NovelToon NovelToon

PABRIK BONEKA [ END ]

LOWONGAN PEKERJAAN

"Asek, sip! tanda tangan di sini!"

Keceriaan terlihat di sebuah sudut desa. Beberapa siswa SMA telah merayakan kelulusan mereka dengan saling membubuhkan tanda tangan pada seragam putih abu-abunya. Salah satu diantaranya adalah Noval. Anak seorang petani yang tidak bisa dibilang miskin atau juga kaya. Cukup, kiranya itu kata yang pas untuk menggambarkan ekonomi keluarganya. Karena hal itu jugalah, harapan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah harus ia kubur dalam-dalam.

Ketika malam menjelang, Noval mulai memikirkan perihal apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Di sampingnya, ada Adi yang sebentar lagi akan berangkat ke Surabaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Malam itu, Adi mengucapkan salam perpisahan kepada Noval yang malah ditanggapi dengan candaan. Noval berujar kalau mereka hanya berpisah sebentar, tidak perlu berpamitan. Jalan yang mereka lalui memang berbeda tapi komunikasi akan tetap berjalan.

"Benar juga," gumam Adi.

"Kalau takdir masih berpihak padaku, suatu hari nanti, aku bisa kuliah. Kalau tidak, aku akan bekerja keras hingga menjadi kaya," kelakar Noval.

Adi tertawa.

"Lalu, apa kamu sudah mendapat gambaran, ingin bekerja di mana?"

"Belum tapi, sebentar lagi pasti akan datang kabar baik."

Benar saja, tak lama setelah Noval berucap, ada sepeda motor yang melintas di depan warung, tempat keduanya nongkrong lalu sebuah surat kabar terbang ke arah Noval. Mereka menduga bahwa surat kabar itu milik si pengendara motor yang terbang karena tertiup angin. Noval membaca sepintas koran di depannya dan kemudian tersenyum senang.

"Kenapa kamu?" tanya Adi.

"Sudah kubilang kan kalau kabar baik akan datang?"

"Apa maksudmu?" tanya Adi sekali lagi.

"Lihat!" pinta Noval seraya menunjukkan sebuah lowongan pekerjaan yang tertulis di koran.

"OB (Office Boy) di perusahaan boneka?"

"Tidak masalah kan? lihat gajinya!"

"Kok.. kenapa besar sekali gajinya? satu sengah kali lebih besar dari UMR (Upah Minimum Regional) di sini?"

"Aku bisa lebih banyak menabung dengan gaji segitu."

"Aneh, jangan asal melamar! rasanya, gajinya tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya."

"Kalau belum dicoba, mana bisa aku tahu."

Adi berdehem.

"Ya sudahlah, pokoknya hati-hati saja!"

"Tenang saja! aku ini bisa menjaga diriku sendiri."

"Iya-iya."

Perbincangan malam itu masih berlanjut hingga kurang lebih pukul sebelas malam sebelum kemudian, keduanya kembali ke rumah masing-masing. Saling beristirahat guna mempersiapkan diri untuk urusan yang akan mereka kerjakan esok hari.

...🍂🍂🍂...

Keesokan harinya, Adi berangkat ke Surabaya sementara Noval, mengetik surat lamaran pekerjaan di warnet terdekat. Beberapa kali dahinya mengernyit seraya menghapus beberapa kata yang dinilai kurang tepat. Beberapa menit kemudian, surat lamaran pekerjaannya telah selesai dibuat. Noval kembali melihat lembar surat kabar yang bertuliskan alamat email untuk mengirimkan surat lamarannya.

"Ah ini.. oke.. terkirim, sudah. Tinggal menunggu mereka menghubungiku. Semoga saja ini memang rejekiku!"

Noval menepuk tangannya dan kemudian beranjak dari tempatnya duduk sebab, urusannya telah rampung dikerjakan. Noval menggeber sepeda motor milih ayahnya menyusuri jalanan desa yang notabene masih didominasi tanah dan bebatuan. Motor ini terbilang cukup tangguh mengingat usianya yang telah renta. Mesinnya aus dan terdengar bunyi gemeterak yang seolah menjadi irama tetap tiap kali mesin motor dinyalakan. Melihat penjual es kelapa muda di tepi jalan, Noval lantas menghentikan laju motornya untuk berhenti sejenak menikmati es kelapa muda yang segar.

"Satu pak!" pinta Noval.

"Iya," jawab si penjual.

...🍂🍂🍂...

Malam harinya, Noval berbaring di atas tikar sembari menonton televisi. Tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah nomer tidak dikenal tengah menghubunginya. Noval lekas menerima panggilan tersebut dan dengan sopan menanyakan perihal siapa yang menelponnya itu.

"Selamat malam mas Noval. Maaf mengganggu! Saya Toni dari PT.XXX hendak memberitahukan kalau mas Noval diundang untuk melakukan interview di perusahaan kami besok lusa pukul delapan pagi. Apakah mas Nov bisa?"

"Hah? emm.. bisa-bisa."

"Baiklah kalau begitu, kami tunggu kedatangannya ya?"

"Iya pak, saya akan datang."

"Baik mas Noval, terima kasih atas waktunya, Selamat malam!"

"Selamat malam!"

...Klikk......

Sambungan telepon dimatikan, Noval bersorak senang sebab, tak membutuhkan waktu lama baginya untuk memulai interview pertamanya. Kedua orang tuanya pun turut senang juga.

"Interview di mana itu?" tanya ibunya.

"Di perusahaan XXX buk, jadi office boy."

"Apa itu office boy?"

"Tukang bersih-bersih buk."

"Oh.. ibuk ikut senang. Semoga kamu ketrima ya!"

"Iya buk aamiin!"

"PT. XXX itu di kota ini?" tanya Ayahnya menyela.

"Bukan yah, di kota sebelah."

"Loh, berangkat pulang setiap hari apa tidak capek nanti?"

"Gampang yah, kalau memang Noval diterima, Noval ngekos di sana. Gajinya lumayan banyak yah, Noval tidak akan terlantar."

"Ya sudah kalau begitu. Orang tua sih cuma bisa mendukung dan mendoakan saja."

"Iya yah."

Noval teramat senang seraya lekas mengirimkan kabar kepada Adi melalui pesan singkat.

[ Cepet banget udah dipanggil interview? ] - Tanya Adi.

[ Namanya juga rejeki Di. ]

[ Kok malam-malam ngasih kabarnya? apa karyawan di sana kerjanya sampai malam? ]

[ Mana aku tahu dan gak penting juga. Yang penting, aku diundang interview. ]

[ Iya juga sih, alhamdulillah! ]

[ Iya, alhamdulillah. ]

Noval meletakkan ponselnya di ranjang lalu memilih dari beberapa kemeja terbaik miliknya yang akan ia gunakan untuk interview besok lusa.

...🍂🍂🍂...

Hari yang ditunggu pun tiba. Selepas subuh, Noval telah siap untuk berangkat ke PT.XXX yang terletak di desa sebelah. Ibunya membawakan ia bekal makanan untuk dimakan di sana. Sementara ayahnya, memberikan uang tiga lembar lima puluh ribuan.

"Hati-hati, jangan ngebut!" pesan ayahnya.

"Iya yah."

Noval lantas mencium tangan kedua orang tuanya seraya mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam!" jawab keduanya.

Mesin motor dinyalakan dan dimulailah perjalanan Noval menembus dinginnya pagi yang seolah tengah berusaha keras untuk menembus jaket tebalnya. Beberapa jam berlalu dan kini, ia telah sampai di kota sebelah. Tugas selanjutnya adalah mencari lokasi tepat dari PT. XXX tersebut. Semakin jauh, jauh dan jauh yang mana ternyata, lokasinya cukup jauh hingga harus melewati beberapa kawasan jalan yang membelah hutan.

"Kok jauh sekali ini? apa aku salah jalan?" gumam Noval seraya memelankan laju motornya.

Saat itulah ponselnya kembali berdering. Noval memilih berhenti sebab, dering ponsel tak kunjung berhenti meski ia telah mengabaikannya. Ternyata, itu nomer yang sama seperti yang menelponnya tempo hari, Noval bergegas menerimanya.

"Hallo! selamat pagi pak!"

"Pagi mas Noval, hari ini jadi ya interviewnya?"

"Jadi pak, saya sudah berada di jalan tapi ini, sepertinya saya tersesat."

"Kenapa mas?"

"Saya masuk ke jalanan di tengah hutan begini. Pabriknya di mana ya? apa saya telah memasuki jalan yang benar?"

"Benar kok mas, silahkan dilanjutkan saja perjalanannya! sebentar lagi juga sampai, PT. XXX berada di kiri jalan tepat. Mas Noval pasti akan segera menemukannya."

"Begitu ya, baiklah akan saya lanjutkan, terima kasih!"

"Baik, saya tutup dulu. Kami tunggu kedatangannya!"

"Iya pak."

"Selamat pagi!"

"Selamat pagi!"

Noval mematikan ponselnya sembari bergumam kalau panggilan tadi benar-benar terjadi di waktu yang tepat. Saat dia ragu akan jalan yang dilaluinya, panggilan itu membantunya untuk menghilangkan keraguan. Noval terkekeh seraya kembali melajukan motornya hingga benar-benar sampai di pelataran PT. XXX , tempat ia akan diinterview nanti.

"Alhamdulillah! akhirnya, sampai juga," ucap Noval.

...🍂 Bersambung... 🍂...

INTERVIEW

Noval memandang sebuah gedung di depannya sebelum kemudian melangkah masuk dan disambut oleh dua orang satpam.

"Selamat pagi mas! ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu dari mereka.

"Oh, ini pak, saya ada panggilan untuk interview pagi ini."

"Atas nama siapa?"

"Noval."

"Baik mas Noval, mari ikut saya!"

"Iya."

Noval dibawa masuk ke sebuah ruangan yang tidak begitu besar. Di sana ada satu meja kerja dan dua kursi. Ada juga jam dinding yang melekat di tembok serta sebuah vas bunga yang diletakkan di salah satu sudut ruangan. Noval diminta untuk menunggu, sementara satpam yang mengantarnya kembali ke tempat ia berjaga.

Noval menghabiskan waktu tunggunya untuk mengamati ruangan tempat ia berada hingga akhirnya, ia merasa bosan. Kurang lebih satu jam, datang seorang laki-laki yang kemudian menginterview dirinya. Pertanyaannya standar saja, perihal pendidikan terakhir, tempat tinggal serta pengalaman pekerjaan yang mungkin sudah pernah ia lakukan sebelumnya. Selain itu, laki-laki yang memperkenalkan diri sebagai pak Beni tersebut juga mengujinya perihal apa saja pekerjaan yang harus dilakukan office boy. Noval menjawab sepengetahuannya saja dan hal itu berlalu dengan cukup baik.

Singkatnya, Noval diterima bekerja di sana. Dia akan langsung mulai bekerja pada keesokan harinya. Noval tentu saja senang namun, ada satu hal yang membuat ia sedikit gusar yakni shift malam. Baru kali ini, dia tahu kalau office boy, ada juga yang bekerja pada malam hari. Noval bahkan bergumam bahwa ia sudah seperti satpam saja yang harus berjaga di malam hari. Entah kenapa, muncul rasa takut yang tentu segera ia halau rasa itu.

"Ini kan pabrik besar pasti banyak pekerja yang akan bekerja di malam hari juga. Apa yang harus aku takutkan?" ucapnya di dalam hati.

Perihal gaji pun telah disampaikan dan keduanya sepakat. Setelah itu, Noval diizinkan untuk pulang. Mempersiapkan semuanya sebelum bekerja secara resmi pada keesokan harinya. Noval mengucapkan terima kasih lalu pamit, undur diri. Pak Beni hanya mengangguk tanpa membalas senyuman yang Noval berikan. Noval lantas berjalan ke lobby seraya menganggukkan sedikit kepalanya untuk menyapa pak satpam yang tadi mengantarkannya. Sayangnya, sapaan Noval hanya dibalas dengan tatapan yang dingin. Enggan berpikir macam-macam, Noval mengabaikannya dan terus melangkah, menghampiri motor ayahnya lalu mulai menyalakan mesinnya untuk mencari kamar kos yang bisa ia sewa.

...🍂🍂🍂...

Setelah beberapa jam mencari, akhirnya Noval mendapatkan kamar kos yang diinginkan. Hanya saja, jaraknya lumayan jauh dari pabrik. Namun, Noval menganggap bahwa biaya akomodasi masih tercover oleh gajinya nanti. Sehingga hal itu tidaklah menjadi maslah. Setelah memberikan uang muka sebesar seratus ribu rupiah, Noval lantas pergi mencari makan sebelum kemudian kembali pulang ke rumah.

Ke dua orang tuanya merasa bahagia mendengar kabar kalau anaknya berhasil diterima bekerja. Ibunya membantu Noval berkemas sementara Noval sendiri, diminta untuk mandi. Ayahnya memberikan uang sebesar tujuh ratus ribu rupiah untuk bekalnya di sana hingga ia mendapatkan gaji pertamanya nanti. Ibunya membawakan beras dan beberapa jenis sayuran agar bisa Noval masak di sana. Bahkan, ibunya juga membawakan kompor satu tungku lengkap dengan peralatan memasaknya. Noval sempat menggerutu tapi tetap membawa semua yang orang tuanya bawakan.

"Mau berangkat jam berapa besok?" tanya ayahnya.

"Noval mau berangkat hari ini yah. Langsung istirahat di kossan biar besok, tidak terlambat di hari pertama bekerja."

"Apa kamu tidak capek?"

"Enggak pak, Noval masih muda, tenang saja!"

"Makan dulu kalau begitu!"

"Iya."

...🍂🍂🍂...

Usai makan, Noval memeriksa barang bawaannya lalu berpamitan kepada kedua orang tuanya. Ini adalah kali pertama, Noval merantau, tinggal jauh dari orang tuanya. Meski orang tuanya merasa berat. Namun, hal ini tetap harus dilakukan. Noval menggeber motornya, menerobos jalanan yang sama dinginnya seperti tadi pagi. Bedanya, sekarang telah gelap.

Beberapa jam kemudian, Noval sampai di kossan. Ia ketuk rumah si ibu tuan rumah untuk membayar pelunasan uang sewa. Kunci kamar diberikan dan kemudian, Noval memasukkan seluruh bawaannya ke dalam kamar. Noval mengucapkan hamdalah seraya merebahkan tubuhnya di lantai yang hanya ia alasi dengan tikar. Beberapa pakaian ia tumpuk untuk digunakan sebagai bantal.

"Cukup, begini saja sudah nyaman. Gajian pertama, baru kubeli kasur dan bantal," gumamnya.

Tak butuh waktu lama, Noval sudah terlelap karena kelelahan.

...🍂🍂🍂...

Keesokan harinya, Noval bergegas mandi lalu berangkat bekerja. Belum sempat masak dan sarapan. Ia pikir, semua barang masih berantakan, belum ditata. Itulah kenapa akhirnya, Noval memilih untuk membeli sarapan di warung saja sembari berangkat ke tempat ia bekerja.

"Nasi pecelnya 1 bungkus ya buk!"

"Iya mas," jawab si penjual.

Tak lama kemudian, pesanan diberikan dan Noval pun membayar.

"Terima kasih!"

"Iya mas, sama-sama."

Noval melanjutkan perjalanannya sampai ke pabrik.

...🍂🍂🍂...

Di pabrik, Noval diperkenalkan dengan pak Sigit yang merupakan atasan langsungnya dan beliau jugalah yang akan memandunya. Pak Sigit lantas menunjukkan ruangan penyimpanan alat-alat kebersihan dan mengatakan tentang apa saja urutan pekerjaan yang harus dilakukan.

"Baik pak," jawab Noval.

Noval memulai pekerjaan pertamanya dengan mencuci gelas dan piring agar segera bisa digunakan kembali oleh para karyawan. Dilanjutkan dengan menyapu lalu mengepel ruangan demi ruangan yang ada di sana. Ada sekitar tiga office boy yang bekerja pagi itu. Masing-masing terbagi dalam tiga bagian yakni lantai satu, lantai dua dan halaman luar. Noval mendapat bagian di lantai satu kali ini. Di lantai satu ini, terdapat lobby, pantry, kamar mandi, ruangan kecil tempat Noval diinterview serta tempat mesin-mesin pembuatan boneka. Sementara lantai dua digunakan sebagai kantor, lobby VIP (tamu khusus) dan ada juga pantry serta kamar mandi. Seperti pabrik pada umumnya, luas gedung ini pun lumayan besar.

Noval tidak memperhatikan hal lain selain pekerjaannya. Noval berusaha melakukan pekerjaannya dengan baik. Terlebih, ini hari pertamanya bekerja sekaligus pengalaman pertama untuknya. Noval akan mengulas senyum ketika berpapasan dengan siapa pun hingga dia merasa kalau para pegawai hingga buruh pabrik kurang ramah padanya.

"Ah sudahlah, anak baru kan sudah biasa dikerjain. Pelan-pelan juga akan akrab sendiri. Lagi pula, mereka juga sibuk," gumam Noval di dalam hati.

"Val!" panggil pak Sigit.

"Iya pak, ada apa?"

"Jangan lupa lap kaca juga ya!"

"Siap pak!"

Pak Sigit mengangguk lalu kembali melenggang pergi.

"Duh! ketahuan pak Sigit pas lagi bengong, apes," gerutunya Noval di dalam hati.

Noval kembali melanjutkan pekerjaannya menyapu ruangan.

...🍂 Bersambung... 🍂...

DINGIN

Tanpa terasa, setengah hari telah berlalu. Noval pergi ke area kantin yang lokasinya terpisah dari area gedung utama. Beberapa stand makanan berjajar dengan rapi. Noval memilih salah satunya lalu memesan makanan di sana. Tak butuh waktu lama, makanan telah siap dihidangkan.

Suasana kantin ramai, hanya saja, tak banyak obrolan yang terdengar. Noval mendekati salah seorang rekan sesama OB yang bernama pak Hadi dan meminta izin untuk duduk di sebelahnya. Pak Hadi mengizinkan dengan isyarat menganggukkan kepala. Noval yang notabene masih baru, mencoba mengakrabkan diri dengan rekan seniornya dengan cara memulai obrolan terlebih dahulu.

"Pak Hadi sudah lama bekerja di sini?"

"Iya, sudah lama," jawab pak Hadi sembari menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Pak Hadi asli dari sini atau perantauan?"

"Asli."

"Rumah pak Hadi di mana?"

"Di dekat sini."

"Oh.."

Noval berhenti bertanya karena bingung harus bertanya apa lagi. Sikap pak Hadi dinilai terlalu dingin. Seolah tak ingin membuka ruang untuk ditelisik lebih dalam lagi. Entah kenapa, semua orang bersikap dingin padanya. Usai makan, pak Hadi berdiri dan mengatakan sesuatu yang cukup menohok bagi Noval.

"Jaga sikap saja selama bekerja di sini!"

...Deg.....

"Hemm.. maksud pak Hadi apa?"

Pak Hadi berjalan meninggalkan Noval tanpa menjawab pertanyaannya. Kini, Noval berdebat dengan pemikirannya sendiri.

"Pantas saja pak Hadi dingin sekali. Apa sikapnya itu berkaitan dengan peringatannya padaku? apa yang pak Hadi takutkan sampai bersikap sedingin itu padaku?"

Noval mulai bertanya-tanya sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.

...Deg.....

"Semua sibuk dengan makanannya. Hampir tidak ada yang saling berbicara," ucap Noval di dalam hati.

...🍂🍂🍂...

Noval berusaha mengabaikan sikap dingin para karyawan dengan fokus mengerjakan pekerjaannya saja. Meski demikian, Noval tetap bersikap ramah walau diacuhkan. Dia pikir, betapa pun diabaikan tapi gajinya sungguh menggiurkan. Jadi, sebisa mungkin, dia harus bertahan.

Waktu berlalu dengan cepat hingga langit menorehkan warna jingga nan indah. Noval bersiap untuk pulang saat pak Sigit menghampirinya dan menanyakan perihal pekerjaannya hari ini.

"Lancar semua pak," jawab Noval.

"Besok, datang jam tujuh pagi ya!" perintah pak Sigit.

"Baik pak."

"Shift pagi harusnya mulai jam tujuh sampai jam empat sore. Karena hari ini masih pertama, kamu bekerja maka, masih diberi toleransi."

"Iya pak, besok saya datang jam tujuh."

"Ya sudah."

"Saya pamit pak, assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Noval berjalan menuju parkiran lalu menggeber motornya untuk kembali ke kossan. Di perjalanan, ia membeli mie instan dan telur untuk nanti, di masak di kossan.

...🍂🍂🍂...

"Bujang oh bujang, makan mie instan sudah nikmat haha," ucap Noval seraya memarkir motornya lalu berjalan masuk ke dalam kamar kosnya.

Noval bergegas membersihkan diri sebelum kemudian merebus mie instan. Saat itulah si ibu tuan rumah mendatangi Noval untuk memberinya nasi goreng lengkap dengan ayam suwir dan telur dadar.

"Terima kasih banyak loh buk!" ucap Noval.

"Iya mas. Saya lihat, mas Noval baru datang semalam tapi langsung bekerja pagi harinya. Saya pikir, mas Noval mungkin, belum sempat beberes dan memasak. Jadi, saya lebihin bikin nasi gorengnya tadi."

"Iya buk benar sekali. Saya memang belum sempat beberes. Barang-barang masih berantakan. Mau gimana lagi, saya diminta langsung masuk kerja tadi pagi," jelas Noval.

"Mas Noval kerja di mana memangnya?"

"Di PT.XXX."

"Di mana itu ya?"

"Di desa Gringging buk."

"Desa Gringging?"

"Iya."

Si ibu pemilik kossan terlihat tengah berpikir keras namun tetap tidak bisa mengingatnya.

"Mungkin, saya yang tidak tahu kalau ada pabrik di sana. Maklum, ibu rumah tangga, kerjaannya ya di rumah," timpal si ibu disusul tawa kecil.

Noval turut ikut tertawa juga.

...🍂🍂🍂...

Noval terlihat lahap memakan mie instan dan nasi goreng pemberian si ibu pemilik kosan. Setelah merasa kenyang, Noval lekas membereskannya lalu menata barang bawaan yang kemarin masih ia letakkan begitu saja. Sekitar pukul sembilan malam, semua pekerjaan telah selesai dilakukan. Noval lantas merebahkan diri di atas tikar sembari membuka beberapa aplikasi dalam ponselnya. Ada satu pesan dari Adi yang kemudian, Noval buka.

[ Gimana kerjaanmu? ada cerita apa? ]

Noval tersenyum seraya mengetik pesan balasan.

[ Lancar. Capek sih tapi lama-lama juga bakal terbiasa. Gimana kuliahmu? ]

[ Gagal tapi aku tetap di Surabaya, masuk ke kampus swasta. ]

[ Oh, swasta juga gak masalah. ]

Obrolan mereka berlanjut sembari Noval membuka media sosial miliknya. Memotret diri sendiri lalu menulis caption kalau sedang meniti karir, di sertai emoticon senyum dan tawa kecil. Kurang lebih setengah jam kemudian, Noval meletakkan ponselnya lalu tidur dengan pulas.

...🍂🍂🍂...

Keesokan harinya, ia kembali berkutat dengan rutinitas yang sama. Bedanya, hari ini, ia memasak sendiri. Meski hanya nasi putih ditambah telur ceplok. Terasa sangat nikmat untuknya. Setelah semua selesai, Noval lantas bergegas, berangkat bekerja.

"Pagi pak!" sapa Noval kepada dua satpam yang tengah berjaga.

Kedua satpam tersebut hanya mengangguk tanpa mengulas senyum segaris pun. Noval memarkirkan motornya lalu masuk ke dalam gedung. Hari ini ada yang berbeda, beberapa karyawan menanggapi sapaan Noval meski hanya dengan anggukan kepala. Hal itu cukup membuat Noval senang sekaligus merasa lega. Bagaimana pun, kemarin dia sempat merasa khawatir saat pak Hadi memperingatinya. Noval juga berpendapat bahwa saling bertegur sapa adalah bentuk menjaga sikap dengan sesama pekerja. Noval menganggap, itu juga termasuk menjaga sikap seperti yang pak Hadi katakan.

Malah, yang aneh adalah sikap pak Hadi. Ia melenggang begitu saja saat berpapasan dengan Noval. Bahkan, sama sekali tidak menggubris saat Noval menyapa serta memanggil. Meski bingung, Noval masih berusaha untuk maklum, seraya melangkahkan kakinya menuju ke ruang peralatan kebersihan dan memulai pekerjaannya.

...🍂🍂🍂...

Pada jam istirahat, Noval sengaja duduk di sebelah pak Hadi lagi sebab, ia merasa penasaran. Bahkan, Noval membelikan es teh manis juga untuk pak Hadi. Pertanyaan basa-basi ia lontarkan hingga puncaknya, ia bertanya tentang sikap para karyawan yang terkesan dingin. Pak Hadi memandang Noval sesaat sebelum kemudian kembali menatap makanannya tanpa memberikan jawaban apa-apa. Noval mendengus seraya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Apa-apa an ini?" gerutu Noval di dalam hati.

Noval kembali memperhatikan sekitar yang mana, keadaannya tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya. Tak lama kemudian, pak Hadi telah selesai makan. Ia berdiri tapi tak langsung melangkah pergi. Melainkan berhenti sesaat sembari berujar:

"Kamu pikir, gaji besar yang tak sewajarnya yang kamu terima itu, alasannya kenapa?"

"Hah?"

Noval dibuat bingung dengan pertanyaan pak Hadi yang jelas, tidak ia mengerti. Sekali lagi, pak Hadi melenggang pergi tanpa memberikan jawaban yang jelas.

"Ah sial! apa maksudnya?" desah Noval.

...🍂 Bersambung... 🍂...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!