Willo yang menatapnya dengan sinis dengan ke-2 tangan Willo yang di letakkan di dadanya.
" Apa maksud kakak?" tanya Rania heran dengan perkataan kakaknya yang sangat pedas itu.
" Apa belum jelas dengan apa yang aku katakan, ******," sahut Rania sinis.
" Tutup mulut kakak. Jangan bicara sembarangan," ucap Rania mulai kesal. Dan pasti akan terpancing dengan kata-kata Willo.
" Kenapa, memang kenyataan. Tapi tidak heran sih, suami kakak sendirinya saja di embat dan sekarang malah sepupu calon suaminya, dasar ya kamu benar-benar gatel," sahut Willo dengan sini.
" Kaka kalau tidak tau apa-apa jangan bicara sembarangan. Aku tidak seperti itu, mending kakak mengurus diri kakak sendiri. Kakak gunakan orang untuk berpikir yang baik agar diri kakak berguna dan tidak hanya akan mengisahkan orang lain," ucap Rania dengan kesal berbicara tanpa basa-basi dengan Willo yang memang tidak bisa di berikan kelembutan.
" Kamu," geram Willo yang ingin menampar Rania tetapi Rania langsung menagkis tangan Willo membuat mata Willo melebar.
" Jangan berani mengangkat tangan lagi ke wajahku. Jika hal itu terjadi maka aku akan benar-benar menjadi wanita paling kejam yang mengusir paksa orang yang tidak berguna di rumah ini," ucap Rania dengan menegaskan dan penuh ancaman, lalu langsung menghempas tangan Willo. Dan Willo memegang pergelangan tangannya yang kesakitan karena Rania yang mencengkramnya kuat.
" Kurang ajar kamu," sahut Willo tidak terima dengan perbuatan Rania.
" Aku akan lebih bersikap kurang ajar. Jika kakak tidak mendengarkanku," ucap Rania dengan penuh emosi tingkat dewa.
" Hmmm, kau pikir kau siapa?" teriak Willo dengan emosinya yang semakin memuncak.
" Aku yang harus bertanya, siapa kakak di rumah ini," sahut Rania yang langsung pergi. Karena tidak tertarik untuk meladeni kakaknya yang pasti tidak akan mengerti apa-apa yang di katakannya.
" Ahhhhhh, kurang ajar, kamu Rania," teriak Willo yang kedinginan sendiri dengan Rania.
" Kamu pikir kamu sudah paling hebat, kamu lihat saja apa yang akan aku lakukan. Kamu lihat aku akan membalasmu," teriak Willo dengan penuh dendam kepada sang adik. Yang mengancamnya langsung ke luar dari rumahnya karena memang Willo hanya menumpang di istana Rania.
***********
Rania memasuki kamarnya dengan penuh kekesalan. Dia duduk di pinggir ranjang dengan mengusap wajahnya dengan ke-2 tangannya. Dengan napasnya yang naik turun yang pasti karena perbuatan sang kakak.
" Selalu saja mencari gara-gara. Kenapa sih, kak Willo tidak pernah berubah, selalu membuat onar dan selalu mencari masalah, dia selalu saja memancing-mancing," batin Rania yang semakin lama semakin muak dengan sang kakak yang tidak pernah berubah.
Selalu menimbulkan pertengkaran. Karena memiliki kedengkian hati di dalam dirinya yang pasti dengki dengan apa yang di dapatkan Rania pastinya.
*********
Rania berada di dalam ruangannya dengan beberapa pekerjaan yang menumpuk dan tiba-tiba Zahra memasuki ruangan itu setelah mengetuk pintu.
" Ibu memanggil saya?" tanya Zahra yang masih berada di depan pintu. Rania yang mendengar ucapan itu menaikkan 1 alisnya.
" Sekali lagi aku mendengarmu memanggilku dengan sebutan ibu aku akan memotong gajimu," sahut Rania dengan wajah kesalnya. Tetapi Zahra langsung tersenyum mendengarnya bahkan tertawa kecil.
" Kamu langsung marah aja," sahut Zahra yang langsung menghampiri meja kerja itu dan duduk di depan Rania.
" Iya deh Rania. Ya sudah katakan, kenapa tiba-tiba memanggilku?" tanya Zahra penasaran.
" Aku pengen bantuan kamu untuk Carikan aku rumah yang tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar," ucap Rania menyampaikan apa yang ingin di sampaikannya.
" Kok tumben, minta bantuan sama aku. Memang Astri kemana?" tanya Zahra yang tau apa-apa, pasti Rania meminta Astri untuk mengurus pekerjaan itu.
" Aku sudah meminta tolong Astri. Tetapi dia belum dapat dan Astri juga akan ke luar kota besok. Jadi pasti tidak sempat melanjutkan tugas dari ku. Dan kali ini aku akan meminta bantuanmu," ucap Rania dengan sedikit penjelasan.
" Hmmm, begitu rupanya, ya sudah deh. Tidak masalah. Memang untuk apa?" tanya Zahra yang kepo.
" Untuk cucu dan nenek yang aku ceritain kemarin yang aku tabrak dan kebetulan tempat tinggal mereka tidak layak. Jadi aku ingin memberikan mereka rumah," jawab Rania dengan sedikit penjelasan.
" Hmmm, begitu rupanya," sahut Zahra.
" Kamu bisa kan bantuin aku?" tanya Rania dengan memastikan.
" Hmmm, bisa," sahut Zahra. " Kebetulan aku punya teman yang mamanya juga punya beberapa rumah yang akan di jual. Nanti aku akan tunjukkan sama kamu katalognya dan kalau ada yang cocok kita bisa langsung ACC kan," lanjut Zahra.
" Begitupun jadi. Ya semoga saja rumahnya pas dan nenek dan Sandy langsung bisa pindah," sahut Rania dengan penuh harapan.
" Amin, Kalau itu yang terbaik pasti akan di mudahkan," sahut Zahra. Rania mengangguk-angguk.
" Oh iya Rania, untuk pertemuan keluarga kamu dan Gilang bagaimana?" tanya Zahra.
" Ya beberapa hari nanti akan ada pertemuan lagi. Aku tidak tau Tante Iren akan bertanya apa lagi," sahut Rania yang juga tidak mempersiapkan apa-apa.
" Memang kamu yakin akan menikah dengan Gilang?" tanya Zahra yang malah ragu.
" Bukan masalah aku yang yakin. Tetapi keluarga Gilang apa yakin bisa menerimaku dengan apa adanya," sahut Rania.
" Dan bagaimana jika semua tidak sesuai harapan kamu?" tanya Rania.
" Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Walaupun tidak sesuai harapan. Ya tidak apa-apa. Toh juga sudah terbiasa," sahut Rania yang terlihat pasrah dengan ke adaannya.
" Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Zahra. Rania mengangguk dengan beribu keyakinan.
" Aku berharap, keluarga Gilang bisa menerima semua kekurangan kamu dan pertemuan itu berakhir dengan pembicaraan pernikahan," ucap Zahra yang penuh dengan harapan.
" Amin," sahut Rania.
" Dan semoga saja, kakak kamu tidak membuat ulah atau memancing-mancing keraguan dari Tante Iren," ucap Zahra lagi yang kesal dengan kelakukan Willo yang pasti penyebab Iren semakin ragu dengan memberi restu pada anaknya itu.
Rania mendengarnya hanya tersenyum miring yang sudah biasa dengan tabiat sang kakak.
" Lagian kamu sih, pake sabar segala menghadapinya," sahut Zahra yang gemes dengan Rania.
" Tidak ada yang sabar dengan kak Willo. Aku hanya tidak mau meladeni orang stress kayak dia. Yang ada aku ikutan sterss," sahut Rania dengan santai. Zahra mendengus mendengarnya.
" Kamu benar, kalau mengikuti orang sterss akan stress," sahut Zahra yang setuju.
" Hmmm, ya sudah. Kalau begitu. Bagiamana kita makan siang bareng, dari pada mikirin orang lain," ajak Rania menawarkan.
" Hmmm, boleh," sahut Zahra
" Ya sudah yuk," ajak Rania berdiri Zahra mengangguk dan akhirnya sama-sama pergi bersama Rania.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Surabaya Honda
next Thor 😊
2023-12-13
0