"D...Dia..."
"Namanya Marsha," Alvaro menyela cepat. " Kami sudah menikah secara sirih kemarin, dan aku harap kau dapat memakluminya, Viona." sambung Alvaro yang langsung to the point kepada perempuan yang tadi menghubunginya.
"Ke..kenapa Kak Alvaro tak memberitahukan sebelumnya kepadaku?" tanya Viona, yang terlihat murung dan tatapannya yang menunduk.
"Hei!" Alvaro menarik dagu Viona lembut. " Kenapa? Marah? Cemburu?" Alvaro memberondongi pertanyaan singkat kepada Viona.
"Anda tidak usah khawatir, Nona. Hubungan saya dengan Tuan Alvaro hanyalah sebuah ikatan hitam di atas putih. Tak ada yang lebih dari itu, selain terjadi karena perjanjian yang saling menguntungkan di antara kami berdua," ujar Marsha yang memberanikan diri untuk mengungakapkan suara hatinya akan kemuraman wajah Viona.
"Saling menguntungkan? Jadi anda tidak tahu siapa saya yang sebenarnya?" tanya Viona heran.
"Memang saya tidak tahu pasti hubungan yang terjalin di antara Tuan Alvaro dengan Nona. tetapi..." tangan Marsha saling menjalin dan mengeratkanya, kemudian berkata lagi. "Nona, sepertinya menjalin hubungan istimewa dengan Tuan Alvaro,"
Entah apa yang membuat Marsha mengubah sapaannya menjadi begitu sopan penuh rasa hormat kepada Alvaro. Marsha seolah memberi penegasan akan status tinggi dari lelaki yang menatapnya tajam penuh dengan kebencian itu.
"Namanya Viona." ucap Alvaro, memperkenalkan Viona lalu memeluk Nona Muda itu masuk ke dalam pelukan tubuhnya dan menghadiahkan kecupan di puncak kepala Nona Muda yang cantik itu, lalu kembali berucap, " Dan Viona adalah tunanganku."
Ya, Marsha seharusnya sadar akan posisinya saat ini, setelah Alvaro Samudera memperjelas hubungannya dengan perempuan yang ada di dalam di pelukkannya itu. Marsha seharusnya tahu diri akan status formalitas yang tersematkan diantara dirinya dan juga Alvaro.
Namun, di hati Marsha terdapat sebuah luka yang tak berdarah. Begitu sakit, begitu perih hingga tak tertahan rasanya.
Kejadian yang terjadi empat tahun yang lalu saja Marsha tidak sanggup untuk memikulnya seorang diri dan sekarang mustahil rasanya jika Marsha tak sanggup memikul kepedihan yang satu ini dengan keuntungan yang ia raih. Marsha harus kuat. Marsha tegar, semua demi Rania, harta tak ternilai yang ia miliki satu - satunya.
"Anda tidak usah khawatir, saya pun cukup tahu posisi saya hingga tak harus menganggu hubungan dan kemesraan yang terjalin di antara anda berdua." Marsha memasang senyuman manis di wajahnya. Berusaha tegar namun hatinya hancur karena mendapatkan perlakuan yang tak berperasaan seperti ini.
...******...
Alvaro berakhir mengajak Viona pergi dari kamar hotel itu, setelah perempuan cantik itu puas menginterogasi Marsha. Terlebih Viona yang berubah sikap menjadi pemurung dengan matanya yang berkaca - kaca.
Dengan kecemasannya, Alvaro menarik Viona hingga ke parkiran khusus di mana mobil Range Ronger Sport HSE miliknya terparkir. Tuan Muda itu, meninggalkan Marsha seorang diri dan tak berperasaan dan mengusirnya untuk kembali pulang seorang diri.
"Aku, aku takut kalau dia...."
"Sssst!" Jari telunjuk Alvaro menempel di bibir Viona.
"Aku sudah bilang beberapa kali kepadamu, jika dia tidak akan pernah berani untuk buka suara. Dia juga sudah berjanji padamu, kan? Jadi, Viona kesayangannya, Kakak Alvaro tidak usah cemas lagi, oke?"
Alvaro meraup wajah cantik Viona yang mewarisi kecantikan Mamanya. Tuan Muda itu lalu membelai rambut Viona dengan penuh sayang, berusaha meredamkan kekhawatiran pada diri perempuan cantik kesayangan itu.
Perlakuan lembut Alvaro seharusnya laki - laki itu berikan kepada perempuan yang telah di nikahi olehnya secara sirih, Marsha. Walaupun keduanya hanya terikat oleh keadaan yang terpaksa, rasanya Alvaro tak pantas memperlakuka perempuan lain dengan begitu hangatnya. Sementara memperlakukan Marsha dengan cara yang sebaliknya.
Bukankah sudah tertulis dan menjadi kewajiban sebagai seorang suami memperlakukan istri dengan penuh kehangatan yang ia miliki? Bukankah hawa tercipta dari tulang rusuknya Adam?
Ya, Karena Alvaro memang tak pernah peduli dengan pengikat status yang hanyalah formalitas untuk laki - laki itu lakukan. Alvaro malah memakan simalakama akan keputusan yang telah ia tetapkan.
Alvaro masih muda. Masih ingin mengenal lika - liku merengkuh cinta dari seorang insan yang bernama perempuan. Masa muda Alvaro banyak di gunakan membentuk jadi diri yang sempurna untuk menjadi pewaris yang seperti orang tuanya inginkan. Pengorbanan yang rasanya sia - sia kini Alvaro rasakan saat di hadapkan pada masalah yang membuatnya tak ingin di kejar suatu hari nanti.
Jangan jadi pengecut! Jadilah gentlemen yang terhormat!
Kalimat dari seorang Yohanes Elvano Alvarendra yang tak pernah hilang dari ingatan Alvaro Samudera. Nasihat yang penuh dengan nada ultimatum untuk Alvaro tak membuat kesalahan sedikit pun hingga Alvaro selalu di tuntut untuk sempurna dalam segala aspek. Hal itu berlaku juga untuk adik adik laki - lakinya juga.
"Apakah Kak Alvaro juga melakukan hal yang sama seperti ini kepadanya?" tanya Viona yang membuat gerakan tangan Alvaro berhenti.
"Only you, Sweetheart. Don' t be jealous, oke?" Alvaro merayu Viona dengan kata - kata manis yang keluar dari mulutnya.
"I hope," lirih Viona yang hampir tak terdengar.
"Aku akan mengantarmu pulang?" Alvaro memeluk Viona dan mengecup puncak kepalanya.
"Lalu bagaimana dengan dia? Harusnya Kak Alvaro saat ini sedang bersamanya. Bukankah kalian sudah resmi menjadi pasangan Suami - Istri? Rasanya aku seperti seorang pelakor dalam hubungan kalian," Viona dengan ceriwisnya berucap dan berakhir dengan kalimat yang menyudutkan posisi dirinya.
"Ssshhhh!" Alvaro berdesis geram, menarik Viona dalam pelukannya.
"Bibirmu ini mau aku cubit? Hah?" bentak Alvaro karena kesal dengan ucapan Viona.
"Coba saja kalau berani!" Viona menantang Alvaro dengan menggerak - gerakkan bibirnya.
Viona yang tadinya murung berakhir dengan mengulas senyuman bahagia akan sikap Alvaro yang membawa mentari di hatinya yang sempat mendung itu. Memberikan penghibur hati dan kehangatan dari sosok Bos besar yang berstatuskan tunangannya itu.
...*****...
Marsha berakhir miris seorang diri di halte bus yang tak jauh dari hotel tempat perempuan itu di tinggalkan oleh Alvaro Samudera dengan sepihak. Marsha di usir dari kamar hotel itu tanpa ada di sediakan sopir yang akan mengantarnya pulang. Kemalangan Marsha semakin bertambah ketika perempuan itu lupa menyelipkan dompet miliknya ke dalam tas yang ia bawa.
Kini Marsha berakhir nelangsa seorang diri, terduduk diam dengan tatapan mengarah pada lalu lalang bus dan kendaraan lain yang mengisi jalanan protokol yang ada di hadapannya itu.
Tindakan Marsha seperti seseorang yang memiliki pekerjaan lain yang lebih penting, seolah tengah menghitung kendaraan yang lewat di hadapannya.
Namun, di dalam otakny Marsha tengah berfikir keras untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan yang tengah di hadapi olehnya saat ini.
"Dia pasti akan memarahiku lagi, jika nanti dia tiba lebih awal di rumah di bandingkan aku," gumam Marsha terduduk seorang diri.
"Argh! Biarkan saja. Kemarahannya memang sudah menjadi paket komplit yang harus aku terima dari nikah kontrak yang telah aku sepakati. Lebih baik sekarang aku pikirkan caranya agar bisa pulang ke timbang memikirkan mendapatkan kemarahan dari Bos angkuh yang pelit itu." lanjut Marsha berguma kesal.
"Maaf. Permisi, apa anda sehat?" tanya seorang laki - laki yang tiba - tiba mengusik perhatian Marsha.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
shadowone
jadi viona ya yv membuat orang tuanya marsha kecelakaan? kan pas malam itu viona d kantor polisi dan katakutan
2023-02-08
1
Allfan Nur Muhammad Ramadhan
ayo mana nih udah g sabar , ditunggu update nya
2022-05-23
1
Jasmine
siapakah pria yg menyapa marsha??
semoga pria baik dan akan membantu kesulitan marsha dan mendukung marsha..sehingga alvaro cemburu pd pria yg mendekati dan melindungi marsha
2022-05-23
0