"Aku mohon tolong aku. Aku akan membayar berapa pun kebaikan mu. Aku mohon!" Marsha begitu frustasi memohon kepada pria muda di hadapannya itu hingga berakhir menawarkan segelintir uang. " Pria tua di belakangku sedang mengejarku. Aku di jebak oleh temanku dan pria itu ingin merampas mahkotaku. Aku mohon!" Marsha masih memohon seraya menjelaskan situasinya saat ini.
"Kau pikir hargaku murah? Bahkan harga perempuan murahan sepertimu tak bisa di samakan oleh lelaki seperti diriku." pria itu menolak mentah - mentah permohonan Marsha.
"Aku mohon. Apapun itu nantinya yang kau minta akan aku kabulkan. Tapi tolong bawa aku masuk ke dalam kamarmu dulu saat ini." Marsha tak kenal lelah memohon pertolongan dari lelaki yang ada di hadapannya itu.
Lelaki itu melirik tingkah gelisah Marsha yang aneh di matanya. Marsha bergeliat gelisah seolah - olah seperti ingin di sentuh. Pria itu lalu menyeringai dan berucap melembut.
"Benar apa katamu, masuklah dulu ke kamarku. Sesampainya di dalam aku akan menagih janji yang kau ucapkan. Entah itu sadar atau tidak aku harap kau tak akan menyesali sesampainya di dalam." Pria itu menyambut permohonan Marsha dengan maksud lain yang tak di mengerti oleh Marsha.
Lelaki itu menarik Marsha dan menyelamatkannya dari lelaki paruh baya yang begitu kesal melihat Marsha yang di selamatkan oleh lelaki lain.
Tubuh Marsha di dorong ke dinding kamar dan di kunci oleh kedua tangan pria itu. Tubuh mereka sangat dekat hingga membuat Marsha merasakan kehangatan yang menyamankan sekujur tubuhnya.Namun, rasanya belum cukup, Marsha ingin di sentuh lebih dari hanya sekedar himpitan tubuh yang saling menempel.
"Tubuhku tak nyaman. Tolong bantu aku," rancauan tak sadar Marsha yang sudah berkabut nafsu.
Lelaki itu membopong tubuh Marsha dalam gendongan kedua tangannya. Marsha langsung senang dan tangannya mengalung di leher lelaki itu. Seketika Marsha menjadi liar dan hilang kendali. Bibir Marsha bergesek - gesek di dada pria itu. Menghirup aroma parfum lelaki itu yang menenangkan. Sangat Marsha sukai hingga susah beralih.
Tubuh Marsha terhempas di atas ranjang tidur. Lelaki itu langsung mengambil posisi di atas Marsha. Mengunci tubuh langsing Marsha yang sudah tak sabaran ingin di sentuh olehnya.
"Hei wanita! Kau jangan menyesal setelah ini." lelaki itu menyeringai menatap Marsha yang masih mengerjapkan mata.
Namun kesenangan yang baru saja ingin mereka rengkuh terusik oleh deringan telefon milik lelaki itu. Deringan panggilan telefon masuk yang sudah berkali - kali berdering saat pemiliknya mendiamkannya beberapa saat.
Lelaki itu bangkit dari tubuh Marsha yang kecewa. Tangan lelaki itu lalu meraih handponenya yang sebelumnya ia letakkan di atas nakas lalu menerima panggilan telefon itu.
"Ada apa?" ucap pria itu datar saat menerima panggilan masuk.
"Kak Alvaro dimana?" bukannya menjawab, seseorang menyebut nama Alvaro dari sambungan telefon itu malah bertanya balik.
"Aku sedang menginap di luar. Ada masalah apa kau, Keira?"
Ya, lelaki yang menolong Marsha adalah Alvaro Samudera. Lelaki yang baru saja menghabiskan reuni bersama sahabatnya dan tak ingin pulang ke rumah apartemennya sehabis menenangkan diri dengan beberapa gelas brendi. Lelaki yang sociable pada orang - orang terdekatnya namun angkuh pada setiap orang asing itu, malam ini seperti mendapatkan jackpot besar mendapati Marsha yang tak berdaya.
"Tolong Viona, Kak. Dia sedang ada di kantor Polisi. Aku tak bisa keluar karena giliran aku berjaga di ruang IGD." Keira begitu panik menjelaskan Viona yang sedang berada di dalam situasi yang serius.
Alvaro melirik ke arah Marsha yang menunggunya pasrah di atas ranjang tidur. Sejenak menghela nafas, Alvaro menjawab ucapan adiknya, Keira yang masih terhubung melalui sambungan telefon.
"Aku akan selesaikan masalah di sini dulu. Telepon saja Rafael. Bilang aku sedang ada kepentingan yang tidak bisa di tunda dan suruh dia untuk menyelesaikan masalah Viona. Setelah itu aku akan ke kantor polisi menemui Viona," Alvaro menyeringai penuh arti ke arah Marsha lalu menutup sambungan telefon dari adiknya, Keira.
...****...
Alvaro menaikkan selimut yang menutupi sebagian tubuh Marsha yang polos hingga ke leher jenjang perempuan itu. menyisahkan kepala dengan rambutnya yang terurai lembab di bawah kehangatan bad cover berwarna standartnya sebuah kamar hotel, putih, Marsha begitu pulasnya tertidur bagaikan bayi tanpa dosa. Wajahnya begitu polos jauh berbeda saat tadi dia mengemis minta di sentuh oleh Alvaro.
Tubuh Marsha yang tadi berpeluh keringat kini telah kembali berganti normal seperti biasa atas kelihaian Alvaro yang melakukan cooling down pada tubuh Marsha yang tadi memanas. Cara Alvaro yang menolong Marsha yang bergeliat tak tenang sungguh sangat ampuh sehingga Marsha berakhir lelah dan tertidur pulas di atas ranjang tidur yang berantakan itu.
"Bagaimana? Apa sudah kau tangani?" Alvaro bertanya pada seseorang melalui sambungan telepon yang terhubung.
Lelaki tampan itu tengah duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang yang di tiduri oleh Marsha. Duduk dengan kaki yang menyilang lalu tangannya menempelkan handphone miliknya di sisi telinga kirinya. Walaupun sedang berbicara kepada seseorang yang Alvaro hubungi, mata awas Alvaro tetap mengarah pada Marsha yang meringkuk nyaman dengan bed cover yang menutupi tubuhnya.
"Walinya mau berdamai?" tanya Alvaro dengan nada yang ingin memastikan. " Baguslah." sambungnya lega.
"Oh. Iya. Aku mau besok pagi - pagi antarkan satu set setelan pakaian berukuran S di kamar hotel yang aku pesan malam ini. Jangan lupa beserta ********** juga. Badannya ramping, dan ukuran dadanya tidak terlalu besar. Tapi ya, cukup berisi. Aku rasa size 34b yang ia kenakan. Jangan beli merk sampah! Aku mau kamu membelinya dengan merk ternama. Dan juga pilih warna yang tidak terlalu mencolok. Apa kau sudah mengerti, Rafael?" kalimat penuh perintah dari Alvaro kepada sekretaris pribadinya dengan di akhiri menekannya.
Alvaro memutuskan sambungan telpon itu setelah mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Rafael. Lelaki yang kini sudah menginjak usia 24 tahun itu beranjak dari sofa empuk yang ia duduki. Kedua tangannya Alvaro masukkan ke dalam saku celana yang ia kenakan lalu berjalan mendekati ranjang tidur.
Langkah Alvaro berhenti pada tepian ranjang tidur. Lalu duduk pada tepian ranjang tidur dengan mengeluarkan tangannya dari saku celananya.
Alvaro begitu betah menatap kepolosan wajah dari Marsha yang begitu damai dalam tidurnya. Tangannya lalu bergerak dan menepi pada wajah cantik Marsha. Mengusap - ngusap lembut wajah perempuan yang tadi sempat tak mengendalikan dirinya.
Pertama kalinya Alvaro merasakan ketenangan di hatinya ketika berhadapan dengan perempuan asing yang menarik hatinya. Perempuan yang tertidur itu seperti memiliki magnet kuat yang menarik Alvaro susah terlepas dari dirinya.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Jasmine
pertemuan pertama...selanjutnya on going
2022-05-01
0