Tertulis Dalam Imam Ku
Wanita berambut panjang, berkulit putih menangis di depan pancuran air yang menjadi ke indahan salah satu taman di tengah kota. Dia terisak meratapi kehidupannya seperti tidak punya siapa-siapa, memiliki keluarga yang utuh, orang tua yang lengkap dan kakak juga adik perempuannya.
Tetapi baginya dia selalu merasa sendiri karena selalu di kucilkan, di salahkan dalam setiap waktu dan apa-apa memang dia yang di anggap salah. Walau tidak melakukan kesalahan.
Rania Anastasya Syah Reza. Gadis berusia 25 tahun. Adalah wanita karir yang sukses dalam karir.
Rania 3 bersaudara memiliki kakak yang 3 tahun di atasnya yang bernama, Willona Amelia yang sudah berkeluarga dan sedang dalam proses perceraian dengan suaminya Bramana.
Selain itu Rania juga memiliki adik perempuan yang bernama Della Kalisa yang masih berusia 17 tahun, yang sekarang masih melanjutkan pendidikan menengahnya.
Meski menjadi pengangkat derajat orangtuanya. Bukan berarti Rania diperlakukan seperti seorang putri di rumahnya. Justru dia selalu menjadi imbas kemarahan orangtuanya,
Dia juga menjadi imbas masala rumah tangga kakaknya yang menimbulkan perceraian kakaknya. Dianggap sebagai pelakor dalam rumah tangga kakaknya Willo.
Sarapan yang terlihat tenang berubah menjadi ricuh, mendengar suara teriakan Willo dan suara jeritan 2 anak kecil yang masih berusia 7 dan 5 Tahun.
" Rania, Rania, kurang ajar lo!" Teriak Willo dari depan rumah sampai menuju meja makan.
Suaranya yang menggelegar membuat suasana sarapan menjadi kacau.
" Ada apa ini?" Tanya sang mama, " willo kenapa kamu teriak-teriak?" Faridah kembali bertanya pada Willo dengan nada sedikit keras.
Rania, Della, mama dan papanya langsung berdiri ketika Willo yang berdiri berkacak pinggang di ujung meja makan. Suara keras keponakan pun terus menangis, tidak ada yang mau kalah dengan tangisan sang keponakan dengan suara teriakan mamanya yang memanggil Rania.
" Ma, si Rania godain suami Willo dan sekarang Willo pengen cerai sama mas Bram," Jawab Willo berteriak mengeluarkan amarahnya menunjuk tepat di wajah Rania yang kaget dirinya yang mendapat tuduhan yang sangat tidak masuk akal.
" Apa maksud kakak, jangan sembarangan menyalahkan orang." Bantah Rania yang berlalu dari meja makan mendekati kakaknya yang menuduhnya dengan seenaknya.
" Gak, usah sok munafik, lo pikir gue gak tau kelakukan lo Hah!" lo sudah ngancurin rumah tangga gue. Memang gak ada laki-laki lain hah! selain suami orang, suami kakak lo sendiri," teriak Willo dengan menggelegar tidak bisa menahan amarahnya.
" Benar itu Rania." Tanya Rudi yang dengan nada tinggi yang langsung mengambil keputusan untuk membenarkan perkataan Willona. Tanpa mencari tau dulu.
" Pa, itu gak benar, kakak jangan sembarangan menyalahkan aku." Teriak Rania membantah tuduhan kakaknya tersebut.
Dia juga semakin kesal. Papanya malah bertanya seakan-akan apa yang di katakan kakaknya adalah benar. Belum mencari kebenarannya langsung menyalahkan dirinya.
Suasana sangat kacau, tangisan Lila dan Bobo yang tak terbendung lagi, membuat Della membawa ke-2 anak tersebut pergi dari keributan.
Della berjongkok dan meraih ke-2 tangan keponakannya itu. keponakan yang menangis keras bahkan masih memakai seragam sekolah yang tidak tau apa-apa
" Sayang ikut Tante ya," sahut Della. Langsung mengajak keponakannya pergi dari kericuhan itu.
Untung saja Bobo dan Lila langsung menurut. Della pun berhasil memisahkan keponakannya itu dari sang mama yang terbakar emosi.
" Willo, apa yang kamu bicarakan. Kenapa kamu bisa mengatakan jika Rania merusak rumah tangga kamu," ucap Farida sang mama yang juga merasa tuduhan sang anak tidak benar sama sekali.
" Itu memang kenyataan ma," teriak Willo meyakinkan sang mama.
" Ma, itu tidak benar, Rania tidak punya waktu, untuk hal yang tidak bermutu seperti itu," sahut Rania yang terus membantah tuduhan yang murahan itu.
" Jangan munafik lo, lo pikir gue gak tau, dia selama ini suka sama lo dan lo sama dia main belakang," teriak Willo masih terus menyudutkan Rania yang tidak tau apa-apa. Mendengarnya Rania mendengus kasar.
" Jaga bicara kakak. Kalau dia suka sama Aku. Itu bukan salah gue. Salahkan suamimu jangan menyalahkan orang. Makanya kakak ngaca jadi perempuan. Kakak jadi istri gak bejus makanya lakik mu kabur." Teriak Rania tepat di wajah Wilona yang dia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya.
" Apa lo bilang, apa lo merasa sudah paling pintar hah!" teriak Willo.
" Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Kalau suami kakak kabut. Itu karena ada yang salah sama kakak," teriak Rania menyadarkan Willo.
" Kurang ajar," Willo maju satu langkah dan langsung melayangkan tangannya.
Plakkkk..
Tamparan itu harus melayang kepipi mulus Rania, sehingga membuat wajahnya miring dan pipi yang panas itu tertutup rambut panjangnya.
" Lo benar-benar sampah," tunjuk Willo, " Pantesan gak ada cowok yang mau sama Lo. Lo bilang gue ngaca Lo yang ngaca. Lo sadar nggak sampai detik ini nggak ada cowok yang mau sama lo. Semua laki-laki kabur ninggalin Lo. Makanya elo embat suami orang, dasar perempuan murahan," Willo terus berbicara dengan sinis dengan nada tingginya yang menusuk hati Rania.
" Kakak, bilang Aku sampah. Kakak sadar diri. Kakak dan suami mu yang kurang ajar yang lebih dari sampah. Aku bekerja keras hanya untuk biaya hidup kalian, dari semua yang kakak pake atas sampai bawah aku yang biayai sampai celana dalem mu semua hasil keras kundan sekarang kakak berani bilang aku sampah," Teriak Rania.
" Rania cukup." Bentak Rudi.
" Kenapa? Papa masih belain dia hah! dia datang kerumah ini menyalahkan Rania atas suaminya yang tidak bisa melakukan apa-apa, kalian semua tidak tau diri sudah dikasih hidup enak masih kurang enak." Teriak Rania kehilangan kendalinya.
Plakkkk
Tamparan ke-2 dari sang papa kembali melayang di pipi yang sama, Sang mama hanya pasrah melihat kejadian itu. Dia menutup mulutnya kembali menyaksikan kekerasan dalam rumah tangganya.
Rania menerima tamparan itu terdiam dengan memegang pipinya yang tertutup rambut panjangnya. Ini bukanlah yang pertama kali bagi Rania bahkan sering mendapatkan pukulan dari papanya dan juga kakaknya.
Memang dia tidak bisa menjaga mulutnya dan membuat tamparan itu melayang hanya dengan kata yang sama keluar dari mulut Rania.
Kata yang mengungkit kehidupan, materi, kemewahan yang susah payah diraihnya agar keluarganya terpandang dan di hormati orang-orang. Tetapi memang keluarganya tidak tau diri.
Tetes air mata itu kembali jatuh dan berarti berakhir juga pertengkaran pagi itu, tanpa di ketahui siapa yang salah dan siapa yang benar.
Rania mengambil tasnya yang diletakkan di atas meja makan dan menatap sinis sang papa dan kakaknya lalu melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari rumah itu.
Rumah megah itu hasil dari keringatnya hanya seperti neraka, jauh dari kata teduh dan kenyamanan.
" Rania," teriak sang mama saat punggung putrinya lama kelamaan sudah menghilang.
Kepergian Rania membuat Rudi terduduk lemas di kursi meja makan. Ya jika putrinya mengeluarkan kata-kata itu pasti tangannya dengan mudah melayang. Dan sekarang Pria yang berusia 50 tahunan itu hanya duduk lemas dengan memijat kepalanya.
Jika di tanya penyesalan pasti ada. Karena seakan gagal menjadi seorang ayah. Yang tidak bisa mendidik putrinya.
*********
Itulah yang membuat Rania hari ini terisak menangis di taman.
Kedatangan kakaknya menyalahkan nya atas perceraian yang akan terjadi dan papanya kembali menamparnya. Dan masalah akan selesai sampai di situ tanpa ada penyelesaian mencari siapa yang salah dan yang benar. Seakan dirinya lah yang memang bersalah.
Saat seperti ini Rania justru ingin kembali ingin seperti dulu, seperti saat masa kecilnya, meski selalu di hina orang, diremehkan tetangga tetapi dia mendapat kehangatan dari keluarga kecilnya.
Memang benar dia sendiri yang mengubah keluarganya, memiliki ambisi yang tinggi untuk menjadi orang sukses agar keluarganya terhormat.
Setelah lulus SMA Rania bekerja keras agar bisa mengubah nasib keluarganya, Tidak ada yang sia-sia. Nasib baiknya terus datang dan pelan-pelan mengangkat derajat keluarganya.
Tetapi justru keluarga yang dibalutnya dengan kemewahan menjauhkan mereka dari sang pencipta, lupa akan akhirat karena dipenuhi Dunia, tidak mungkin ingin mengembalikan seperti awal, siapa yang ingin susah kembali.
Bahkan ketakutan kehilangan harta membuat kita semakin ambisi dan semakin melupakan sang pencipta. Kita lebih takut kehilangan yang kita gapai dari pada takut kepada sang pencipta yang kapanpun bisa mengambilnya.
" Hiks-hiks-hiks suara isakan tangisan itu masih terdengar meski banyak orang di sekitarnya, mereka tidak akan mendengar suara tangisan itu karena suara pancuran air dan suara anak-anak yang bermain berlari-lari dengan wajah penuh kebahagian dan tawa yang indah.
" Kenapa? Aku jadi bahan kesalahan, apa aku tidak bisa sedikit saja merasa kebahagian apa tuhan begitu membenciku sampai aku harus terus mengalami semua ini, kenapa harus aku yang mengalami semua ini," Keluhnya terisak menangis senggugukan dengan air matanya yang tidak berhenti.
Manusia memang pasti menyalahkan Tuhannya ketika ditimpa masalah bukan malah berbicara pada hati sendiri dan memperbaiki kesalahan malah seenaknya menyalahkan Tuhannya.
Bagi Rania tempat itu adalah tempat ternyaman untuknya, untuk menangis, duduk di pinggir pancuran air. Yang meratapi nasibnya.
Selalu ditimpa masalah, bahan kesalahan dalam keluarganya. Di hina sang kakak, tidak mendapat perhatian dari siapapun. Semuanya memang hilang hanya karena limpahan kekayaan.
Rania meraih tasnya dan merogoh mencari sesuatu. Ponsel, Rania melap kasar air matanya dan melihat pesan masuk. Pesan wa dari Seketarisnya Astri yang menyuruhnya untuk segera kekantor menghadiri rapat penting.
Ketika menerima pesan itu. Rania menarik napasnya panjang bercermin di ponselnya dan dengan, mengusap air matanya dan memperbaiki riasannya sebentar. Karena tidak mungkin saat dia kekantor berpenampilan seperti itu.
Setelah merasa cukup. Lalu Rania bergegas pergi dari lokasi tersebut dan memasuki mobilnya dengan buru-buru. Karena memang ada pekerjaan yang harus secepatnya di selesaikan nya.
Bersambung...
Para readers mohon dukungan di novel aku yang berikutnya ini. Aku tunggu jejak-jejak kalian ya.
Teri makasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Surabaya Honda
Next author 😊🙏
2023-11-20
0
Riyan
gk ada suara
2022-10-28
0
Afsa Firdaus
mau nanya dong ap judulnya
yg istrinya di sewakan. nm istri
dara.suaminya gio
2022-10-28
0