" Makanlah Zahra. Kamu sudah terlalu banyak bicara. Jadi ada sebaiknya kamu makan nanti makanan mu dingin," sahut Rendy yang tampaknya juga tidak menyukai jika Zahra yang harus membahas masalah jodoh.
" Hmmm, baiklah jika begitu," sahut Zahra.
" Akhirnya kamu tdak bicara lagi Zahra," batin Anisa yang tampak kesal dan sudah darah tinggi.
" Zahra ada-ada saja, kenapa juga dia harus membicarakan jodoh di tengah makan seperti ini," batin Rania yang ternyata tidak nyaman dengan pembahasan Zahra.
" Rendy kamu mau ini?" tanya Anisa yang menawarkan Rendy makanan penutup yang di pesannya.
" Nanti saja Anisa, aku belum selesai makan," sahut Rendy menolak. Anisa tampak kesal dengan penolakan itu. Apa lagi Rendy menolaknya saat ada Rania yang membuat hatinya semakin dongkol.
" Hmmm, baiklah," sahut Anisa menahan malu.
Akhirnya mereka melanjutkan makan mereka bersama. Mereka memang lapar jadi makanan itu habis.
Walau Anisa yang sedari tadi makan tidak senang mungkin karena perasaannya yang sudah kacau melihat kedekatan Rendy dan juga Rania dan di tambah lagi Rendy yang mempermalukannya dengan halus.
Sebenarnya salah Anisa sendiri sih. Masa iya menawarkan makanan penutup di saat Rendy masih menikmati makanannya.
Setelah menikmati makanan itu. Akhirnya mereka pun kembali ke toko tersebut dan Zahra dan Rania kembali mengurus pembayaran dan kapan pengiriman barang-barang yang sudah di belinya yang mungkin nanti setelah rumah yang baru di belinya itu bersih dan layak untuk di tempati.
Mereka sudah ada di dalam mobil setelah melakukan seharian pekerjaan yang pasti bermanfaat dan pasti untuk Anisa akan menganggap hal itu tidak bermanfaat dan bahkan merasa terjebak.
Karena memang sudah sore Rendy pun akhirnya mengantarkan Rania pulang. Dan tadi Rania sudah menolak tetapi lagi-lagi Zahra memaksa dan mau tidak mau Rania pun menerima tawaran itu.
Setelah melakukan perjalanan terbilang cukup panjang. Akhirnya mobil yang di kendarai Rendy sampai di depan rumah Rania yang ternyata mobil itu bersamaan datang dengan mobil Willo yang tidak tau dari mana.
Rania, Zahra, Anisa dan Rendy ikut keluar mobil. Mereka memang rajin harus keluar mobil segala.
Sementara Willo yang masih mematikan mesin mobilnya heran dengan apa yang di lihatnya.
" Sudah jelas dia punya hubungan gelap dengan sepupu Gilang, dasar ****** munafik, pakai ancam-mengancam segala lagi yang taunya punya hubungan gelap," ucap Willo yang tiada hari tidak berpikiran buruk pada saudaranya itu.
" Makasih ya kalian semua sudah membantuku hari ini," ucap Rania yang memang sangat tertolong dengan Rendy, Anisa dan pastinya Zahra.
" Nggak usah pakai makasih segala. Orang kita juga senang, sekalian dapat pahala juga," sahut Zahra tersenyum.
" Kalian yang senang. Tapi aku tidak," batin Anisa.
" Apapun itu aku tetap mengucapkan banyak terima kasih untuk waktu yang kalian berikan," sahut Rania.
" Iya deh," sahut Zahra.
" Ehemm," tiba-tiba Willo menghampiri mereka yang tampaknya ingin cari gara-gara.
" Jadi rekan-rekannya Gilang mendukung perselingkuhan ini," sahut Willo sinis yang membuat semuanya heran termasuk Rania yang langsung panik jika sang kakak akan membuat ulah.
" Apa yang kakak katakan," sahut Rania. Willo tersenyum miring.
" Kemarin juga di antar dan sekarang di antar, jadi jelas kamu dan sepupu calon suamimu mempunyai hubungan," ucap Willo yang tidak bisa menjaga kata-katanya.
Hal itu membuat Rendy kaget dan langsung melihat serius ke arah Rania yang sudah resah dengan kata-kata kakaknya yang akan menimbulkan fitnah. Sementara Anisa dan Zahra mengkerutkan dahi mereka yang tidak mengerti dengan perkataan Willo.
" Apa maksud kakak Rania. Rendy pernah mengantarnya pulang, jadi memang mereka sedekat itu," batin Anisa benar-benar terkejut mendengar pernyataannya itu.
" Sepertinya ini hanya salah paham. Semuanya tidak seperti apa yang kamu pikirkan," sahut Rendy yang langsung mengambil alih bicara. Sebelum terjadinya fitnah.
" Salah paham, aku tidak buta kali. Aku melihat kalian bermesraan di depan rumahku. Jadi jelas jika kalian punya hubungan gelap di belakang Gilang dan 2 orang ini mendukung hal itu," sahut Willo dengan sinis yang menambahi cerita.
" Apa maksud kamu. Kamu jangan bicara sembarangan. Rendy tidak mungkin melakukan hal itu," sahut Anisa yang walau sangat terkejut tetap membela Rendy.
" Benar, kamu jangan aneh-aneh, bicara kamu tidak masuk akal," sahut Zahra yang juga naik darah dengan kata-kata sembarangan dari Willo
" Tidak mungkin apa yang tidak mungkin, tidak masuk akal, apanya yang tidak mungkin. Semuanya memang sudah sangat jelas.
" Cukup kak!" gertak Rania.
" Kakak jangan aneh-aneh, jangan bicara sembarangan yang menyebabkan fitnah, kalau kakak tidak tau apa-apa mending kakak diam," tegas Rania yang mulai emosi.
" Kamu masih membela diri sudah ketangkap basah masih aja mengelak. Kalian itu asal tau saja kalian telah bergaul dengan wanita murahan, wanita yang suka menjajal diri kepada banyak pria. Bahkan iparnya sendiri di embat dan sekarang sepupu dari calon suaminya," ucap Willo yang tidak bisa merem kata-katanya yang sangat menghina Rania dan bahkan mempermalukannya.
" Hentikan, semua ini," sahut Rendy. " Jika kamu sudah di penuhi dengan prasangka buruk. Maka apa yang kami katakan tidak akan pernah benar. Karena kami tidak bisa menjelaskan apa-apa kepada orang yang hatinya sudah di penuhi prasangka buruk," lanjut Rendy lembut tetapi sangat menyakitkan yang secara tidak langsung kata-kata itu seperti menampar Willo.
" Jadi berhenti menduga-duga yang tidak benar. Karena itu hanya akan membuat tidur kamu tidak nyenyak dan perasaan kamu akan terus gelisah," lanjut Rendy lagi yang benar-benar memberi pelajaran pada Willo.
Zahra tersenyum mendengar ucapan Rendy yang membuat Willo tidak berkutik dan hanya bisa mengepal tangannya dengan matanya melotot dan memperlihatkan jelas di wajahnya yang tidak terima dengan ucapan Rendy.
Sementara Rania hanya melihat Rendy yang berbicara kata-kata singkat itu sangat teduh jika di dengar. Bahkan yang tadinya dia emosian sekarang sudah tidak emosian lagi.
" Sebaiknya kami pulang dulu, ini sudah sore," sahut Rendy melihat Rania. Rania menganggukan kepalanya.
" Iya Rania kita pulang dulu," sahut Zahra.
" Iya. Terima kasih, untuk semuanya. Terima kasih untuk hari ini. Dan maaf jika kalian tidak nyaman dengan hari ini," ucap Rania merasa bersalah.
Mereka hanya mengangguk.
" Ya sudah kami pergi dulu," sahut Zahra lagi. Rania mengangguk dan mereka akhirnya pun pergi memasuki mobil dan membiarkan Willo yang dengan penuh emosinya yang tidak bisa membalas dan apalagi berkutik sedikitpun.
Setelah mobil itu pergi. Rania menatap sang kakak dengan tajam
" Kakak benar-benar keterlaluan," ucap Rania yang langsung memasuki rumahnya.
" Sial," teriak Willo yang kedinginan yang tidak bisa dengan mengacak rambutnya Frustasi.
" Siapa dia, berani sekali dia menceramahiku. Dia pikir dia sudah paling hebat, menjadi selingkuhan saja sudah merasa paling pintar dan Rania apa dia sudah merasa menang dengan laki-laki itu membelanya," ucap Willo yang kedinginan yang benar-benar merasa di permalukan.
Niat mempermalukan sang adik. Tetapi nyatanya dia lah yang malu dengan ulahnya sendiri.
Sama halnya dengan Anisa, niat untuk menjalin kedekatan dengan Rendy. Tetapi harinya tidak ada yang bahagia. Dari pagi sampai sore hanya termakan batin saja dan di penuhi rasa cemburu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments