" Sebaiknya aku antarkan saja anak itu pulang kerumahnya. Agar mereka tidak kesulitan lagi dan kata Dokter itu masalah pencernaannya. Apa makannya tidak bagus. Ya mungkin iya. Sebaiknya aku siapkan bahan makanan untuk mereka. Yang mungkin pasti mereka butuhkan. Apalagi kata Astri mereka bukan dari keluarga yang mampu," ucap Rania bergerutu di dalam hatinya dengan beberapa rencana yang sudah di ancang-ancang nya demi melanjutkan tanggung jawabnya pada anak tersebut.
**********
Rania mengurus semua keperluan anak itu. Sebelum mengantarkan anak itu pulang Rania juga membeli beberapa barang kebutuhan sang anak yang pasti makanan, obat-obatan dan hal yang lainnya yang penting yang kata Dokter juga terdapat masalah dalam pencernaan.
Sebelumnya Astri asistennya juga mengatakan mengatakan jika kehidupan anak itu memang sangat memprihatinkan. Mendengarnya dia sudah merasa ngeri dan berniat membelikan anak tersebut kebutuhan pokok.
Rania pun mengantarkan sang anak pulang bersama neneknya ke Perumahan kumuh. Bahkan saat mobilnya tiba di sana, banyak anak-anak yang mendekati mobilnya yang mungkin mereka tidak pernah melihat mobil mewah itu.
Sang nenek menunjuk rumahnya dan Rania memberhentikan mobilnya di tempat rumah yang lebih bisa di katakan adalah gubuk. Kepala Rania berkeliling melihat di sekitarnya dengan wajahnya yang tidak tau berekspresi apa yang mungkin tidak menyangka jika orang bisa hidup di tempat tersebut.
" Ayo nak, masuk dulu," ucap sang nenek yang membuyarkan lamunan Rania. Rania mengangguk dan akhirnya keluar dari mobilnya dengan kepalanya yang tetap melihat di sekitarnya dan seperti ragu menginjakan sepatu mahalnya di tanah itu.
Rania membantu sang anak keluar dari mobil. Dengan menggunakan tongkat sebagai bahan Sandy untuk berjalan dan mereka memasuki rumah tersebut.
Rumah itu terlihat reok yang hanya berukuran kecil dengan atap rumah yang bercampur dengan tenda, seng bekas dan apa-apa saja yang di campur-campur agar terlindung dari sinar mata hari dan juga hujan.
Dingdingnya juga sama seperti itu. Tidak ada yang berbeda. Dan lantainya yang beralaskan perlak dan bahkan sebagian kerdus. Kepala Rania terus berkeliling melihat tempat yang tidak bisa di katakan untuk tempat tinggal.
" Apa mereka bisa tidur di tempat ini," batin Rania yang terus simpatik dan bahkan tidak tega dengan keadaan itu.
" Maaf, neng, rumahnya hanya seperti ini," tegur sang nenek yang kembali mengagetkan Rania.
" Oh, tidak apa-apa. Tidak ada yang salah," sahut Rania yang tampak bengong.
" Ya Allah, aku tidak percaya jika mereka bisa hidup di tempat seperti ini. Tetapi mereka sama sekali terlihat tidak mengeluh dan bahkan bersyukur," batin Rania yang merasa tertampar dengan keadaan nenek dan cucunya itu.
Dia hidup berlimpah kemewahan tetapi selalu saja merasa kurang. Sementara di sisi lain orang lain hidup kekurangan tetapi masih tetap bersyukur. Tetapi jelas apa yang di milikinya tidak membuatnya bahagia dan mungkin benak dan cucunya itu jauh lebih bahagia.
**********
Rania berada di dalam ruang kerjanya dengan tumpukan berkas yang melimpah.
Tok-tok-tok-tok.
" Masuk!" sahut Rania dari dalam ruangannya. Yang ternyata Astri Asistennya.
" Pagi Bu!" sapa Astri sang asisten.
" Iya pagi," sahut Rania, " Bagaimana apa kamu sudah mendapatkan rumah untuk nenek Sandi?" tanya Rania.
Hatinya langsung bergerak ketika melihat kehidupan nenek dan Sandi dan dengan cepat Rania menyuruh asistennya untuk mencarinya.
" Masih di cari Bu. Saya mencari yang tidak jauh tempatnya dari sekolah Sandi, agar Sandi nanti tidak kesulitan," jawab Astri.
" Begitu rupanya. Ya sudah kamu cari terus, jangan lama-lama," ucap Rania.
" Baik Bu," sahut Astri.
" Oh iya. Ini kamu belikan barang-barang ini," ucap Rania meletakkan kertas di atas mejanya dan langsung di raih Astri dan melihat sekilas tulisan yang panjang di selembar kertas itu.
" Saya akan kerumah Sandi untuk memberikan barang-barang itu, jadi tolong bukan dan jangan ada yang ketinggalan," ucap Rania yang mengatakan keinginannya.
" Baik Bu," jawab Astri.
" Ya sudah pergilah," ucap Rania.
" Maaf Bu. Sekitar 3 hari lagi. Bu Faridah mengatakan Pak Gilang dan keluarganya akan kembali berkunjung," ucap Astri menyampaikan pesan utamanya makanya dia mendatangi ruangan atasannya itu.
" Begitu rupanya," sahut Rania yang tampak Datar.
" Ya sudah, nanti aku akan atur jadwal," ucap Rania.
" Baik Bu! kalau begitu. Saya permisi dulu," ucap Astri pamit. Rania mengangguk dan Astri menundukkan kepalanya lalu pergi.
" Pertemuan dengan keluarga Gilang, semoga lancar dan tidak terjadi apa-apa," batin Rania yang jika membahas Gilang membuatnya jantungan.
Dia pasti mengingat pertemuan tempo lalu yang lebih tepat mempermalukan dirinya sendiri. Bahkan dia mau saat itu orang tua Gilang langsung tidak setuju padanya dan semuanya selesai. Karena dia sudah biasa mendapat penolakan dari orang tua Pria yang ingin serius padanya.
Tetapi tidak orang tua Gilang seakan memberikan kesempatan untuknya. Tetapi jelas itu akan membuatnya ketakutan. Dia takut kejadian lebih parah akan terulang lagi. Jadi dia akan terus kepikiran dengan masalah itu.
************
Rania akhirnya berkunjung kembali ke rumah Sandi. Tetapi dia tidak naik mobil dan menaiki Taxi. Karena mobilnya di bawa Astri untuk di servies. Dari pada menunggu waktu lama-lama. Akhirnya Rania memilih menaiki Taxi.
Rania mengeluarkan semua barang-barangnya dari dalam Taxi. Barang-barang yang tadinya di belikan oleh Astri yang sudah di listnya dengan benar.
" Makasih pak," ucap Rania tersenyum tipis.
Supir Taxi mengangguk dan Rania pun langsung memasuki rumah Sandy yang pintunya terbuka dan menundukkan kepalanya untuk memasuki rumah itu.
" Assalamualaikum," sapa Rania melihat kedalam
" Walaikum salam," sahut orang dari dalam rumah.
Yang ternyata bukan hanya ada nenek dan Sandy ada Dokter Rendy yang datang yang sedang membuka perban di lengan kaki Sandy. Rendy juga sedikit kaget melihat kedatangan Rania dan lagi-lagi ke-2 orang itu saling melihat.
" Neng Rania," sapa nenek yang membuat Sandi dan Rania sama-sama mengalihkan pandangan mereka.
" Ayo masuk!" ucap nenek dengan ramah mengajak.
" Iya nek," sahut Rania yang tampak gugup. Rania pun masuk dan duduk dengan melipat kakinya ke belakang di samping Sandi yang terbaring dan Rendy berada di hadapannya.
" Ada masalah dengan kakinya?" tanya Rania.
" Tadi Sandi memaksa berjalan tanpa tongkat dan tiba-tiba kakinya yang di perban mengeluarkan darah. Nenek panik dan menelpon Dokter Rendy," sahut sang nenek yang menjawab pertanyaan Rania. Wajah Rania langsung prihatin melihat apa yang terjadi pada anak itu.
" Sandi, seharusnya kamu tidak boleh melakukan hal itu," ucap Rania.
" Maaf ya Tante, Sandi janji tidak akan melakukan hal itu lagi, maaf sudah membuat Tante khawatir," sahut Sandi merasa bersalah yang sudah merepotkan orang lain. Rania tersenyum mendengar ucapan Sandy.
" Dia memang bertanggung jawab dengan apa yang di lakukannya," batin Rendy yang tidak percaya. Jika Rania yang di ragukannya yang akan lari dari tanggung jawab ternyata masih bertanggung jawab sampai detik ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Usma Yuni
👍👍💪
2022-10-26
1