Rendy dan keluarga besar itu juga sudah sampai kerumahnya dan mereka pun menduduki ruang tamu.
" Kamu yakin mau menikah dengan wanita seperti dia?" tanya Iren yang tampak ragu dengan menantunya itu.
" Ya iyalah ma, tidak ada alasan untuk tidak menikah dengannya," sahut Gilang dengan yakin pada calon istrinya itu.
" Gilang, wanita itu tampak bukan wanita baik-baik. Kamu lihat sendiri saja, tampak tidak sopan dan juga lihat dia tampak meninggi dan sangat sombong. Wanita seperti itu sangat jelas lebih mengutamakan karir dari pada rumah tangga," ucap Iren mengingatkan putranya yang seakan membuat putranya harus mengubah pemikirannya.
" Tapi aku rasa tidak mbak," sahut Ratih yang tidak setuju dengan kata-kata kakak iparnya itu, " Dia sangat baik, aku juga bisa melihat Rania gadis yang sopan dan berprilaku baik," ucap Ratih yang jujur menyukai kepribadian wanita itu.
" Benar apa kata Tante Ratih. Aku mengenal Rania cukup lama dan meski menjadi atasanku di perusahaan. Dia tetap layaknya manusia biasa dan jabatan hanya berlaku di kantor. Dia juga sangat ramah di kantor dan banyak orang yang mengaguminya. Dia wanita yang bijaksana dan juga tegas," sahut Zahra yang menambahi.
" Aku juga tidak mengenal kak Rania. Tetapi aku mihat kak Rania sangat baik, auranya juga bagus," sahut Tania yang tidak kalah ikut menyukai Rania.
" Kenapa mereka semua malah memuji Rania. Apa mata mereka buta. Tidak bisa melihat wanita itu seperti apa sebenarnya," batin Anisa yang terganggu dengan pujian orang-orang pada Rania.
" Tetapi tetap saja. Aku melihat keluarganya juga sangat tidak baik. Memang kalian tidak mendengar apa kata wanita yang katanya adalah kakaknya. Wanita itu mengatakan Rania tidak bisa melakukan apa-apa.
" Tante, menurut saya. Tidak ada gunanya mendengarkan orang lain. Karena belum tentu apa yang di bicarakan orang lain adalah benar. Kita tidak bisa menilai seseorang dari omongan orang lain. Walau itu keluarganya sendiri. Alangkah baiknya kita mencari tahunya dulu," sahut Rendy ikut berpendapat dengan bijak.
Tidak memihak keluarganya yang mengatakan Rania baik dan tidak juga sependapat dengan Iren yang menilai sembarangan. Karena menurutnya setiap orang berhak memiliki kesempatan.
" Benar apa kata Rendy. Dia wanita yang cantik, jadi jangan menilainya hanya dengan apa yang di dengar," sahut Jaya menambahkan.
" Terserah kamu lah. Mama ingin melihat seminggu kedepan ini bagaimana dan mama tetap memutuskan kamu berhak menikah atau tidak dengannya," ucap Iren mengambil keputusan.
" Semoga saja semuanya baik-baik saja," batin Gilang penuh harapan.
**********
Rania hari ini Kerumah sakit untuk melihat anak yang di tabraknya yang memang kembali mendapatkan perawatan dengan baik. Dia memiliki banyak waktu dan akhirnya memutuskan untuk menjenguk anak tersebut.
Tidak lupa Rania juga membawa beberapa makanan dan buah untuk anak tersebut. Dia juga memberikan beberapa hadiah untuk bocah yang sudah beberapa hari di rawat di rumah sakit tersebut.
Rania yang sudah keluar dari mobilnya langsung menuju kamar perawatan sang bocah dengan tangannya yang penuh dengan banyak bawaan.
Pintu kamar ruangan sang anak ternyata terbuka yang ternyata di dalam ruangan itu ada nenek sang anak yang mengasuhnya selama ini dan juga Dokter yang pasti Rania tau siapa Dokter itu. Dokter Rendy yang di temani suster yang di mana mereka sedang membuka perban sang bocah.
Rania tampak membuang napasnya perlahan kedepan dan mengetuk pintu tersebut. tok-tok-tok-tok.
" Permisi!" sapa Rania. Orang yang ada di dalam melihat ke arah Rania dan tanpa di suruh masuk. Rania pun masuk.
" Nak Rania," sapa wanita tua yang sangat kurus itu.
" Nenek," ucap Rania yang langsung mencium tangan orang tua itu.
" Ini Rania bawakan untuk Sandy," ucap Rania memberikan apa yang di tangannya.
" Makasih, neng Rania. neng baik sekali. Seharusnya tidak repot-repot," ucap wanita tua itu yang merasa Rania sangat berlebihan.
" Tidak repot kok nek," sahut Rania. Rendy dan suster tetap pada pekerjaan mereka membuka perlahan perban Sandy. Tetapi pasti sesekali Rendy melihat apa yang di kerjakan Rania dan pasti Rendy mendengar ucapan Rania.
" Sandy bagaimana keadaan kamu?" tanya Rania mendekati Sandy yang berada di sebelah kiri Sandy dan Rendy berada di kanannya.
" Sandy baik-baik saja, Tante," jawab Sandy bicara apa adanya.
" Syukurlah jika begitu, apa masih ada yang sakit?" tanya Rania.
" Sudah tidak Tante," jawab Sandy. Rania melihat ke arah Rendy yang tampak fokus pada pekerjaannya.
" Sandy, sekarang luka kamu sudah membaik. Perbannya juga sudah tidak perlu di pakai lagi," ucap Rendy dengan ramah
" Lalu Dokter apa Sandy sudah bisa pulang?" tanya Sandy.
" Iya kamu sudah bisa pulang. Kalau ada apa-apa. Kamu telpon Dokter. Dokter akan memeriksa kamu kembali," ucap Dokter.
" Iya Dokter," sahut Sandy.
" Jadi kapan cucu saya bisa pulang?" tanya nenek tua itu.
" Sore ini dia juga bisa pulang. Saya akan tuliskan resep obatnya dan tolong di perhatikan pola makan dan teratur minum obat," ucap Sandy menjelaskan pada nenek tersebut dengan pelan-pelan agar sang nenek yang menjadi orang tua Sandy mengerti.
" Baik Dokter," sahut sang nenek.
" Kalau begitu, aku akan tebus resepnya," sahut Rania yang mengambil alih dengan cepat karena memang itu adalah tanggung jawabnya.
" Kalau begitu. Kamu ikut denganku," sahut Sandy. Rania mengangguk-angguk.
" Suster, tolong lepas semua impusnya!" perintah Sandy.
" Baik Dokter," sahut suster.
" Mari ikut saya," ucap Sandy yang berjalan terlebih dahulu.
" Nek, Rania keluar sebentar," ucap Rania dengan sopan.
" Iya nak," sahut nenek. Rania pun akhirnya mengikuti Rendykeruanganny.
Ruangan Rendy tidak jauh dari ruang perawatan Sandy dan akhirnya Rania sampai di sana dan sudah duduk di hadapan Rendy. Tangan Rendy begitu lincah menulis resep yang akan di berikan pada Rania yang bertanggung jawab pada anak kecil tersebut.
" Silahkan tebus ini," ucap Sandy memberikan pada Rania. Rania langsung mengambilnya dan membacanya sedikit.
" Makasih," jawab Rania.
" Kamu bantu perhatikan kesehatannya. Anak itu juga mengalami pencernaan yang bermasalah. Jadi bantulah untuk memperhatikan pola makannya," ucap Rendy.
" Apa kesulitan dalam pencernaan yang di alaminya berhubungan dengan kecelakaan itu?" tanya Rania.
" Tidak sama sekali, aku hanya memberi tahumu saja," sahut Rendy dengan Datar.
" Ohhh, ya sudah kalau begitu. Aku akan tebus obatnya dulu dan akan mengurus kepulangan Sandy," ucap Rania.
" Silahkan," sahut Sandy mempersilahkan untuk keluar. Rania yang dengan gugup langsung berdiri.
" Permisi!" ucap Rania pamit dengan menundukkan kepalanya. Rendy mengangguk.
Rania pun menebus semua obat yang di butuhkan oleh Sandy di apotik dan juga administrasi Sandy. Jelas masalah biaya tidak akan membuatnya terkendala.
" Akhirnya anak itu bisa pulang juga dan dia sembuh tanpa ada cacat," batin Rania yang merasa lega. Karena benar-benar bisa bertanggung jawab pada anak itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Ami Sajja
Semangattt rania
2023-01-19
0