Sementara di ruang tamu. Rudi dan Faridah sudah menyambut tamu, dan sudah mempersilahkan untuk duduk yang pasti ada Rendy dan keluarganya juga ada di sana.
" Terima kasih untuk kunjungan kalian," ucap Farida dengan sopan berbicara pada tamunya.
" Sama-sama mbak, kami juga senang dengan penyambutan mbak yang sangat baik," sahut Jaya dengan senyum manisnya.
" Apa semua ini keluarga kalian ?" tanya Rudi dengan basa-basi.
" Iya om, maaf Gilang belum memperkenalkan dengan detail pada Om dan Tante dengan keluarga Gilang," sahut Gilang. Rudi dan Faridah saling melihat.
" Ini mama Gilang dan papa Gilang," ucap Gilang memperkenalkan sang mama dan papa, yang langsung berjabat tangan dengan Rudi dan Farida dengan senyum manis.
" Dan ini Oma Gilang," ucap Gilang lagi yang memperkenalkan dan kembali Omanya dengan ramah. Rudi dan Farida kembali mengulurkan tangan dengan berkenalan dengan sopan.
" Hmmm, dan ini Tante Ratih. ALM suami Tante Ratih adiknya mama," jelas Gilang lagi.
" Ratih," sapa Ratih dengan ramah.
" Farida," sahut Farida yang juga tidak kalah ramahnya.
" Ini Rendy, sepupu Gilang, anak pertama Tante Ratih dan ini adiknya Zahra dan ini Tania, dan juga Anisa keluarga kami," ucap Gilang yang memperkenalkan dengan detail siapa saja yang di bawanya.
Memang hanya orang tua Anisa yang tidak ikut dalam kunjungan penting itu.
" Rendy Tante," ucap Rendy dengan sopan mencium punggung tangan Faridah.
Zahra, Tania, Anisa pun menyusul menyalam orang yang lebih tua di bandingkan mereka. Faridah tersenyum dengan kesopanan anak-anak tersebut.
" Oh begitu rupanya, saya senang sekali kalian meluangkan waktu banyak untuk kerumah kami," sahut Faridah, " oh, iya ini anak pertama Tante, namannya Willo," ucap Faridah yang juga memperkenalkan Willo kepada calon besannya.
" Dia kakaknya Rania," sahut Rudi.
Willo tersenyum tipis, seperti tidak ikhlas. Bahkan wajahnya terlihat ketus dan bahkan tidak menyalam para orang tua yang ada di sana yang seperti apa yang di lakukan keluarga Gilang lada mama dan papanya.
" Willo, ayo salam mereka," ucap Faridah pelan.
" Nggak usah, kepanjangan," sahut Willo yang tidak mau melakukan hal itu.
Faridah geleng-geleng dengan melakukan anakannya. Tetapi dia tersenyum untuk menutupi rasa malunya.
" Kenapa perasaanku tidak enak," batin Iren yang kepalanya berkeliling melihat rumah mewah itu.
Tiba-tiba saja dia merasa tidak enak. Karena mungkin penyambutannya yang kurang memuaskan di rumah itu. Atau melihat tingkah Willo dia sudah sedikit ilfil dengan keluarga itu.
" Kenapa kakak ini sombong sekali," batin Tania.
" Anaknya di mana kenapa lama sekali?" tanya Iren yang tidak sabaran.
" Sebentar ya mbak," ucap Farida.
Baru di bicarakan hentakan suara heels sudah terdengar dan semua mata tertuju pada tangga dan memperlihatkan Rania yang turun bersama Della.
Rania yang cantik dan berkelaa. Jelas membuat mata tidak berkedip dan pasti Willo yang tampak sinis melihat adiknya itu.
" Dasar caper," batin Willo.
" Jadi itu pacarnya Gilang," batin Iren yang mengakui calon menantunya itu cantik.
Kedatangan Rania juga mencuri perhatian Rendy dan jelas kaget dengan wanita yang akan menjadi istri Gilang yang pasti wanita yang tidak asing baginya.
" Bukannya dia wanita yang menabrak anak kecil itu," batin Rendy yang masih mengingatnya. Rania juga ternyata melihat ke arah Rendy dengan wajah Rania yang penuh penasaran.
" Dia kan, Dokter itu. Kenapa dia ada di sini. Dia siapanya Gilang," batin Rania bertanya-tanya dengan langkahnya yang terus turun.
Anisa juga memperhatikan wanita itu dan wajah Anisa merasa tidak asing dengan Wanita itu.
" Dia kan wanita yang ada di Mall itu yang terus di perhatikan Rendy. Jadi dia yang akan menjadi istrinya Gilang," batin Anisa kebingungan yang terus memperhatikan Rendy dan juga Rania yang malah saling melihat.
" Sebenarnya mereka saling kenal atau tidak sih. Kenapa pandangan mata mereka teihat berbeda. Seperti mereka pasangan yang benar-benar saling mengenal," batin Anisa yang lagi-lagi kebingungan. Merasa Rendy dan wanita itu memiliki teka-teki.
" Rania," batin Zahra kaget melihat Rania yang sepertinya di kenalnya. " Apa mungkin Rania adalah calon istrinya Gilang," batin Zahra menebak-nebak.
Rania dan Della pun sampai di ujung anak tangga dan langsung menghampiri ruang tamu. Rania dengan senyum manisnya menundukkan kepalanya dengan sopan. Gilang pun berdiri dan mendekati Rania. Berdiri di samping Rania.
" Ini Rania Anastasya Syah Reza" ucap Gilang memperkenalkan calon istrinya.
" Rania, ini mama dan papa ku," lanjut Gilang yang menunjuk orang tuanya.
" Hallo tente," sapa Rania dengan suara lembutnya dan langsung mencium punggung tangan calon mertuanya itu.
" Iya, salam kenal," sahut Iren yang tersenyum tipis yang terlihat biasa-biasa aja.
" Kamu cantik sekali," puji Jaya.
" Makasih om," sahut Rania sedikit malu.
" Rania, ini Oma ku, Sarawati," ucap Gilang memperkenalkan Omanya. Rania langsung mencium punggung tangan Omanya.
" Dan ini Tante ku," ucap Gilang yang memperkenalkan Rania pada Ratih. Rania mencium punggung tangan Ratih.
" Kamu sangat cantik," puji Ratih mengusap pucuk kepala Rania dengan tulus. Pujian Ratih pada Rania membuat Anisa tampak tidak suka.
" Makasih Tante," sahut Rania.
" Oh, iya dan ini Rendy, dia sepupuku," ucap Gilang yang sekarang memperkenalkan Rendy.
" Rendy," ucap Rendy dengan sopan yang berkenalan.
" Rania," jawab Rania. Mereka hanya berkenalan lewat obrolan tanpa berjabat tangan.
" Jadi Dokter itu sepupunya Gilang," batin Rania yang masih betah melihat ke arah Rendy. Tetapi Rendy tidak. Dia mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
" Dan ini Tania, adik dari Rendy," ucap Gilang lagi.
" Hay, kak aku Tania," sahut Tania yang mengulurkan tangannya dengan semangat.
" Rania," sapa Rania menjabat uluran tangan itu.
" Dan ini Anisa," ucap Gilang.
" Rania," sapa Rania.
" Anisa," sahut Anisa dengan Datar.
" Apa itu kekasihnya," batin Rania yang mengiangat. Wanita itu yang tempo lalu di temunya bersama Rendy.
" Dan ini Zahra, sepupu ku," sahut Gilang membuat Rania yang melamun sedikit tersentak kaget.
" Aku sudah mengenalnya," sahut Zahra.
" Benarkah," sahut Gilang tidak percaya.
" Iya, kami saling mengenal, dia adalah temanku," jawab Rania.
" Lebih tepatnya, Rania ini adalah atasanku di kantor. Dia direktur utama di perusahaan ku bekerja," sahut Zahra memperjelas.
" Wauuu, keren sekali," sahut Tania yang langsung kagum dengan Rania yang ternyata bukan wanita sembarangan.
" Jadi kamu Wanita karir," sahut Iren yang tampak sinis bertanya.
" Bisa di katakan iya Tante," sahut Rania.
" Aduh. Lalu nanti kamu menikah dengan Gilang, apa kamu akan tetap bekerja?" tanya Iren to the point.
Padahal Rania saja belum duduk tapi langsung di tanyakan yang seperti pilihan. Willo yang mendengar pertanyaan itu tersenyum miring.
" Kayaknya mamanya gilang, tidak terlalu menyukai Rania," batin Willo menebak-nebak.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Surabaya Honda
next Thor,, 👍
2023-12-04
0