Noda Nirmala
"Nir, anak mu ku pinjam lagi ya!"
Seperti biasa, jika libur Dania akan mengajak Shaka pergi jalan-jalan.
"Ngajak anak orang mulu. Bikin dong!" canda Dion, teman Nirmala dan Dania.
Nirmala hanya tersenyum mendengar candaan dari kedua teman-temannya.
"Pergilah. Jangan lupa di kasih makan ya anak ku!" gurau Nirmala.
"Tenang aja Nir, aman. Kerja yang semangat ya, kami pergi dulu." Dania dan Dion pergi, Nirmala melambaikan tangan untuk anaknya.
Nirmala masuk kembali ke dalam restoran.Sejak beberapa tahun yang lalu, restoran ini lah yang menjadi tempat Nirmala untuk mencari rezeki.
"Hai Nir,....!!" Sapa Arwan, pemilik restoran. Pria tampan dan juga baik hati.
"Hai mas,...tumben pagi sekali?"
"Kalau datangnya siang, aku gak bisa dong lihat senyum cerah kamu secerah matahari pagi."
"Hidih,...bisa aja mas Arwan ini."
"Ya udah, lanjut kerja. Semangat kerjanya!"
"Iya mas. Terimakasih."
Terkadang Nirmala merasa lelah dalam menjalani kehidupannya ini. Hidup berdua dengan anak semata wayangnya membuat ia mau tidak mau harus semangat.
Sementara itu, Dewangga atau yang biasa di panggil Gaga tudak bisa fokus pada pekerjaan karena ocehan dari Medina begitu mendenging di telinganya.
"Sampai kapan kita menjalin hubungan seperti ini? Aku juga butuh kepastian Gaga!"
"Aku tidak pernah merasa memiliki hubungan dengan mu. Kenapa kau selalu menekan ku?" Suara dingin Gaga sungguh membuat hati Medina sakit.
"Gaga....!!'' Medina meninggikan suaranya.
"Jangan meneriaki ku!" Sentak Gaga, "keluar dari ruangan ku!" Usirnya.
"Kamu gak bisa ngusir aku. Gaga, aku akan laporin kamu sama om Tirta!" Medina mengancam.
"Terserah kau!" Seru Gaga lalu memutuskan untuk pergi.
Medina mengepalkan kedua tangannya marah. Wanita ini menyusul Gaga.
"Gaga tunggu!" Medina berteriak, tapi Gaga acuh.
Gaga masuk ke dalam mobilnya dan berlalu begitu saja meninggalkan Medina yang terus memanggil nama Gaga.
Medina kesal, ia memutuskan untuk pergi ke rumah Gaga menemui Tirta, papah Gaga.
"Mah, ayo masuk. Cepat desak om Tirta!" Ujar Medina Yang ternyata sudah janjian sama mamahnya.
Anak dan ibu ini langsung masuk kedalam rumah Gaga. Sudah biasa mereka datang, para pembantu di rumah Gaga sudah hafal betul maksud dan tujuan mereka.
"Gimana ini Tirta, kapan anak mu menikahi anak ku?" Merina mendesak Tirta.
"Rasanya aku sudah bosan membahas ini Mer. Biarlah semua ini menjadi keputusan Gaga. Aku tidak bisa terus mendesaknya."
"Ya gak bisa begitu dong. Kamu tahu sendiri Gaga dan Medina saling mencintai."
"Iya om, Medina sangat mencintai Gaga. Om, bantuin dong!" Rengek Medina.
"Gaga itu keras kepala. Om tidak bisa membujuknya."
"Haduh Tir, masa kamu gak bisa bersikap tegas sama anak kamu?"
"Ibu dan anak sama saja!" Seru Gaga.
Sontak saja Medina, Merina dan Tirta menoleh ke arah sumber suara.
"Siapa yang saling mencintai?" Tanya Gaga, "aku tidak pernah mengatakan jika aku mencintai Medina. Ngarang aja!"
"Gaga, duduk dulu nak!" Titah Tirta.
"Gak pah," tolak Gaga, "tidak ada yang harus di jelaskan lagi."
Gaga berlalu begitu saja pergi ke kamarnya. Medina hendak mengejar Gaga namun di tahan oleh Tirta.
"Bersikap sesuai batasan mu Medina. Jangan masuk terlalu jauh!" Tegur Tirta membuat langkah Medina terhenti.
Entah di mana mereka menyimpan rasa malu, ibu dan anak ini selalu saja bersikap seenaknya.
Tirta meninggalkan mereka berdua di ruang tamu. Jengah juga rasanya di kejar ibu dan anak ini setiap hari.
Sementara itu, Nirmala masih berkutat dengan pekerjaan yang sangat melelahkan. Restoran ini selalu ramai, hal itu lah yang membuat Nirmala betah bekerja di tempat ini.
"Tumben gak ada anak haram mu itu. Kemana dia?" Sindy bertanya dengan wajah ketus.
"Anak ku bukan akan haram Sin, berhenti mengatai ku!"
"Mau marah? Marah aja. Kenyataannya memang begitu!" Ujar Sindy.
Nirmala hanya bisa menghela nafas, tak ada gunanya juga melawan orang seperti Sindy.
Nirmala langsung pergi ke dapur, melanjutkan pekerjaan yang sempat terjeda.
"Hai manusia kotor. Nih, cepat cuci semua piring kotor ini." Sindy memerintah seperti bos.
"Kau ini kenapa Sindy? kenapa kau suka sekali mengganggu Nirmala?" Wina kesal.
"Kamu itu yang kenapa mau berteman sama Nirmala si pencetak anak haram?"
"Siapa yang kau katai anak haram hah?" Arwan bertanya dengan wajah dingin, "sudah berapa kali aku memberi mu kesempatan untuk tidak mengganggu Nirmala."
"Pak,....!!"
Seketika wajah Sindy panik.
"Kau di pecat!" Ucap Arwan.
"Pak, kenapa saya di pecat?" Tanya Sindy dengan bodohnya.
"Kau masih bertanya kenapa? sudah berapa kali aku bilang jika aku tidak menyukai orang yang suka membuli orang lain."
"Tapi semua ini salahnya Nirmala pak. Bukan saya!" Sindy malah memutar balikan fakta.
Nirmala dan Wina hanya diam saja.
"Keluar!" usir Arwan, "keluar, kau sudah di pecat!" Bentak Arwan.
Sindy menatap tajam Nirmala, tersirat kebencian padanya. Nirmala sendiri bingung, kesalahan apa yang sudah ia perbuat pada Sindy hingga wanita itu sangat membenci Nirmala.
Sambil mengepalkan kedua tangannya Sindy keluar dari restoran tersebut. Sumpah serapahnya hanya tertuju pada Nirmala.
"Nir, kalau kamu di injak-injak sama orang. Lawan aja!" Ujar Arwan.
"Biarin aja lah mas, nanti juga capek sendiri."
Arwan hanya bisa menggelengkan kepala. Siapa pun yang menghina dirinya, Nirmala tidak pernah ambil pusing.
Sebenarnya, Nirmala masih memiliki seorang kakak laki-laki yang dulu tega mengusir Nirmala dunia saat dirinya berada di titik paling rendah dalam hidupnya.
"Sabar ya Nir....!" Weni menepuk pundak Nirmala, memberi semangat padanya.
"Aku tidak apa-apa Wen. Sudah biasa, ini memang makanan ku sehari-hari."
"Sesekali lawanlah Nir, mereka sungguh kelewatan jika menghina mu."
Nirmala hanya tersenyum, "sudahlah, biarkan saja. Selama mereka tidak menyakiti anakku, aku tidak masalah."
Weni juga hanya bisa bergeleng kepala atas kesabaran Nirmala. Mereka berdua melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Sedangkan Shaka sedang menikmati jalan-jalannya bersama Dania dan Dion. Shaka akan di antar pulang jika Nirmala pulang.
"Mamah....!!" celoteh Shaka turun dari atas motor sambil memanggil ibunya.
Nirmala langsung memeluk anaknya.
"Shaka senang gak jalan-jalan hari ini?" Tanya Nirmala tapi Shaka hanya mengangguk.
"Sudah pasti senang dong. Shaka makan banyak loh hari ini." Ujar Dania.
"Iya, Shaka makan banyak hari ini." Timpal Dion.
"Terimakasih ya, kalian sudah baik banget sama aku dan anak ku!" Ucap Nirmala.
"Biasalah, santai saja!" Seru Dion.
"Ya udah, kami pulang dulu. Sudah sore nih." Ujar Dania.
"Hati-hati di jalan kalian berdua. Terimakasih sudah membuat anak ku bahagia hari ini."
Nirmala dan Shaka melambaikan tangan di saat motor Dion melaju menjauh.
Melihat anaknya yang bahagia, sebenarnya hati Nirmala begitu teriris.
"Andai ayah mu tahu jika kau ada di dunia ini nak. Sudah pasti kamu akan selalu di manjakan," batin Nirmala sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Welda Arsy❤
baru mampir thoooor gassssslahhh baca nya🤭
2023-01-05
0
Vita Zhao
mampir kak
2022-06-25
0
Wirda Lubis
lanjut
2022-06-24
0