Aaaarghh.......
"Sialan!" Umpat Arwan kesal saat mendapati kontrakan Nirmala sudah kosong.
Dengan perasaan kacau, Arwan pergi untuk mencari Nirmala dan Shaka. Terus memutari jalan, mencoba menghubungi Nirmala ataupun Dania namun tetap saja Arwan tidak mengetahui keberadaan mereka.
"Kemana kalian pergi Nir? Semarah itu kah kau pada ku?"
Arwan lesu, ia benar-benar kehilangan Nirmala sekarang. Seharian mencari Nirmala, pada akhirnya Arwan memutuskan untuk pulang.
"Dari mana kamu Arwan?" Tanya Yuni dengan nada tinggi, "mamah menyuruh mu untuk mengurus pernikahan mu tapi kau malah hilang seharian."
Arwan melirik sang mamah dengan sorot mata tajam.
"Semua gara-gara mamah, sekarang aku telah kehilangan Nirmala."
Yuni tersenyum miring, seolah ia senang mendengar pernyataan dari anaknya.
"Oh, maksud mu si Nirmala itu sudah pergi?"
"Ya, semua gara-gara mamah!"
"Baguslah, mamah sudah muak dengan perempuan sok suci itu. Perempuan kotor yang tidak pantas untuk menjadi menantu di rumah ini."
"Mah,...!" Arwan meninggikan suaranya, "Nirmala perempuan baik, dia tidak seperti yang mamah kira."
"Jika dia perempuan baik-baik, kenapa anaknya tidak memiliki ayah?"
Jleb,....
Arwan terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan sang mamah.
"Ingat Arwan, kamu boleh melawan mamah. Tapi, mamah bisa melakukan apa pun termasuk membuat hidup mu sengsara. Menikahlah dengan Sofia, mamah sudah menyiapkan segalanya!"
Yuni berlalu, meninggalkan Arwan yang sudah tidak bisa lagi berkata-kata. Di otaknya hanya ada nama Nirmala, sulit rasanya jika ia harus melupakan Nirmala.
Sementara itu, Nirmala merasa lega karena sekarang ia dan anaknya sudah berada di tempat baru, lingkungan baru dan orang-orang baru.
"Untuk sementara waktu, biar aku saja yang bekerja. Sambil jalan, kita cari pekerjaan yang bisa mengajak anak." Kata Dania.
"Aku merasa tidak enak hati pada mu Dan. Aku selalu merepotkan mu," ucap Nirmala.
"Sudahlah, jangan merasa seperti itu. Aku senang membantu mu, terutama Shaka."
"Tapi tetap saja aku selalu menyusahkan mu!"
"Aku tahu rasanya di hina dan di abaikan. Orang-orang yang tidak tahu tentang kita sudah pasti akan memandang sebelah mata. Sejak ibu ku meninggal dan ayah menikah lagi, aku memutuskan untuk hidup sendiri. Aku tidak tahan jika harus berdebat dengan ayah dan istrinya setiap hari."
"Kau masih beruntung memiliki ayah. Tapi aku, kakak saja mengusir ku!"
"Beruntung apanya?" Tanya Dania, "yang ada setiap hari aku makan amarah, hinaan dan cacian. Makan minum yang masuk dalam perut ku selalu saja menjadi bahan ungkitan."
"Kau dan aku apa bedanya? Nasib kita sama hanya saja aku punya anak sedangkan kau tidak."
"Maka dari itu, mari saling membantu. Aku tidak punya saudara, kakak tidak punya adik pun tidak punya."
"Tetap saja aku merasa tidak enak hati pada mu. Sejak aku hamil dan Shaka sudah segini besarnya, kau selalu ada untuk kami."
"Berhenti mendongeng, mari tidur. Karena mimpi lebih indah dari pada kenyataan."
Mereka tertawa, bukan menertawakan orang lain melainkan kehidupan mereka sendiri.
Malam telah berganti pagi, Dania sudah bersiap-siap berangkat kerja. Atas bantuan seorang teman, Dania bisa bekerja di salah satu perusahaan. Meskipun hanya seorang cleaning servis, tapi Dania sangat bersyukur karena gajinya sangat lumayan.
"Shaka ganteng, tante berangkat kerja dulu ya," ujar Dania yang sebelum berangkat selalu mencium pipi bocah itu.
"Es cream!" Celoteh Shaka.
"Iya, nanti kalau pulang tante beliin deh. Shaka jangan nakal ya, nurut sama mamah."
"Iya,...!"
Dania menghembuskan nafas, menoleh ke arah Nirmala.
"Anak mu ini entah turunan dari mana? Kalau di ajak bicara jawabnya singkat sekali."
"Aku pun tak tahu!" Seru Nirmala.
Sementara itu, Gaga pagi sekali sudah berangkat ke kantor. Bukannya apa, ia sudah muak melihat Medina yang hampir setiap pagi datang ke rumahnya.
Medina cantik dan pintar, tapi sayang sekali ia tidak bisa membuat Gaga tertarik padanya. Sudah berbagai macam cara yang di lakukan Medina untuk mendapatkan Gaga, namun hasilnya selalu saja nihil.
"Pagi om,...!" Sapa Medina pada Tirta.
"Hemmm,...!"
"Kok sendiri om, Gaga mana?" Tanyanya.
"Sudah berangkat," jawab Singkat.
Medina melengos kecewa, "Medina sudah capek-capek masak buat Gaga. Tapi kenapa Gaga malah berangkat sepagi ini? Aku sangat kecewa pada Gaga...!"
"Gaga tidak pernah meminta mu untuk memasak. Di rumah kami masih ada pembantu."
Tirta beranjak dari meja makan, meninggalkan Medina yang saat ini marah.
"Dasar tua bangka. Cepat mati sana!"
Medina sangat kesal, usahanya sia-sia. Tidak mau usahanya sia-sia, Medina memutuskan untuk pergi ke kantor Gaga.
"Apa Gaga ada di ruangannya?" Tanya Medina pada resepsionis.
"Ada bu. Tapi, pak Gaga tidak menerima tamu hari ini."
"Kamu tahu saya siapakan? Saya calon istri Gaga, saya kesini untuk mengantarkan sarapan."
"Tapi bu,...!"
Medina berlalu begitu saja, dengan gaya angkuh dan sombong ia selalu mengandalkan kata calon istri Gaga untuk menekan. Tanpa permisi, Medina masuk begitu saja ke dalam ruangan Gaga.
"Gaga,....!"
Gaga mendongak, "mau apa kau kesini hah?" Tanyanya dengan nada tinggi.
"Kenapa kau tidak pernah menghargai niat baik ku Gaga? Aku setiap pagi capek-capek masak lalu pergi ke rumah mu mengantar sarapan tapi kau tidak pernah mau memakannya. Hari ini kau sangat melukai hati ku Gaga, kau mengacuhkan ku."
"Medina, sudah berapa kali aku katakan pada mu jika aku tidak suka pada mu. Berhenti mengganggu hidup ku dan pergi dari kantor ku!"
"Aku mencintai mu Gaga, sekian tahun aku menunggu mu tapi kenapa tidak sekali pun kau melihat cinta ku?"
"Randi, bawa perempuan ini keluar!" Titah Gaga.
Tanpa berkata sepatah kata pun, Randi langsung menyeret Medina keluar dari ruangan Gaga. Medina berontak, mengumpat tidak terima atas perlakuan Randi.
"Heh perempuan gatal, berhenti mengganggu Gaga. Sana balik ke asal mu!"
"Sialan kau Randi...!" Umpat Medina, "jika aku sudah menikah dengan Gaga nanti, akan ku tendang kau dari perusahaan ini."
"Tendanglah dalam mimpi mu!" Sahut Randi lalu tertawa terbahak-bahak.
"Bajingan kau Randi...!"
"Pergi sana...!" Randi mendorong Medina, "pak. Jangan biarkan ulat bulu ini masuk kedalam kantor."
"Siap pak!"
Randi masuk kedalam kantor, sedangkan Medina berusaha menyerobot masuk tapi di halangi oleh security.
Pada akhirnya, Medina memutuskan untuk pulang. Medina mengadu pada mamahnya, tentu saja sang mamah tidak terima jika anak kesayangannya di perlakukan tidak adil seperti ini.
"Gaga benar-benar keterlaluan. Mamah gak terima kamu di rendahkan seperti ini."
"Apa yang harus kita lakukan mah?"
"Mamah akan memikirkan caranya. Bagaimana pun caranya, kamu harus tetap menikah dengan Gaga."
"Harus itu mah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
cocoms
perempuan gak py harga diri
2022-06-26
0
Tita
lop you randi 😘 trmh ksh sdh usir ulat bulu.y 🤣🤣
2022-06-24
0
Wirda Lubis
si Gaga ngak mau di paksa ngak malu ulat bulu
2022-06-24
0