PABRIK BONEKA [ END ]
"Asek, sip! tanda tangan di sini!"
Keceriaan terlihat di sebuah sudut desa. Beberapa siswa SMA telah merayakan kelulusan mereka dengan saling membubuhkan tanda tangan pada seragam putih abu-abunya. Salah satu diantaranya adalah Noval. Anak seorang petani yang tidak bisa dibilang miskin atau juga kaya. Cukup, kiranya itu kata yang pas untuk menggambarkan ekonomi keluarganya. Karena hal itu jugalah, harapan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah harus ia kubur dalam-dalam.
Ketika malam menjelang, Noval mulai memikirkan perihal apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Di sampingnya, ada Adi yang sebentar lagi akan berangkat ke Surabaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Malam itu, Adi mengucapkan salam perpisahan kepada Noval yang malah ditanggapi dengan candaan. Noval berujar kalau mereka hanya berpisah sebentar, tidak perlu berpamitan. Jalan yang mereka lalui memang berbeda tapi komunikasi akan tetap berjalan.
"Benar juga," gumam Adi.
"Kalau takdir masih berpihak padaku, suatu hari nanti, aku bisa kuliah. Kalau tidak, aku akan bekerja keras hingga menjadi kaya," kelakar Noval.
Adi tertawa.
"Lalu, apa kamu sudah mendapat gambaran, ingin bekerja di mana?"
"Belum tapi, sebentar lagi pasti akan datang kabar baik."
Benar saja, tak lama setelah Noval berucap, ada sepeda motor yang melintas di depan warung, tempat keduanya nongkrong lalu sebuah surat kabar terbang ke arah Noval. Mereka menduga bahwa surat kabar itu milik si pengendara motor yang terbang karena tertiup angin. Noval membaca sepintas koran di depannya dan kemudian tersenyum senang.
"Kenapa kamu?" tanya Adi.
"Sudah kubilang kan kalau kabar baik akan datang?"
"Apa maksudmu?" tanya Adi sekali lagi.
"Lihat!" pinta Noval seraya menunjukkan sebuah lowongan pekerjaan yang tertulis di koran.
"OB (Office Boy) di perusahaan boneka?"
"Tidak masalah kan? lihat gajinya!"
"Kok.. kenapa besar sekali gajinya? satu sengah kali lebih besar dari UMR (Upah Minimum Regional) di sini?"
"Aku bisa lebih banyak menabung dengan gaji segitu."
"Aneh, jangan asal melamar! rasanya, gajinya tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya."
"Kalau belum dicoba, mana bisa aku tahu."
Adi berdehem.
"Ya sudahlah, pokoknya hati-hati saja!"
"Tenang saja! aku ini bisa menjaga diriku sendiri."
"Iya-iya."
Perbincangan malam itu masih berlanjut hingga kurang lebih pukul sebelas malam sebelum kemudian, keduanya kembali ke rumah masing-masing. Saling beristirahat guna mempersiapkan diri untuk urusan yang akan mereka kerjakan esok hari.
...🍂🍂🍂...
Keesokan harinya, Adi berangkat ke Surabaya sementara Noval, mengetik surat lamaran pekerjaan di warnet terdekat. Beberapa kali dahinya mengernyit seraya menghapus beberapa kata yang dinilai kurang tepat. Beberapa menit kemudian, surat lamaran pekerjaannya telah selesai dibuat. Noval kembali melihat lembar surat kabar yang bertuliskan alamat email untuk mengirimkan surat lamarannya.
"Ah ini.. oke.. terkirim, sudah. Tinggal menunggu mereka menghubungiku. Semoga saja ini memang rejekiku!"
Noval menepuk tangannya dan kemudian beranjak dari tempatnya duduk sebab, urusannya telah rampung dikerjakan. Noval menggeber sepeda motor milih ayahnya menyusuri jalanan desa yang notabene masih didominasi tanah dan bebatuan. Motor ini terbilang cukup tangguh mengingat usianya yang telah renta. Mesinnya aus dan terdengar bunyi gemeterak yang seolah menjadi irama tetap tiap kali mesin motor dinyalakan. Melihat penjual es kelapa muda di tepi jalan, Noval lantas menghentikan laju motornya untuk berhenti sejenak menikmati es kelapa muda yang segar.
"Satu pak!" pinta Noval.
"Iya," jawab si penjual.
...🍂🍂🍂...
Malam harinya, Noval berbaring di atas tikar sembari menonton televisi. Tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah nomer tidak dikenal tengah menghubunginya. Noval lekas menerima panggilan tersebut dan dengan sopan menanyakan perihal siapa yang menelponnya itu.
"Selamat malam mas Noval. Maaf mengganggu! Saya Toni dari PT.XXX hendak memberitahukan kalau mas Noval diundang untuk melakukan interview di perusahaan kami besok lusa pukul delapan pagi. Apakah mas Nov bisa?"
"Hah? emm.. bisa-bisa."
"Baiklah kalau begitu, kami tunggu kedatangannya ya?"
"Iya pak, saya akan datang."
"Baik mas Noval, terima kasih atas waktunya, Selamat malam!"
"Selamat malam!"
...Klikk......
Sambungan telepon dimatikan, Noval bersorak senang sebab, tak membutuhkan waktu lama baginya untuk memulai interview pertamanya. Kedua orang tuanya pun turut senang juga.
"Interview di mana itu?" tanya ibunya.
"Di perusahaan XXX buk, jadi office boy."
"Apa itu office boy?"
"Tukang bersih-bersih buk."
"Oh.. ibuk ikut senang. Semoga kamu ketrima ya!"
"Iya buk aamiin!"
"PT. XXX itu di kota ini?" tanya Ayahnya menyela.
"Bukan yah, di kota sebelah."
"Loh, berangkat pulang setiap hari apa tidak capek nanti?"
"Gampang yah, kalau memang Noval diterima, Noval ngekos di sana. Gajinya lumayan banyak yah, Noval tidak akan terlantar."
"Ya sudah kalau begitu. Orang tua sih cuma bisa mendukung dan mendoakan saja."
"Iya yah."
Noval teramat senang seraya lekas mengirimkan kabar kepada Adi melalui pesan singkat.
[ Cepet banget udah dipanggil interview? ] - Tanya Adi.
[ Namanya juga rejeki Di. ]
[ Kok malam-malam ngasih kabarnya? apa karyawan di sana kerjanya sampai malam? ]
[ Mana aku tahu dan gak penting juga. Yang penting, aku diundang interview. ]
[ Iya juga sih, alhamdulillah! ]
[ Iya, alhamdulillah. ]
Noval meletakkan ponselnya di ranjang lalu memilih dari beberapa kemeja terbaik miliknya yang akan ia gunakan untuk interview besok lusa.
...🍂🍂🍂...
Hari yang ditunggu pun tiba. Selepas subuh, Noval telah siap untuk berangkat ke PT.XXX yang terletak di desa sebelah. Ibunya membawakan ia bekal makanan untuk dimakan di sana. Sementara ayahnya, memberikan uang tiga lembar lima puluh ribuan.
"Hati-hati, jangan ngebut!" pesan ayahnya.
"Iya yah."
Noval lantas mencium tangan kedua orang tuanya seraya mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam!" jawab keduanya.
Mesin motor dinyalakan dan dimulailah perjalanan Noval menembus dinginnya pagi yang seolah tengah berusaha keras untuk menembus jaket tebalnya. Beberapa jam berlalu dan kini, ia telah sampai di kota sebelah. Tugas selanjutnya adalah mencari lokasi tepat dari PT. XXX tersebut. Semakin jauh, jauh dan jauh yang mana ternyata, lokasinya cukup jauh hingga harus melewati beberapa kawasan jalan yang membelah hutan.
"Kok jauh sekali ini? apa aku salah jalan?" gumam Noval seraya memelankan laju motornya.
Saat itulah ponselnya kembali berdering. Noval memilih berhenti sebab, dering ponsel tak kunjung berhenti meski ia telah mengabaikannya. Ternyata, itu nomer yang sama seperti yang menelponnya tempo hari, Noval bergegas menerimanya.
"Hallo! selamat pagi pak!"
"Pagi mas Noval, hari ini jadi ya interviewnya?"
"Jadi pak, saya sudah berada di jalan tapi ini, sepertinya saya tersesat."
"Kenapa mas?"
"Saya masuk ke jalanan di tengah hutan begini. Pabriknya di mana ya? apa saya telah memasuki jalan yang benar?"
"Benar kok mas, silahkan dilanjutkan saja perjalanannya! sebentar lagi juga sampai, PT. XXX berada di kiri jalan tepat. Mas Noval pasti akan segera menemukannya."
"Begitu ya, baiklah akan saya lanjutkan, terima kasih!"
"Baik, saya tutup dulu. Kami tunggu kedatangannya!"
"Iya pak."
"Selamat pagi!"
"Selamat pagi!"
Noval mematikan ponselnya sembari bergumam kalau panggilan tadi benar-benar terjadi di waktu yang tepat. Saat dia ragu akan jalan yang dilaluinya, panggilan itu membantunya untuk menghilangkan keraguan. Noval terkekeh seraya kembali melajukan motornya hingga benar-benar sampai di pelataran PT. XXX , tempat ia akan diinterview nanti.
"Alhamdulillah! akhirnya, sampai juga," ucap Noval.
...🍂 Bersambung... 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙖𝙬𝙖𝙡 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙙𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙧𝙚𝙢 𝙚𝙪𝙮 😱😱😱
2023-07-28
0
Shinta Teja
emang mas nya gak nanya2 dulu ke warga sekitar sebelum ke pabrik itu?!🤔
2022-12-09
0
Putrii Marfuah
mampir setelah sugeng rawuh 😁.
awalnya dah bikin mikir
2022-10-14
0