" Hmmm, aku puas. Makasih untuk semuanya," sahut Rania.
" Sama-sama. Aku senang kok bisa bantuin kamu," sahut Zahra. Anisa yang mendengar pembicaraan di belakang itu masih membuatnya tidak nyaman.
Melihat Rendy duduk bersebelahan dengan Rania. Anisa tidak nyaman. Sekarang Anisa bersama dengan Zahra yang berbicara akrab di belakang juga membuatnya tidak nyaman memang posisi Anisa selalu merasa serba salah.
" Mereka tampak sangat akrab, apa mereka sering membahas Rendy. Jangan-jangan Zahra sengaja lagi mengatur semua ini agar Rendy dekat dengan Rania. Atau Rania yang menggunakan Zahra untuk mendekati Rendy," batin Anisa yang berpikiran buruk.
Padahal dia sendiri yang mengajak Rendy. Alih-alih pengen dekat. Tetapi malah dekatnya dengan Rendy dan dia yang kepanasan sendiri.
" Apa kita sudah bisa jalan?" tanya Rendy melihat dari kaca spion.
" Hmmm, iya sudah bisa. Lagian apa yang mau di tunggu," jawab Zahra.
" Hmmm, ya sudah kalau begitu," sahut Rendy yang langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
" Zahra, sepertinya, aku masih akan merepotkanmu," ucap Rania yang berbicara di dalam mobil.
" Oh, iya. Memang apa lagi?" tanya Zahra.
" Hmmm, kamu kan tau sendiri, rumahnya tadi masih kosong. Kalau tidak keberatan kamu bantu aku ya buat cari perabotan dan keperluan lainnya," ucap Rania.
" Pastilah, kamu tenang saja," sahut Zahra yang memang selalu santai. " Bagaimana kalau sekarang aja," ucapnya tiba-tiba mendapat ide. " Rendy kamu masih bisa antar kita ketempat prabotan rumah tangga," ucap Zahra yang langsung mengajak Rendy.
Anisa langsung kaget mendengarnya dan menoleh ke arah Rendy.
" Tidak usah, kita berdua saja," sahut Rania yang tidak ingin merepotkan yang lainnya.
" Sekarang?" tanya Rendy yang ada harapan ingin menemani.
" Hmmmm, iya. Mumpung hari ini libur kerja. Jadi sekalian aja mencari perabotan rumah," sahut Zahra. Sementara Anisa sudah terus melihat Rendy dan pasti berdoa di dalam hatinya. Agar Rendy tidak menuruti permintaan Zahra.
" Tidak masalah," sahut Rendy. Zahra tersenyum mendengarnya dan Anisa langsung kesal.
" Tapi yakin tidak apa-apa?" tanya Rania yang merasa tidak enak. Rendy menggelengkan kepalanya yang memang tidak apa-apa.
" Aku sudah menduga. Dia pasti menggunakan Zahra agar dekat dengan Rendy. Padahal dia akan menikah. Pantas saja Tante Iren tidak menyukainya. Melakukannya sudah terlihat," batin Anisa semakin kesal.
" Anisa, kamu langsung pulang atau ikut bersama kami?" tanya Zahra, Anisa diam sejenak yang pasti sedang kesal.
" Aku ikut saja," jawab Anisa datar.
" Hmmm, baiklah jika begitu," sahut Zahra.
Anisa terpaksa ikut. Karena pasti dia tidak akan tenang melihat Rendy yang pergi bersama Rania dan walau ada Zahra. Mau tidak mau dia pun memilih ikut demi ketenangan dirinya sendiri.
Mereka tetap melakukan perjalanan dengan suasana hati ada yang bahagia, ada yang canggung dan pasti yang kesal. Siapa lagi jika bukan Anisa yang salah sasaran.
Sampai akhirnya mereka sampai di tempat barang-barang rumah tangga dan Rania dan Zahra memilih-milih dari sofa, tempat tidur, meja makan, beberapa bangku yang mungkin di letakkan di belakang rumah, atau meja-meja yang pasti berguna.
Anisa dan Rendy tidak ikut memilih duduk di kursi yang di sediakan di sana dan di hidangkan teh panas.
Rendy fokus membaca-baca katalog dari toko tersebut dan Anisa dengan wajah ketusnya sibuk dengan pekerjaannya sendiri yang apalagi jika tidak mengumpat di dalam hatinya.
" Ehemm," Anisa berdehem membuat Rendy menoleh kearahnya.
" Ada apa?" tanya Rendy.
" Tidak, aku lapar, bagaimana kalau kita makan sebentar," ucap Anisa pelan yang mengajak Rendy untuk makan.
" Makan," sahut Rendy. Anisa mengangguk.
" Iya, soalnya aku lapar, tadi aku sarapannya sedikit," ucap Anisa pelan yang sepertinya ingin mengambil kesempatan untuk berduaan dengan Rendy.
" Baiklah!" sahut Rendy yang tidak masalah. Anisa tersenyum saat rencananya berhasil.
" Ayo!" ajak Anisa. Rendy mengangguk dan berdiri dan tiba-tiba Zahra melihat Rendy dan Anisa seperti ingin pergi.
" Kalian mau kemana?" tanya Zahra membuat ke-2 langkah itu tidak jadi pergi dan Anisa langsung berdecak kesal. Lagi-lagi Zahra memang merusak rencana.
" Kita mau makan sebentar," sahut Rendy.
" Ikut dong, aku juga lapar," sahut Zahra mengusap perutnya.
" Bukannya kalian masih memilih barang-barang," sahut Anisa yang masih berusaha agar dia bisa bersama Rendy berduaan.
" Udah selesai kok, tinggal kumpulin barang," sahut Zahra. " Rania!" panggil Zahra. Rania yang berbicara dengan pelayan toko langsung menoleh kebelakang.
" Kemari!" ajak Zahra dengan tangannya dan Rania mengangguk dan jangan tanya exsperesi Anisa sudah semakin kesal.
" Ada apa?" tanya Rania.
" Ayo kita makan dulu, soalnya lapar. Sudah waktunya juga makan siang. Bahkan sudah lewat," ucap Zahra.
" Oh, ya sudah," sahut Rania tanpa menolak. Karena orang-orang itu juga lapar karena membantu dirinya jadi mana mungkin dia menolak. Lagian cacing di perutnya juga sudah mulai memberontak.
" Ayo!" ajak Zahra berjalan duluan menggandeng tangan Rania yang di susul oleh Rendy.
Sementara Anisa masih berdiri di tempat dengan wajah horornya yang menatap Rania yang berjalan santai yang memperlihatkan dia memang tidak menyukai wanita itu.
" Selalu saja seperti itu," batin Anisa kesal dan mau tidak mau menyusul orang-orang yang menyebalkan itu karena memang dia yang mengajak untuk makan bersama.
**********
Akhirnya mereka pun makan bersama di salah satu Restaurant yang tidak jauh dari tempat itu. Rania memesan gado-gado makanan favoritnya dengan orens jus yang selalu di jadikannya berdampingan.
Zahra memesan mihun lezat dengan jus alpukat kesukaannya. Rendy memesan soto dengan nasi dan minumnya sama dengan Rania orensnya jus. Tidak tau Rendy sangat menyukai minuman atau memang hanya kebetulan memesannya. Sementara Anisa memesan karedok dengan lemon tea.
Mereka mulai menikmati pesanan mereka masing-masing. Terlihat Rania yang mengasingkan emping yang ada di atas gado-gadonya sebagai bahan pendamping.
" Kamu itu sama seperti Rendy. Sama-sama tidak menyukai emping," sahut Rania tiba-tiba dan yang Rendy juga tidak memakan emping yang ada di sotonya. Dan dia sama-sama tau jika Rania dan Rendy sama-sama tidak menyukai emping.
Rania langsung melihat ke arah Rendy yang ternyata Rendy juga melihat Rania karena secara kebetulan mereka sama-sama tidak menyukai emping.
" Aku memang tidak suka dari kecil," sahut Rania yang gugup.
" Rendy juga," sahut Zahra. Anisa yang makan semakin emosi tingkat dewa dengan apa yang di dengarnya.
" Pekara emping harus seheboh itu," batin Anisa yang makan tidak ikhlas.
" Banyak kok orang yang tidak menyukai emping," sahut Anisa dengan sinis sambil makan.
" Anisa benar, memang banyak," sahut Rania.
" Ya kan aku mengatakan di meja kita. Ya mungkin kebetulan, sama dengan jodoh yang juga banyak kebetulannya," ucap Zahra yang membuat Rendy, Rania, dan Anisa stop ingin memasukkan makanan kemulut
" Kenapa juga si Zahra harus bicara kan jodoh. Zahra apa tidak bisa diam apa," batin Anisa semakin kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Surabaya Honda
good interesting 😊👍
2023-12-14
0