Chapter 20

"Saya tidak mungkin melarang kamu untuk bekerja. Tapi, saya akan melarang kamu bekerja dengan membawa Shaka. Jadi, selama kamu bekerja saya akan menjaga Shaka," ujar pak Tirta semakin membuat Nirmala merasa tidak enak hati.

"Jangan pak. Bapak sudah banyak membantu saya. Saya dan Shaka sudah biasa hidup seperti ini."

Tirta menatap Nirmala dengan wajah memohon, "saya kesepian. Biarkan Shaka bermain dengan kakek tuanya ini."

"Tapi dengan satu syarat," ucap Nirmala.

"Syarat apa?" Tanya Tirta.

"Saya tidak mengizinkan Gaga membawa Shaka pergi tanpa sepengetahuan saya."

"Gampang. Syarat yang sangat mudah," ujar pak Tirta.

"Shaka anakku. Aku juga berhak atas dia," ucap Gaga yang tiba-tiba ada di depan pintu apartemen.

"Tidak ada hak mu atas Shaka," ucap Nirmala tegas.

"Dia anakku. Kau tidak berhak melarang ku untuk papah kandung Shaka," ucap Gaga meninggikan suaranya.

"Lalu kenapa kau meninggalkan ku di saat kau merenggut segalanya dari ku malam itu?" Nirmala menatap tajam ke arah Gaga. Sorot mata kebencian kembali terpancar pagi ini.

"Mamah," Lirih Shaka takut.

Bug,.....

Pak Tirta menendang kaki Gaga.

"Kecilkan suara mu bajingan tengik. Apa kau tidak lihat Shaka ketakutan?"

Huft,....

Gaga membuang nafas kasar, kali ini kesabarannya benar-benar di uji sekarang.

"Saya hanya akan bersikap sopan pada bapak. Tapi, tidak untuk laki-laki ini," ucap Nirmala sekali lagi memancing emosi Gaga.

"Tidak masalah. Si kampret ini memang pantas di perlakukan seperti itu!" Sahut pak Tirta.

"Pah, aku ini Gaga. Anak papah. Seharusnya papah membela ku," protes Gaga.

"Kau memang anak papah, tapi anak papah yang gagal!" Sahut pak Tirta, "Shaka sayang. Ayo ikut bersama kakek. Biarkan mamah mu pergi bekerja."

"Boleh mah?" Shaka meminta izin.

"Iya sayang. Boleh," jawab Nirmala membuat Shaka senang.

Dengan perasaan bahagia pak Tirta menggendong Shaka, ia akan mengajak Shaka pulang kerumahnya. Di rumah, pak Tirta sudah menyiapkan banyak mainan untuk Shaka.

Sedangkan Nirmala, ia langsung mengunci pintu apartemen kemudian berlenggang pergi.

"Berangkat bersama ku. Ayo!" Ajak Gaga.

"Lebih baik aku jalan kaki dari pada harus satu mobil dengan mu," tolak Nirmala.

"Aku tahu kau masih marah pada ku. Aku bajingan yang tidak tahu diri, ayo maafkan aku." Gaga memaksa.

Nirmala diam, tidak menanggapi ucapan Gaga. Di lift hanya ada mereka berdua, Nirmala merasa jengah karena Gaga terus mengoceh tanpa berhenti bahkan sampai pintu lift terbuka.

Nirmala berjalan keluar dengan santainya tanpa menghiraukan Gaga yang terus mengekor di belakangnya.

"Dasar keras kepala!" Seru Gaga yang sudah lelah membujuk Nirmala.

Langkah Nirmala terhenti, wanita ini membalikan tubuhnya. Nirmala melepas salah satu sepatunya lalu melemparkannya ke arah Gaga.

"Dasar burung Gagak. Menjauh dari ku!" Kata Nirmala yang benar-benar kesal.

"Tuhan saja maha pemaaf. Kenapa kau yang remahan debu ini sombong sekali tidak mau memaafkan ku?"

Nirmala berkacak pinggang, mengangkat wajahnya menatap tajam ke wajah Gaga.

"Wah, moncong mu itu kalau bicara ringan sekali. Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab!"

"Tapi, sekarang aku bertanggung jawab."

"Jika bukan karena Shaka, apa kau mau bertanggung jawab atas diri ku?" Tanya Nirmala kembali menunjukan wajah masamnya, "apa yang sudah kau renggut tidak bisa kau kembalikan. Nama baik ku, keluarga ku dan kebahagiaan ku juga masa depan ku. Apa kau bisa mengembalikan itu semua?"

"Jika ku bilang aku menyukai mu, apa kau akan percaya pada ku?" Tanya Gaga terdengar serius.

"Tidak ada yang bisa di percaya dari seorang laki-laki seperti mu," ucap Nirmala kemudian mengambil sepatu dan memakainya kembali setelah itu berlalu pergi begitu saja.

Gaga hanya bisa menatap punggung Nirmala. Tubuh yang tak seberapa tinggi namun memiliki bentuk tubuh yang aduhai di tambah lagi rambut panjang yang di biar tergerai membuat Gaga tak berhenti menatap Nirmala dari belakang.

Nirmala baru saja tiba di kantor, ia di tegur oleh atasannya karena datang terlambat. Nirmala sangat geram, sebab Gaga ia terlambat hari ini.

"Berhenti memarahinya. Dia terlambat karena menolong ku tadi," ucap Gaga yang selalu saja ada di mana-mana.

"Oh, maaf pak. Saya tidak tahu, Nirmala tidak memberitahu saya," ucap pria yang berpangkat lebih tinggi dari Nirmala, "kalau begitu saya permisi dulu pak."

Tinggallah Nirmala dan Gaga berdua di depan lobby kantor.

"Berhentilah mengganggu ku. Aku tidak mau melihat mu."

"Ini kantor ku, aku bebas mau melihat karyawan ku."

"Oh, sepertinya aku harus mencari tempat kerja baru!"

Acuh, Nirmala tidak memperdulikan Gaga. Nirmala bergegas masuk, lama-lama melihat wajah Gaga bisa-bisa Nirmala luluh.

"Nir, kenapa kau baru datang hem?" Tanya Dania heran.

"Kenapa lagi kalau bukan karena burung Gagak itu. Lama-lama ku goreng juga!"

"Kau dan pak Gaga sama saja. Kalian berdua ini aneh,"

"Dia yang aneh, bukan aku!"

"Gaga memang seperti itu. Dia keras kepala dan mau menang sendiri. Ku lihat sekarang, kaulah lawan yang cocok untuk Gaga," ujar Randi yang tiba-tiba menyambungkan pembicaraan Nirmala dan Dania.

"Pak Tirta baik, tapi kenapa anaknya seperti itu?" Dania bingung.

"Gaga di besarkan tanpa seorang ibu. Mamahnya meninggal di saat Gaga berusia sembilan tahun. Om Tirta juga gak nikah lagi sampai sekarang. Jadi, wajar jika dia keras kepala dan kasar. Gaga hanya hidup dengan pengasuhnya karena om Tirta sibuk bekerja." Randi menceritakan sedikit kisah Gaga pada Nirmala dan Dania.

"Ternyata, setiap orang memiliki kisah sedihnya sendiri-sendiri ya," ujar Dania.

"Nir, pertimbangkan lagi hati mu untuk memaafkan Gaga. Malam itu dia benar-benar di jebak," Randi sedikit memohon.

"Bagaimana bisa aku memaafkan dia atas apa yang dia lakukan kepada ku. Jika dia benar-benar di jebak, kenapa dia tega meninggalkan ku?"

Tiba-tiba saja ada karyawan lain yang masuk kedalam ruang pantry. Nirmala, Dania dan Randi langsung diam.

"Kita bahas nanti," ucap Randi. Randi melihat jam tangannya, "jam sebelas nanti, kita mengobrol di atap."

Nirmala dan Dania hanya mengangguk, Randi langsung keluar dari ruangan tersebut.

"Kalian berdua karyawan baru, tapi kalian sangat dekat dengan pak Randi. Kok bisa?" Tanya Sinta yang penasaran.

"Jangan suka kepo masalah orang. Pergi sana!" Usir Dania dengan beraninya.

Sinta kesal, ia berjalan keluar sambil menggerutu.

"Ayo lanjut kerja," ajak Dania.

"Aku memikirkan Shaka," ujar Nirmala.

"Tidak usah kau pikirkan. Shaka pasti sedang bersenang-senang dengan kakeknya."

"Jika dia tidak betah atau menangis ingin bertemu dengan ku bagaimana?"

"Jangan mengkhawatirkan sesuatu dengan berlebihan. Tenanglah, Shaka akan baik-baik saja." Dania berusaha meyakinkan Nirmala jika Shaka akan baik-baik saja bersama pak Tirta.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

cocok dah Gaga sama Nirmala, sama² keras kepala 🤭🤭klo burung gagalnya ganteng buat aku aja ya nir🤣🤣🤣

2022-06-10

0

☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ

☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ

Wah lambat laun pasti luluh juga kok Nir, ayo Gaga pepet terus 🏃🏃🏃

2022-06-09

1

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

jangan2 Randi suka dengan Dania wkwkwk

2022-06-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!