebut..
Laras jatuh menindih tubuh Eren. Buku tua bersampul hitam ditangan Eren pun akhirnya terjatuh kearah depan dan tergeletak tepat dibawah kaki salah seorang siswa. Sosok siswa itu perlahan menunduk mengambil buku tua bersampul hitam tersebut seolah mengabaikan Eren dan Laras yang saling tindih dan melangkah pelan menuju deretan meja disebelahnya.
Hal itu sempat menjadi fokus perhatian Laras yang bermaksud menegur dan menyampaikan kalau buku tua bersampul hitam itu merupakan milik orang lain. Diiringi sorak sorai seisi kelas dan beberapa teman yang berusaha mengabadikan moment bersama Eren, Laras menyadari posisinya kini.
Sementara Eren yang memang sejak awal tidak menyangka kejadian yang menimpanya itu, akhirnya menikmati hal yang terjadi pada dirinya dan Laras. Sejenak melirik sang gadis, Eren memejamkan matanya dan pura-pura tidak sadarkan diri.
Lama terpejam tanpa ada reaksi apapun dari pemuda yang tanpa sengaja ditindihnya, tubuh Laras membeku sejenak. Ketakutan menguasai pikirannya. Kalau-kalau pencabut nyawa yang selalu dilihatnya bertengger dibelakang Eren, bisa saja telah membawa si pemuda pergi bersamanya untuk selama-lamanya.
“ Hei!! Lo nggak mati kan? ” ujar Laras panik menepuk-nepuk pipi Eren dengan panik.Ada kekhawatiran dimata Laras. Lebih-lebih ketakutan yang mendasar karena kemampuan anehnya yang bisa melihat pencabut nyawa bersender ditubuh Eren beberapa kali.
Mendengar pertanyaan itu, Eren membuka matanya. “ Gue Cuma pingsan. ” jawabnya santai sembari kembali memejamkan mata yang sipit-sipit below itu. Tangannya pun sempat-sempatnya untuk melingkar dibagian pinggang sang gadis yang kini tengah menatapnya dengan sangat jengkel.
Menahan kesal dengan tingkah yang ditunjukan Eren dan rasa malu pada teman-teman sekelasnya yang kembali riuh oleh ulah si pemuda, Laras berusaha bangkit dari atas tubuh pemuda itu. Tangannya bertumpu pada lantai dibawahnya. Dan sebelum benar-benar bangkit dari posisinya, Laras kembali menatap jengkel wajah pemuda yang tengah senyum-senyum sendiri dengan matanya yang masih sengaja terpejam untuk menggodai Laras.
“ Gue benci banget sama tingkah lo ini! ” Laras kemudian berdiri dan dengan sengaja menginjak sekuat-kuatnya kaki bagian paha Eren.
“ Oouch! ” Eren terduduk reflek dengan hal yang dilakukan Laras. “ Lo benar-benar mau bunuh orang yah? ” dia mengusap bagian pahanya dan bangun terpogoh-pogoh dengan sedikit pincang.
“ Kalau gue punya kuasa atas hidup lo, pasti gue lakuin itu! ” jawab Laras asal-asalan.
Berbalik cepat dengan bermaksud untuk kembali duduk dibangkunya, Laras dibuat kaget. Kini sosok Laras berdiri mematung didepan Aksara yang ternyata sudah memegang buku tua bersampul hitam miliknya itu. Padahal Laras bermaksud mencari tahu siapa yang sempat memungut buku tua bersampul hitam tersebut saat dirinya terjatuh tadi.
" Aksara?? "
***
Ternyata sudah kembali kepada pemiliknya. Bhatin Laras
“ Lo masih ada urusan sama gue. Jadi jangan coba-coba beralih dulu ke cowok lain. ” Eren menarik tangan Laras dan memalingkan tatapan Laras dari sosok teman sekelas pemilik buku tua bersampul hitam itu.
Tangan Eren masih memegang erat bahu Laras yang kini tengah bertemu tatap dengan matanya. Sosok perempuan bermata bulat besar itu menatap dengan sangat dalam. Membuat Eren enggan untuk berpaling dari mata bulat besar itu.
Disisi lain, kesedihan dan ketakutan menghampiri Laras yang dapat melihat dengan jelas bayangan kematian dibelakang Eren. Ada sosok pencabut nyawa yang kini tengah berdiri dibelakangnya dan siap menarik jiwa Eren dari tubuhnya kapan saja, dimana saja dan dalam keadaan apapun juga. Begitulah kematian itu selalu berlangsung bagi siapapun.
Tangan tua yang putih pucat dan keriput dengan kuku yang panjang itu mulai menggeliat dibahu Laras berbarengan dengan tangan si pemuda yang memegangnya dengan cukup erat.
Reflek.
Laras menghempaskan tangan Eren dibahunya dan maju selangkah menepis tangan sang malaikat maut yang terlihat tengah berusaha menarik jiwa Eren dari tubuhnya. Malaikat maut berjubah merah dengan wajahnya yang tertutup oleh topeng tengkoraknya itu sirna seketika. Yang tersisa dari bayang sang malaikat berjubah merah hanyalah sedikit kepulan asap yang melayang keudara.
Eren yang kembali dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan Laras, kembali terdiam santai menikmati posisinya yang sangat berdekatan dengan gadis yang dipanggilnya loper koran itu. Dia terus memperhatikan setiap gerakan kecil yang dibuat sang gadis bermata bulat besar yang hanya berjarak kurang dari sejengkal jari dihadapannya itu. Bahkan kalau memungkinkan, Eren sangat ingin bisa memeluk gadis yang kini tengah terpaku kearah belakangnya dengan ekspresi yang tidak menentu itu.
Laras meyakinkan diri sekali lagi dengan apa yang dilihatnya. Sosok lain yang muncul secara tiba-tiba setelah sang
pencabut nyawa berjubah merah menghilang, membuat Laras lebih tidak mempercayai pandangannya sendiri.
“ Aksara?! ” ujar Laras yang masih tidak percaya akan penglihatannya sendiri, ketika sosok Aksara yang mungkin harusnya berada dibelakang Laras, kini sudah berada tepat dihadapannya dan tengah menatap dirinya dengan bingung.
“ Manggil nama cowok lain saat lo dalam posisi sedekat ini sama gue, ” ujar Eren tidak senang. “ Yakin? ” Eren menjentikan jari dan menyadarkan Laras akan posisinya kini dengan sosok pemuda yang menurutnya sangat menjengkelkan itu.
Menyadari posisinya dengan Eren yang kembali menjadi sorak sorai dan pusat perhatian teman-teman sekelasnya, Laras langsung mundur beberapa langkah. Tapi Eren sebaliknya, dia ikut mengambil beberapa langkah majudan membuat posisi mereka tidak berubah sama sekali dari posisi mereka sebelumnya.
“ Apa yang lo lakukan? ” hardik Laras ditengah kekesalannya.
“ Persis seperti yang lo lakukan tadi. ” jawab Eren santai dengan kembali menatap langsung mata sang gadis. Gemas dengan tatapan Laras yang begitu pasti, Eren mendekatkan sedikit wajahnya. “ Lo ternyata benar-benar manis yah? Ngebuat gue makin suka aja. ” ujarnya dengan nada yang cukup bervolume,sehingga kembali membuat heboh seisi kelas. Terutama oleh teriakan histeris sebagian siswi dikelas itu.
“ Minggir!! ” kembali menepis tangan Eren yang hendak memegang bahunya, Laras mendorong tubuh Eren dan membuatnya terduduk tepat dipangkuan Zara yang sedang asyik memainkan iphone miliknya. Mata gadis itu memicing tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya, Zara langsung mematikan ponselnya dan bersiap member pelajaran pada Eren yang menurutnya telah lancang mengambil posisi duduk dipangkuannya.
Melihat kemarahan memuncak pada Zara, Eren memilih lari dari jangkauan Zara yang tengah melempar sebuah buku kearahnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments