Chapter 09

"Kak, apa ini?" Tanya Nirmala bingung saat melihat tas besar di depan pintu rumah.

"Pergilah Nir, pergi sejauh mungkin. Kakak gak mau kamu tinggal di rumah ini. Kakak malu punya adik yang hamil tanpa hamil seperti kamu."

"Kak, tapi kak....!"

"Kamu itu aib Nir. Kami gak mungkin nampung kamu di rumah ini dengan keadaan kamu yang seperti ini." Hesti ikut bicara.

"Tapi, semua ini bukan kesalahan aku kak. Aku juga gak mau seperti ini," ujar Nirmala membela diri.

"Gak bisa Nir,. Jika orang sini tahu kamu hamil tanpa suami, kita semua akan di usir. Kamu itu aib, kamu sudah kotor Nir." Hesti semakin mengompori.

"Pergilah Nirmala. Kakak gak mau lihat kamu lagi, kamu menjijikan. Kakak gak mau kamu tinggal di rumah ini." Dimas mengusir adiknya sendiri.

Nirmala berlutut, memohon di bawah kaki sang kakak.

"Kak, Nirmala mohon. Tolong Nirmala kak, jangan perlakukan Nirmala seperti ini."

Buuuk,.....

Dengan tega Dimas menendang adiknya sendiri. Hesti yang melihat hal tersebut langsung tersenyum tipis.

"Kakak gak mau semua orang tahu jika kamu hamil apa lagi kamu di perkosa. Pergi sana....!"

Dimas membuang tas yang berisi pakaian adiknya. Di tengah hujan deras, Dimas tega mendorong Nirmala yang sedang hamil tiga minggu.

Sungguh lucu dunia ini, semesta tega menikam cobaan bertubi-tubi dalam perjalanan hidup Nirmala.

"Pergi kamu,... pergi yang jauh dan jangan kembali lagi. Kamu itu sudah ternoda, kakak malu punya adik kotor seperti kamu!"

Sungguh kejam kata-kata Dimas, ia telah termakan hasutan Hesti. Dimas menutup pintu dengan sangat kencang.

Di bawah derasnya guyuran air hujan, kilat menyambar seolah ikut membenci dirinya. Dengan langkah lesu, Nirmala memungut tasnya lalu melangkah jauh meninggalkan rumah, tempat dimana ia di besarkan penuh kenangan.

Dermaga tujuan utama, karena transportasi di kota kecil ini hanyalah kapal untuk menuju kota besar. Sungguh, Nirmala sangat membenci tempat di mana ia di rusak.

Air mata yang jatuh membasahi pipi kini tak tertera di telan air hujan. Dengan pakaian basah, Nirmala pergi menaiki kapal. Entahlah, ia sendiri tidak memperdulikan kesehatannya.

Dengan tatapan kosong penuh kebencian menatap ruang di mana ia di hinakan. Nirmala hanya bisa mengusap air mata sampai kapal yang ia tumpangi menjauh dari dermaga kehancuran.

****Flash on****

"Loh, kamu kerja masih bawa keponakan kamu ini?" Tanya Randi.

"Iya pak, mamahnya masih sakit." Jawab Dania tidak enak hati.

"Kasihan, siapa namanya?" Tanya Randi penasaran.

"Shaka pak. Shaka Dewangga," jawab Dania sungguh membuat Randi terkejut.

"Kamu serius?" Tanya Randi membuat Dania heran.

"Serius apa ya pak?" Tanya Dania balik.

"Nama bocah ini Shaka Dewangga. Apa nama belakangnya mengambil nama ayahnya?" Tanya Randi benar-benar penasaran.

Dania melirik Shaka, bocah itu sedang duduk di lantai sambil bermain robotan yang ia bawa dari rumah.

"Shaka tidak punya ayah pak," jawab Dania yang sebenarnya tidak sampai hati berkata jujur.

"Lah, kok bisa?"

"Gak tahu ayahnya siapa dan di mana. Maaf ya pak, jangan tanya masalah ayahnya Shaka lagi. Saya benar-benar tidak tahu."

Randi terdiam, ia terus mengabsen setiap inci dari wajah Shaka.

"Shaka,...!" Randi memanggil Shaka.

Merasa namanya di panggil, Shaka langsung berdiri lalu menghampiri Randi.

"Eeem,....dari pada Shaka main sendiri di sini, lebih baik Shaka ikut om main di dalam. Mau gak?"

Shaka degan polosnya menoleh ke arah Dania tanpa berkata sepatah kata pun.

"Aduh, jangan deh pak. Nanti Shaka ganggu pekerjaan bapak dan pak Gaga."

"Hari ini santai. Ya gak masalah, biar rame aja."

"Saya gak enak hati pak, nanti pak Gaga marah."

"Udah, gak kenapa-kenapa. Shaka mau gak main sama om di dalam? Nanti kita beli mainan deh."

"Ante....!" Lirih Shaka.

"Tapi Shaka jangan nakal ya sayang. Nanti tante laporin sama mamah kalau nakal."

"Janji gak nakal!" Ucap Shaka menggemaskan.

Randi langsung menggendong Shaka, mengajak bocah itu masuk kedalam ruangan Gaga.

Gaga yang melihat kehadiran Shaka mendadak jantungnya berdebar tak karuan.

"Bocah itu lagi,...!" Batin Gaga.

"Di mana kau dapatkan bocah uni lagi Ran?" Tanya Gaga.

"Dia masih ikut bekerja sama tantenya. Mamahnya masih sakit. Udah, gak usah marah. Kasihan, yang penting dia kerjanya rajin dan anak ini tidak mengganggu pekerjaan dia dan karyawan lainnya."

"Lalu, kenapa kau mengajaknya masuk?"

"Kasihan aja lihat dia main sendirian, makanya aku ajak masuk."

"Kau ini, ada-ada saja. Kalau mau anak, sana nikah!"

"Gaga,...!" Suara Randi terdengar serius.

"kenapa kau tiba-tiba memanggil nama ku?" Tanya Gaga heran.

"Nama bocah ini Shaka Dewangga," ujar Randi memberitahu, "selain wajah yang mirip, ternyata nama kalian juga hampir sama. Apa ini sebuah kebetulan?"

Deg,....

Gaga terdiam, ia menatap wajah polos yang berada di gendongan Randi.

"Ajak dia pergi beli mainan. ini uangnya!" Titah Gaga untuk mengalihkan pembicaraan.

Randi mengangkat kedua pundaknya kemudian mengajak Shaka pergi untuk membeli mainan. Tidak lupa Randi meminta izin dahulu pada Dania sebelum pergi.

"Randi benar, apa semua ini kebetulan? Bocah itu sama persis dengan bocah yang ada di dalam mimpi ku. Tidak, ini semua hanya kebetulan."

Gaga mendadak cemas, bingung dan kembali di hantui oleh rasa bersalahnya dulu.

"Apa kabar perempuan yang dulu aku perkosa? apa dia masih hidup atau sudah.....?"

Gaga melonggarkan dasi yang terasa begitu mencekik lehernya.

"Gak, gak mungkin. Kenapa akhir-akhir ini aku merasa aneh? kenapa aku merasa takut akan sesuatu? ada apa? kenapa dengan diri ku ini?"

Semakin runyam pikiran Gaga, di tambah lagi bayangan wajah Shaka terus menari-nari di kepalanya.

Tak berapa lama, Randi dan Shaka kembali ke ruangan Gaga. Shaka terlihat senang sekali saat Randi membelikannya banyak mainan.

"Papah,...Shaka gak punya papah," celoteh Shaka membuat Gaga dan Randi saling pandang terdiam.

"Shaka gak pelnah di beliin mainan sama papah," ucapnya polos.

"Emmmmm,....kalau om boleh tahu, papah Shaka di mana?" Tanya Randi lembut.

"Gak tahu om, Shaka gak punya papah. Mamah suka nangis mikilin Shaka."

Gaga menarik nafas panjang, entah kenapa ia merasa bersalah saat Shaka dengan polosnya mengucapkan semua kata-kata itu.

"Ran, cari tahu semua latar belakang ibu dari anak ini." Titah Gaga.

"Untuk apa?" Tanya Randi.

"Aku hanya penasaran. Selain wajah, nama belakang anak ini juga sama seperti nama ku."

"Mungkin hanya kebetulan, kenapa kau ambil pusing?"

"Lakukan atau ku lempar kau ke bawah!" Ancam Gaga langsung di iyakan Randi.

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

gaga benar anak kamu kalau ingin jelas tes DNA

2022-06-24

0

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

Randi coba kau diam2 lakukan tes DNA

2022-06-01

0

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

hamil tanpa suami

2022-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!