Chapter 05

"Makasih ya Dion. Kamu udah bantuin aku dan Nirmala," ucap Dania.

"Iya, sama-sama."

"Makasih juga loh kamu udah bantuin aku cari kerjaan. Asal kamu tahu aja, ini adalah pertama kalinya aku kerja di tempat sebesar ini."

"Iya. Tapi, untuk Nirmala masih aku usahakan ya. Maklum, aku harus merayu atasan ku dulu." Kata Dion.

"Iya gak apa-apa, aku mengerti kok."

"Kasihan Nirmala, perasaan hidupnya di uji mulu!"

"Mana tahu besok atau lusa hidupnya akan indah," sahut Dania.

"Emangnya Nirmala gak ada niatan untuk mencari ayah kandung Shaka?" Tanya Dion penasaran.

"Sepertinya tidak. Nirmala hanya ingat wajah pria bajingan itu tapi tidak tahu namanya siapa."

"Keterlaluan, bajingan!" Umpat Dion kesal, "apa dia gak kasihan sudah membuat hidup orang lain menderita?"

"Sudahlah, jangan di bahas. Aku lanjut kerja dulu ya!"

"Hemmm,....!!"

Dania kembali melanjutkan pekerjaannya. Dania sendiri di tempatkan di lantai lima dan enam, tempat di mana orang-orang berpangkat dan untuk lantai enam khusus ruangan sang pemilik perusahaan.

Jam pulang akhirnya tiba, Dania bergegas pulang karena ia sudah janji pada Shaka untuk membelikan es krim.

Seharian bekerja sudah pasti sangat lelah. Tapi, lelah Dania seketika hilang saat melihat Shaka yang menunggu di depan pintu dengan senyum manisnya.

"Shaka sayang, tebak dong tante bawa apa?" Dania berlutut sambil menunjukan bungkusan yang ia bawa.

"Es krim.....!" Jawab Shaka yang seharian memang sudah menunggu kepulangan Dania.

"Bilang apa sama tante?"

"Makasih ante....!!"

Tanpa di minta, Shaka langsung mencium ke dua pipi Dania.

"Seharian nungguin kamu tuh. Mau aku beliin gak mau, dasar Shaka." Nirmala tertawa renyah.

"Gak apa-apa Nir, aku senang kalau lihat Shaka bahagia."

"Makasih ya Dan, tanpa kamu mungkin aku sudah gak ada di dunia ini."

"Jangan ngomong gitu. Aku gak suka, sesama perempuan harus tolong menolong. Udah ah, aku mau mandi. Gerah nih!"

Dania berlalu masuk kedalam kontrakan. Sedangkan Shaka sedang asyik menikmati es krim miliknya.

Sore telah berlalu, malam pun datang. Shaka sudah tidur, sedangkan Dania dan Nirmala masih asyik mengobrol.

"Besok hari minggu. Dan, aku titip Shaka ya."

"Tumben, memangnya kamu mau kemana?" Tanya Dania penasaran.

Nirmala menarik nafas panjang, memejamkan matanya sejenak.

"Aku ingin pulang, barangkali kakak sudah memaafkan ku. Lagian, aku sudah lama tidak mengunjungi makam kedua orang tua ku."

"Iya Nir, pergilah. Aku akan menjaga Shaka. Semoga kakak mu sudah berubah hatinya."

"Jujur aku rindu kakak ku. Aku rindu masa kecil kami yang bahagia," ujar Nirmala dengan mata berkaca-kaca.

"Nir, pesan ku untuk mu. Apa pun yang terjadi pada mu besok, aku mohon kau harus tetap sabar. Ingat, masih ada Shaka yang masih membutuhkan mu. Aku siap kapan pun mendengarkan cerita mu, keluh kesah mu."

"Terimakasih ya Dania!"

"Tidurlah, siapkan hati dan tenaga mu untuk besok. Jangan berpikir yang aneh-aneh."

Malam yang hening, meskipun Shaka dan Dania sudah terlelap tidur, Nirmala masih sibuk bergelut dengan pikirannya.

"Ayah, ibu. Doakan anak mu ini." Batin Nirmala sebelum ia benar-benar terlelap.

Malam berganti pagi, Nirmala sudah pergi sebelum Shaka bangun. Lumayan jauh perjalanan Nirmala, ia harus menaiki kapal kecil selama dua jam untuk menuju tempat lahirnya. Sebuah kota kecil di pinggir pantai dengan penduduk yang lumayan padat.

Hari masih pagi, Nirmala sudah tempat tujuan. Tempat di mana yang sudah lama sekali Nirmala tinggalkan. Banyak yang berubah termasuk gudang yang ada di dermaga yang menjadi saksi bisu bagaimana seseorang merenggut paksa kesuciannya.

"Bang, ojek!" Ujar Nirmala.

"Gas neng....!"

Huh,.......

Nirmala membuang nafas kasar, sudah ia siapkan mentalnya untuk menghadapi sang kakak.

Sekitar lima menit Nirmala sudah tiba di halaman rumah sang kakak. Bukan rumah sang kakak, lebih tepatnya rumah masa kecil ia dan sang kakak yang sekarang di tempati Dimas bersama istrinya.

Dengan perasaan berdebar, Nirmala mengetuk pintu. Tak berapa lama pintu terbuka, ternyata yang membuka adalah kakak ipar Nirmala.

"Nirmala...!" Hesti terkejut melihat kedatangan adik iparnya yang sudah lama menghilang.

"Kak, apa kabar?" Tanya Nirmala, "apa kak Dimas ada?"

"Mas,....mas.....mas....!" Hesti berteriak memanggil suaminya.

"Ada apa sih?" Tanya Dimas dari arah belakang lalu menghampiri Hesti.

"Mas, lihat siapa yang datang!" Hesti menunjuk ke arah Nirmala. Tentu saja Dimas terkejut melihat adiknya yang sudah lama menghilang.

"Kak, kak Dimas!" Lirih Nirmala menahan air matanya.

"Ngapain kamu pulang hah?" Sentak Dimas dengan mata melotot.

Nirmala kaget, langkahnya sedikit mundur.

"Kak, aku rindu sama kakak," ucap Nirmala dengan suara bergetar.

"Pasti dia pulang ada maksud mas. Jangan-jangan Nirmala mau minta warisan orang tua kamu!"

Dengan sengaja Hesti memfitnah adik iparnya sendiri.

"Gak kak, aku gak bermaksud seperti itu. Kedatangan ku hanya untuk silaturahmi. Aku kangen sama kakak."

"Halah,....bohong dia mas. Apa kamu lupa jika adik kamu ini pembawa aib untuk keluarga kita."

"Pergi kamu,...!" usir Dimas, "kamu itu kotor. Kamu gak pantas menginjakan kaki di rumah ini lagi."

"Kak, aku minta maaf. Semua sudah berlalu!" Nirmala berusaha merayu.

"Aku bukan kakak mu lagi. Ingat ya Nir, kamu itu kotor. Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga ini. Pergi kamu....!" Sekali lagi Dimas mengusir adiknya sendiri.

"Kamu dengar apa gak?" Sentak Hesti, "pergi kamu dari sini. Kami gak mau ada tetangga yang melihat kedatangan kamu. Kami malu...!"

Nirmala masih setia berdiri dengan isak tangisnya, memohon pada sang kakak agar kembali menerima dirinya.

Dimas geram, mata dan hatinya sudah di tutupi dengan kebencian. Ia menarik paksa adiknya keluar dari rumahnya.

Nirmala hanya diam, dia tetap diam bukan tak ingin melawan melainkan Nirmala sadar diri akan kesalahannya.

Awan mendung menjadi teman setia Nirmala seolah mereka ikut bersedih akan nasib wanita malang ini. Hujan mulai turun begitu deras, dengan langkah lunglai Nirmala pergi ke makam kedua orang tuanya yang berjarak tak terlalu jauh dari rumah.

Makam kedua orang tua Nirmala saling bergandengan, Nirmala menangis di antara kedua pusara. Ia menumpahkan segala keluh kesahnya, menceritakan apa yang sudah ia lalui dalam hidupnya sepeninggal kedua orang tuanya.

"Ayah, ibu. Tanpa kalian aku tidak ada tempat untuk berpulang. Aku rindu kalian berdua."

"Ayah, ibu. Aku hanya ingin menjadi putri kecil kalian yang bahagia karena dewasa itu sungguh menyakitkan."

"Ayah, ibu. Kakak membenci ku, dia tidak ingin melihat ku lagi. Sampai kapan aku harus menanggung beban ini?"

"Ayah, ibu. Aku memiliki seorang anak. Aku sayang anakku, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Derasnya air mata Nirmala masih deras air hujan. Seolah hujan mengerti akan nasib Nirmala. Mungkinkah hujan ingin menutupi kesedihan Nirmala hari ini di depan semua orang yang akan Nirmala temui.

Terpopuler

Comments

Vita Zhao

Vita Zhao

Hesti nih yg jadi kompornya dimas agar benci sama nirmala

2022-06-25

0

Wirda Lubis

Wirda Lubis

pulang aja Nirmala sudah di usir kenapa datang bikin sakit hati

2022-06-24

0

☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ

☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ

Semoga akan muncul pelangi setelah hujan reda 😊😊

2022-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!