Siapapun, tidak wanita atau pria. Akan segan jika harus hidup dan menumpang dirumah mertua. Itupun berlaku untukku, siapa sangka meskipun mertua selalu bilang.
"Sudah, kamu itu ku anggap anak sendiri. Apapun yang kamu mau lakukan dan kerjakan seperti dirumah kamu sendiri."
Benarkah!! Kurasa tidak, bahkan aku tak sanggup untuk sekedar menelan air liurku sendiri. Bagi wanita yang tinggal dengan mertua, adalah tamu. Yang tidak akan mungkin bertindak bebas. Atau mungkin ini hanya awal saja.
Bangun pagi aku ikuti aturan, menyiapkan sarapan walaupun aku tidak ikut masak mengumpulkan pakaian kotor lantas mencucinya. Pun itu ada aturan, bahkan sampai menjemur baju juga ada aturannya. Diatur sedemikian rupa, berdasarkan jenis dan model pakaian itu. Pengunaan pewangi baik banyak ataupun sedikit cukup satu saja.
Beberapa waktu lalu hampir tiap hari aku mencuci pakaian, karena ku pikir itu akan meringankan jika harus mencuci tiga hari sekali pasti akan menumpuk. Pun demikian ada aturan. Aku sempat protes pada Lana, yang kini menjadi suamiku.
"Sabar ya sayang, sambil aku cari kerja. Kita akan tinggal sendiri. Kemudian kita akan bebas, ok."ucap Lana sambil mencium keningku.
"Saatnya kalian cari pekerjaan, bukan hanya menunggu makan dari orang tua. Ok, mungkin hanya sekedar makan ortu kamu masih sanggup. Tapi apa kalian tidak mikir, untuk jajan, make up. Ayo lah, kejar dunia. Pikirkan masa depan, sebentar lagi kalian akan jadi orang tua."ceramah ibu mertuaku pagi itu, kami hanya diam sambil melirik satu sama lain.
Aku tak habis pikir dengan mertuaku, disaat aku hamil apakah harus mencari kerja juga. Siapa yang mau menerima wanita hamil. Pikirku resah
"Jane, mertua kamu datang ke kantorku. Dan memintaku untuk mencari kerjaan buat Lana."tiba - tiba Kak Fanya mengirimi ku pesan
"Lantas, kakak jawab apa?"
"Yaaa, kalau mau. Didaerah S ada lowongan kosong, tapi apa kamu sanggup untuk berpisah. Tidak langsung pindah sih. Karena Lana harus di training dulu selama tiga bulan.."
"Ya kak, nggak apa - apa. Mungkin nanti aku juga bisa menyusul.."
"Ok baiklah. Besok serahin aja berkasnya ke aku."
"Baik kak, terima kasih.."
Dan Lana pun bekeja diperusahan tempat Kak Fanya, secara tidak langsung Kak Fanya adalah atasannya. Sedangkan aku sendiri mencoba masuk diperusahan distributor alat kesehatan. Disana dijanjikan rumah dan gaji yang tinggi. Perutku belum cukup terlihat, bahkan aku masih bisa pakai jins pada saat itu.
Ternyata hanya iklan saja menjanjikan fasilitas mewah dan gaji tinggi. Kenyataannya adalah, tepat enam puluh karyawan baik wanita dan pria disebar diberbagai daerah di kotaku untuk dijadikan sales alat kesehatan itu. Bahkan aku yang tadinya mendaftar sebagai staff admin pun harus terjun ke lapangan.
Mau tidak mau, aku pun menyanggupi meskipun lelah dengan berbadan dua harus berjalan menjajakan alat kesehatan. Dari partner yang ku ikuti, cara promosinya sangat aneh dan terkesan curang.
"Bapak alat ini bisa megurangi kolesterol. Coba bapak pake dulu dan rasakan sensasinya."ujar parnerku sambil menunjukkan bantalan pinggang yang bisa bergetar.
"Owh ini, sepertinya ini sama yang dipake dengan Gunawan itu. Tetangga sebelah saya."
"Benar Pak, beliau memesan diperusahan kami...." dari situ aku sudah menangkap adanya bau - bau kecurangan. Bagaimana bisa, perusahaan dan merek dagang alatnya pun berbeda. Aku hanya bisa tersenyum angguk - angguk mengiyakan calon konsumen kami. Benar saja, beliau pun terpengaruh dan mau membeli alat kesehatan itu dengar harga yang lumayan mahal.
Sejak itu aku tak pernah lagi mau datang ke perusahaan itu, selain banyak kecurangan didalamnya. Karyawannya pun menjual dengan harga seenaknya.
"Luar biasa, capek banget tau." ujarku manja, Lana dengan tangan kanan memainkan handphonenya sedang tangga kirinya memijat pelan kakiku yang mulai bengkak. Aku pun tak lupa mengabadikan moment itu. Aku merasa seperti wanita paling beruntung sudah mendapatkan Lana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments