Pagi pun datang, hari ini libur sekolah. Cha menghabiskan waktu dirumah. Tidak ada yang bisa dikerjakannya selain mengerjakan rutinitas pekerjaan rumah. Cha teringat paper bag yang diberikan Binyu kemaren dan dia belom sempat membukanya.
Cha mengambil paper bag didalam lemari dan membawanya ke atas tempat tidur. Dia pun membuka paper bag tersebut, ternyata sebuah sweater yang bermerek terkenal serta jam tangan yang mahal. Dia mulai mencerna kata-kata Binyu kemaren, apa bener orang tuanya tau bahwa kami berhubungan dekat, begitu pemikiran Cha. Dan itu menjadi tanda tanya besar bagi Cha. Suara ketukan pintu terdengar, Cha buru-buru memasukkan oleh-oleh itu dan mencampakkannya kedalam lemari.
"Ya ma masuk aja, gak dikunci kok" jawab Cha dari dalam kamar.
"Kamu ngapain lama banget buka pintunya, ada yang kamu sembunyikan dari mama?" tanya mama Cha yang ngelihat sana-sini.
"Nggak kok ma, Cha gak nyembunyiin apa-apa dari mama, mama kenapa ke kamar Cha?" Cha balik bertanya.
"Nanti kamu bantuin mama buat kue lapis, mama mau kamu yang buat" kata mama Cha. Mama pengen Cha melatih kemampuannya dalam memasak karena Cha hobi masak-masak.
"Iya ma, nanti Cha bantu ya, oh ya ma, papa gak ada tlp ya, kok jarang banget tlp kerumah, apa lebaran kali ini papa juga tidak pulang kerumah?" tanya Cha sambil melihat wajah mamanya yang tidak senang dengan pertanyaannya.
"Ngapain kau nanya-nanya, biarin aja mau pulang, mau gak bukan urusan kau, yang penting kau belajar yang benar, awas kalau kau macem-macem" kata mama Cha yang meninggalkan Cha sendiri.
Cha yang mendengar jawaban mamanya merasa sedih, tak terasa air mata jatuh disudut matanya. "Kenapa mama tidak mengerti juga perasaan anak nya ya, sampai kapan kami tidak merasakan kehadiran orang tua yang utuh ketika moment bahagia begitu" pikir Cha yang sudah menangis. Lalu iya pun bergegas untuk ke dapur membantu mamanya masak. Dia pun mengabaikan perasaan kalutnya dari keadaan yang sedang dialaminya.
"Cha......., cepatan kemari, lihat itu kenapa piring habis sarapan belom dicuci juga, gimananya kau, bisa kerja gak, cepat bersihkan biar bisa masak" teriak mama Cha tanpa perasaan.
"Iya ma, Cha rapikan semuanya, bentar ya ma" kata Cha bergegas mencuci piring dan merapikan dapur.
Setelah itu mereka pun membuat kue lapis dan masak untuk makan siang. Cha senang bisa membantu mamanya buat masak.
"Ma nanti sore Cha boleh main keluar ya tempat Shanti?" tanya Cha harap-harap cemas takut gak dikasih.
" Mau ngapain kau kesana" tanya mama Cha balik.
"Gak ada ma, Cha mau main-main Cha, boleh ya ma" Cha memelas kepada mamanya supaya diizinkan keluar.
"Ya udah, tapi awas kau jangan lama-lama pulang, dan jangan pula kau kegatalan pergi kemana-mana, kalau kau melanggar, kupukul kau nanti" kata mama Cha dengan sarkas.
"I..iya ma, Cha akan tepat waktu pulangnya" Cha melirik mamanya sekilas lalu kembali menyiapkan masakannya.
Cha seneng akhirnya tar sore bisa main ketempat Shanti. Biasanya mamanya tidak memperbolehkan Cha main keluar. Sejak kejadian papanya selingkuh, mama Cha lebih protect terhadap Cha, banyak larangan dan aturan yang harus dijalankan Cha, sehingga membuat Cha merasa terkekang.
Pernah suatu ketika, mamanya memberi uang jajan hanya sedikit, pas buat ongkos doang, sedangkan Cha pengen beli jajanan tapi tidak bisa karena tidak cukup uang nya. Akhirnya dia mutuskan kerja di cafe dekat sekolah nya. Pemilik cafe tersebut temannya Shanti, jadi Cha dibolehin kerja disitu dengan bayaran perhari. Jam kerjanya mulai jam 1 sampai malam jam 10 malam.
Hari itu Cha bekerja sebagai penghidang makanan, banyak pengunjung cafe yang melihat kearah Cha, karena pekerjanya yang lain laki-laki. Cha semangat melayani pengunjung, hingga malam hari, waktu pun tak terasa bagi Cha. Sampai mamanya sudah heboh mencari Cha. Karena Cha kerja tanpa pamit sama mamanya. Alhasil mamanya udah seperti kesetanan mencari kesana kemari.
Cha pun pulang kerumah tanpa rasa bersalah, dia tidak tau apa yang akan terjadi terhadapnya. Sesampai dirumah, mamanya langsung marah-marah.
"Dasarrrr anak tidak tau diri kau ya.., kurang ajar kau ya, mau jadi apa kau diluar sana, haaaa, mau jadi lon** kau ya, apa kata orang lihat kau pulang malam, malu aq punya anak sepeti kau keluyuran sampai malam. Kemana aja kau haaaa!" teriak mama Cha seperti orang kesetanan, Cha dipukul, dicubit bahkan ditarik rambutnya tanpa ampun.
"Ampuuuuun maaaa, Cha gak kemana-mana ma, Cha hanya kerja ma dicafe, Cha pengen punya uang hasil kerja sendiri ma, awwww sakit ma...., ampuuuuun!" teriak Cha kesakitan karena di cubit mamanya.
"Apa kau bilang...haaaaa, kau kerja, kerja apa kau, jual diri kau diluar sana, gak tau diri kau ya, gak tau bersyukur kau ya, dikasih jajan kau kekurangan, gak sanggup lagi aku ngurus kau, kalau seperti ini tingkah kau, kau tlp aja bapak kau biar kau dibawa aja sama dia" kata mama Cha yang marah sekali.
"Nggak ma, Cha beneran kerja ma, nh hasil kerja Cha dibayar perhari ma, Demi Allah ma, Cha gak ngapa-ngapain diluar sana" jelas Cha sama mamanya sambil menahan sakit.
"Diam kau, gak usah kau membohongi aku, udah banyak tetangga yang cerita sama aki, kau sering diantar laki-laki, malu aku sama orang ya" kata mama Cha
Cha lebih memilih diem sambil menangis dari pada melawan mamanya yang tidak akan pernah mau nerima kejujurannya. Rasa sedih, sakit di sekujur badan bercampur menjadi satu, Cha langsung masuk ke kamar dan menangis tersedu-sedu. Hanya adiknya yang menghiburnya dan memeluknya. Cha berfikir, kemana dia harus mengadu, bercerita, tidak mungkin ke Shanti, ke kakak-kakaknya, yang ada malah dia disalahin karena gak nurut sama mama.
Kembali ke awal
Akhirnya sore hari Cha main ketempat Shanti, pas kebetulan Shanti dirumah.
"Assalamu'alaikum Shan....." kata Cha mengetuk pintunya.
"Wa'alaikumussalam" jawab Shanti dari dalam sambil membuka pintunya.
"Lagi ngapain Lo Shan, gw nih lagi bosen dirumah" Cha duduk di kursi teras.
"Gak ada sih, lagi nyantai aja, Lo mau minum apa, kebetulan gw buat pisang goreng, Lo mau gak?" tanya Shanti
"Wuihhh mau dong, masa disodorkan makanan, nolak, kan gak boleh nolak rezeki kata orang hehehe" Cha menjawab sambil cengengesan.
"Wuhhhhhh pinter banget deh ngomongnya, bentar gw ambilkan dulu" Shanti pun bergegas masuk ke dalam buat ngambil minum dan pisang goreng.
"Nih pisang goreng buatan gw" kata shanti yang menyodorkan pisang goreng.
"Nih buat gw semua kan Shan...?" Tanya Cha tanpa dosa.
"Iya habis tuh bayar ya berapa yang udah dihabisin, hihihi" Shanti cekikikan melihat Cha yang terbengong.
"Ya ampuuuuun Shan, perhitungan banget deh Lo, jangan pelit-pelit tar kuburannya sempit" Cha pun tak mau kalah, dia pun cekikikan melihat shanti yang manyun.
"Yeeeeee becanda kali Cha, udah yuk dimakan tar keburu dingin tuh pisang gorengnya" Shanti menyantap pisang goreng nya.
Mereka pun saling bercerita sambil menikmati pisang goreng yang hangat karena baru saja dimasak Shanti.
"Shan, mama Lo mana, gak kelihatan?" tanya Cha yang menikmati makanannya.
"Oh....nyokap lagi ada acara ditempat keluarga, gw males ikut" jawab Shanti.
"Shan..., gw masih kepikiran tentang bang Binyu, kenapa hati gw jadi bimbang gini ya" kata Cha tanpa melihat ke arah Shanti.
"Kenapa Lo mikirnya gitu Cha, kan Lo belom nanya sama Binyu apa yang Lo lihat, ya mending Lo mendengar kan dulu penjelasan dia" Shanti mencoba menghibur Cha, walau sebenarnya Shanti juga kepikiran karena Cha sahabatnya, dia gak mau Cha kecewa dan terluka nantinya.
"Mmmm, bener juga apa kata Lo, besok gw coba hubungi Binyu, karena kalau lama-lama gini, bisa-bisa hati gw gak karuan, gw pengen dengar penjelasan dari nya" kata Cha sambil manggut-manggut.
"Nah itu baru bener, segala sesuatu harus dibicarakan, jangan sampai ada kesalahpahaman antara kalian yang akan berakibat tidak baik pada hubungan kalian Cha" kata Shanti yang bijak menanggapinya.
"Ok lah sahabat gw yang terbaik, thanks udah kasih masukan dan nasehat buat diriku yang lagi galau, hehehe" Cha cengengesan menanggapi kata-kata Shanti.
"Huuuuuuuuu, giliran begini minta pencerahan, tapi giliran happy-happy lupa deh ama gw" canda shanti yang pura-pura manyun.
"Hehehe, duh sahabat gw yang cantik ini, eleh eleh nih gw kasih pisang goreng terlezat hahahaha". Mereka pun tertawa bersama menikmati sore hari yang adem.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
tintakering
anak berhak mendapatkan kasih sayang ayahnya
2022-11-27
0
Insyirah Harito
Duh kasihan banget cha nya.....
2022-06-26
1