Alvaro terkekeh. Mengejek sikap Marsha yang bernostalgia atas kejadian di masa lalu. Lelaki tampan itu berkacak pinggang lalu menatap Marsha dengan menggigit sejenak bibir bawahnya.
"Semua ****** pasti akan senang jika di ajak bernostalgia.Tapi, kau...."
"Saya bukan ******! Sudah saya katakan itu kecelakaan dan malam ini juga kecelakaan." lagi - lagi Marsha menyela cepat ucapan dari Alvaro di karenakan dirinya tak terima akan penilaian Alvaro terhadap dirinya.
"Bukan ******? Atas apa kau menyucikan imagemu yang sudah kotor di pikiranku?" langkah Alvaro terhenti, berdiri sejajar di hadapan Marsha. " Kejadian empat tahun yang lalu sudah membuktikan image mu yang sesungguhnya di mataku. Jangan mengelak! Aku tidak suka dengan perempuan penipu." sambung Alvaro mengutarakan pemikirannya.
"Jika anda sudah tahu kotornya saya. Kenapa anda masih ingin bernostalgia dengan sampah seperti saya? Rasanya dengan penampilan dan kuasa yang anda miliki, anda bisa dengan mudahnya mendapatkan perempuan yang jauh lebih cantik dari saya. Jauh lebih suci dari saya yang begitu hina di mata anda," Marsha menggeram kesal.
Tangan Alvaro merayap ke pinggul Marsha dan berhenti di punggung belakangnya.Menghentak tubuh Marsha hingga menabrak tubuhnya. Hawa panas yang keluar dari mulut menerpa wajah cantik Marsha. Menggoda perempuan itu lewat permukaan bibirnya yang menjelajah bebas di bibir Marsha.
"Aku perlu memberikan pertanggung jawabanku
akan kejadian empat tahun yang lalu. Jika kau bilang itu kecelakaan. Maka aku pun setuju. Itu adalah kecelakaan." ujar Alvrao. Kini bibir Alvaro bergesek panas di sisi telinga Marsha, dan berkata lagi, " Aku tidak mau jika nantinya kau menuntut kepadaku di kemudian hari. Aku hanya ingin semuanya terselesaikan dengan hasil yang impas. Aku membantumu dan kau juga membantuku." Bibir Alvaro menempel sejenak di sisi telinga Marsha yang mulai memerah.
Sialan! Alvaro Samudera sungguh sialan! Lelaki itu sungguh lihai memantik api hasrat yang meredup pada diri Marsha hingga menyala.Hanya dari sentuhan itu saja Marsha sudah terbuai dan memori ingatannya kembali berjalan mundur akan pelukan hangat dan kenyamanan yang Alvaro Samudera berikan empat tahun yang lalu. Sentuhan Alvaro Samudera yang terekam secara tak sadar saat kedua mata Marsha masih mampu bertahan.
Alvaro terkekeh mendapati Marsha yang memejamkan kedua kelopak matanya. Perempuan itu tengah meresapi sentuhan bibir Alvaro yang hangat, yang mampu mengirimkan gelenyar berbeda di relung jiwanya. Gelenyar berbeda yang tak pernah Marsha dapatkan dari lelaki lain termasuk dengan mantan kekasihnya, Nakula.
"Kau sangat menikmati sentuhanku? Perempuan yang sangat sensitif," cibir Alvaro hingga Marsha membuka kedua matanya.
"S... saya..."
"Ssst!" telunjuk Alvaro menempel di bibir Marsha. " Kau sungguh jauh berbeda dengan empat tahun yang lalu. Dulu kau sangat berani, tapi saat ini kau begitu malu - malu kepadaku," jemari Alvaro bermain di permukaan kulit bahu Marsha yang mulus, dan mulai menurunkan tali tipis yang menggantung di lengannya yang ramping."
"Semuanya masih sama." bibir Alvaro mengabsen di kulit bahu Marsha. " Harumnya juga masih sama seperti dulu," ucap Alvaro yang kini sudah berlanjut ke lekukan leher Marsha.
"Bibir ini..." ucap Alvaro kembali sambil jemarinya naik ke bibir Marsha, bergesek di bibir kenyalnya. " Apakah rasanya masih sama?" tanya Alvaro dengan menggoda.
Marsha tidak menjawab perempuan itu diam ketika bibirnya di jelajahi bebas oleh jemari Alvaro. Keputusan Marsha malam ini sudah bulat. Ego dan harga diri Marsha singkirkan demi masa depan Rania.
"Tapi nanti saja aku menyicipinya. Sekarang segera ganti pakaianmu dan temui aku di luar.Ada hal lain yang ingin ku sampaikan!" Ucap Alvaro segera membalikkan tubuhnya setelah melemparkan senyuman manis kepada Marsha yang terlihat kesal.
"Ke... kenapa?" tanya Marsah kecewa. Karena sekelebat sensi yang sudah naik akan sentuhan dari Alvaro Samudera kini tertahan saat Alvaro menarik diri dan melepaskan dirinya.
Alvaro menghentikkan langkahnya dan kembali membalikkan tubuh gagahnya seraya melemparkan tatapannya pada Marsha.
"Nanti saja kita lanjutkan, setelah kau setuju untuk aku miliki seutuhnya," ucap Alvaro sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Cepat, kau kenakan pakaian yang tertutup. Jika kau tidak ingin Sekretarisku juga ikut menikmati kemulusan aset tubuhmu itu," sambung Alvaro mengingatkan.
...*********...
"A...apa ini? Perjanjian menikah sirih?" Marsha begitu terkejut setelah membaca isi dari Map yang berisikan perjanjian penawaran dari Alvaro Samudera itu.
"Ya. Aku akan memenuhi semua keinginanmu. Membersihkan nama baikmu, dan mengembalikkan rutinitas mu di bank milikku. Tapi dengan satu syarat kau harus setuju untuk menikah sirih denganku. Aku telah menelusuri kehidupanmu dan keluargamu. Karena kedua orang tuamu sudah tiada. Kita bisa memakai wali hakim pada pernikahan sirih kita sedangkan Pamanmu juga sudah menghilang bagaikan di telan bumi dan tidak di ketahui dimana rimbanya saat ini. Adikmu yang berada di Inggris juga, sedang membutuhkan biaya, bukan? Jadi Marsha, kau tak ada alasan untuk menolak penawaran manis dariku," Alvaro dengan penuh percaya dirinya langsung menyampaikan maksud dan tujuannya malam itu.
"Selama kau bersedia menjadi Istri Sirihku aku berjanji akan memberikan tanggung jawabku kepadamu seperti memberi nafkah. Kau juga harus segera meninggalkan rumah reyot yang kau tinggali selama empat tahun ini dan segera pindah ke rumah pribadi milikku.Biaya pendidikan adikmu juga akan aku akan tanggung hingga pendidikannya selesai. Dan di saat itu juga pernikahan sirih kita juga akan berakhir. Apa kau mengerti? Ada hal lagi yang ingin kau tanyakan?" Alvaro mengucap kembali isi perjanjian dari nikah sirih yang telah di baca oleh Marsha tadi.
Marsha masih terdiam. Tak bisa berkata - kata. Niatnya menyetujui penawaran dari Alvaro tak akan sejauh ini. Setelah menyerahkan tubuhnya kepada Alvaro, Marsha sudah bertekad untuk tidak lagi terikat apa pun dengan lelaki yang sudah menorehkan luka di hatinya itu.
Namun, kenyatannya sungguh berbanding jauh dari yang ada di pikirannya. Marsha dengan bodoh dan polosnya menganggap Alvaro Samudera, tak akan mengajukan syarat apapun kepada dirinya. Satu pikiran yang lolos dari kejelian Marsha ketika menimbang keputusan yang berakhir menerima penawaran dari Bos besarnya itu.
"Jika kau sudah setuju. Lebih baik segera tanda tangani kontrak perjanjian itu dan kita akan langsung menikah sirih besok. Jika kau menolak, kau sudah tahu arah pintu keluar dari Presidential Room ini kan, Marsha Anindya Putri?" Alvaro mendesak Marsha untuk segera memberikan jawabannya hingga menyebut nama lengkap perempuan yang tengah berpikir itu.
"Kenapa Pak Alvaro? Kenapa harus sejauh ini?" tanya Marsha yang masih bingung.
"Karena balasan yang akan kau dapatkan setimpal dengan yang aku lakukan," sahut Alvaro cepat dengan sedikit menggeram.
"Tapi tak ada janin yang berkembang saat kejadian empat tahun yang lalu. Jadi, anda tak perlu repot - repot sampai harus bertanggung jawab dengan melakukan pernikahan sirih seperti ini," Marsha menyatakan keberatannya dengan memberitahukannya fakta yang ia hadapi setelah kejadian malam naas itu.
Alvaro mengulas senyuman mengejek.
"Aku tak suka melakukan negosiasi panjang seperti ini.Dalam hal bisnis saja aku malas, apalagi dalam hal pribadi seperti ini. Jika kau tidak mau, kau harus menandatangi surat pernyataan yang mengatakan kau tidak akan pernah menuntutku di kemudian hari akan kejadian yang sudah terjadi empat tahun yang lalu. Aku juga tak dapat memenuhi keinginanmu," ucap Alvaro yang kini sudah hilang kesabarannya menghadapi Marsha yang penuh dengan pertimbangan.
"Aku mau!" Marsha menyahut cepat.
"Baiklah, aku mau melakukan penawaran yang pertama dan memenuhi semua syarat yang anda ajukan, sampai batas waktu yang sudah tertera. Tetapi aku juga mau namaku bisa di bersihkan sebersih - bersihnya atas tunduhan kasus penggelapan itu." ucap Marsha lagi, yang pada akhirnya menyetujui penawaran dari Alvaro Samudera dengan kembali mengingatkan Alvaro akan keinginan dari dirinya.
Alvaro menyeringai puas. "Pilihan yang tepat," jawab Alvaro dengan memuji.
"Pihakku akan segera menyelesaikkan masalahmu di kantor sesuai dengan keinginanmu itu. Dan kau tidak akan masuk bekerja selama tiga hari dengan alasan cuti. Selama tiga hari kita akan menjalankan persayaratan dari diriku. Menikah Sirih, pindah rumah, menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri. Kau akan menepati aset rumah pribadi milikku yang akan sekretarisku beritahukan keberadaanya kepadamu. Tetapi kau tidak usah khawatir. Aku akan datang menemuimu setiap weekend saja. Selebihnya kau bebas melakukan apapun" Alvaro kemudian berusaha menekan poin - poin itama dari isi perjanjian yang lelaki itu ajukan.
"Selebihnya harap kau ingat poin - poin larangan yang tak boleh kau langgar," Alvaro beranjak dari duduknya.
"Malam ini sampai di sini dulu. Kita akan lanjutkan lagi, ketika kita sudah menjadi sepasang suami istri," sambung Alvaro Samudera kemudian meninggalkan Marsha yang sedang merenungi nasibnya.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa umtuk like, komen, vote dan hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
sebenernya kalo dipikir2 untung sih si marsya .......
coba kalo dlu ga ditolong alvaro ...
malah bandot paruh baya itu .....
untung ja alvaro mau nikahin walaupun sirih .. truz mo biayaain adiknya jg .... tinggal jaga hati ma jalanin aja deh marsya ...
2022-10-04
0
Allfan Nur Muhammad Ramadhan
kok lama sih up nya , jgn lama lama nnt ketinggalan kereta author 😁😁🤭
2022-05-17
0
Jasmine
ternyata alvaro sdh kena virus bucin shg rela melakukan pernikahan sirih
2022-05-16
0