Banyak Hutang

Hujan rintik kala pagi membasahi dedaunan, samar - samar ku buka mataku tat kala ibuku berteriak membangunkanku.

"Janeeeeee, banguuuun" teriak ibuku dengan amplitudo suaranya yang nyaring bak toak mushola. Braaak braak braaak, suara lantai rumahku mengebrak jika seseorang berjalan sambil menghentak - hentak. Bangunan rumahku terbuat dari kayu, dan papan sebagai lantainya, jadi akan terasa bergoyang dan berbunyi nyaring jika jalan dengan keras. Seperti rumah panggung, rumah tempat tinggalku, sebab jika tak dibuat panggung akan bahaya saat banjir melanda.

Aku bergegas bangun dan langsung ngacir ke kamar mandi.

"Angsuran motor, ingat" tetiba Raya, kakak perempuanku mengingatkan sambil sarapan didapur.

"Hah, oooh yaaa" jawabku bloon.

Sesaat keluar dari kamar mandi, aku mendengar ibu dan ayahku berkeluh - kesah akan hutang - hutangnya.

"Koyo opo pak, bayar koperasi hari ini? Iki dodolan belum payu" ujar ibuku tampak sedih

"Yaa, koyo opo. Nek nggak dodolan sek yo ra payu" jawab ayahku pelan, sambil mengingkat daun kangkung

"Mengko, nek koperasi merene. Kandani, jam siji utowo jam telu dibayar" pinta ibuku, ayah mangut - mangut pelan.

Aku masuk kamar dengan tatapan kosong dengan baju kotor ditanganku. Perlahan ku buka tas mengambil dompet dan membuka, tapi..

"Pas tiga puluh ribu, cuma buat bensin sama makan siang" ucapku pelan, ku urungkan niatku untuk membayar koperasi ibuku.

"Nah mak, uang angsuranku. Pake aja dulu buat bayar koperasi" terdengar dari kamarku Raya menyeru seraya menjulurkan uang ratusan ribu ke ibuku.

"Ya Allah, Naaaak. Semoga rezekimu ngalir terus ya." ujar ibu terharu.

Begitulah Raya, ia tak bisa melihat kesengsaraan orang tuaku. Bukan aku juga tidak mau membantu atau mengorbankan uang angsuranku, tapi karena aku tidak punya pemasukan lain selain menanti gaji bulananku. Sedangkan Raya, ia selalu mau mengambil resiko menggunakan angsuran miliknya untuk menutupi kebutuhan ataupun hutang ibuku, dan dikemudian hari Raya akan kebingungan dan gelabakan dengan tunggakan angsurannya. Lantas ia akan hutang ke sana - sini untuk menutupi itu, dan aku tak mau itu terjadi padaku. Terlalu besar resikonya, aku pun tak ingin banyak hutang dimana - mana.

Ayahku sudah tidak bekerja, hanya menjadi imam mushola ditempat tinggalku, sedang untuk mencukupi kebutuhan dan sekolah adik lelakiku, ibuku membantu berjualan sayur keliling kompleks. Kami bukan dari keluarga berada, tapi berusaha mengadakan dan mencukupi kebutuhan sehari - hari dengan ekstra. Gaji Raya dan aku setara UMK, tapi habis buat bayar hutang - hutang ibuku. Terlebih lagi aku juga mengambil pinjaman di bank untuk menutupi hutang ibuku sebelumnya. Arrrggggghhhh, rasanya aku ingin teriak sekencang - kencangnya jika menghitung tunggakan hutang - hutang ibuku yang harus dibayar tiap bulannya.

Ibuku tak pernah jera atau takut untuk mengambil dana koperasi, dana itu lintah darat. Memang mudah mendapatkannya, tapi tiap hari hari harus bayar dengan bunga yang tidak sedikit. Demi bisa mencukupi kebutuhan hari - hari ibuku selalu memutar otak untuk terus menghasilkan uang. Padahal hasil jualan juga hanya cukup untuk bayar koperasi, makan hari ini dan sangu sekolah adik.

Untuk kebutuhan besok lagi - lagi ibu harus jualan keliling dengan kondisi fisik yang sudah tidak muda lagi. Sedih sebenarnya, membiarkan itu terjadi. Tapi apa mau dikata, penghasilan anak - anaknya juga tak mencukupi. Aku berharap ada keajaiban atas semua ini, dan bisa merubah nasib kami yang tidak selalu khawatir akan tagihan rentenir dan angsuran lain.

Lana sudah nangkring halaman rumahku, dengan skuter matiknya,

"Yak ampuuun tampannya dia" selorohku dalam hati, sejenak melupakan masalah hutang - hutang dikeluargaku.

"Assalamualaikum," sapa Lana pelan, sambil mencium tangan kedua orangtuaku. Lana sangat sopan, terhadap orang tuaku. Sebelumnya aku sudah bercerita pada orang tuaku bahwa aku dekat dengan seseorang yang umurnya satu tahun dibawahku.

Dan orang tuaku bukan tipe ortu yang memaksakan kehendaknya atas hubungan anak - anaknya. Asal itu bisa menjaga diri dan selalu pamit, ortu akan setuju. Hanya saja, yang membuat ibuku khawatir adalah, Lana belum kerja dan masih kuliah.

Terpopuler

Comments

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

gpp masih kuliah yg penting ortu tajir dan bisa biayain hidup 😂😂😂😂😂😂

2022-06-21

0

Bonteng Cihuy

Bonteng Cihuy

Mending saling feedback boomlike + rate yukk.

mampir di karya aku pasti aku feedback balik karya mu

ayo kita saling mendukung satu sama lain

2020-04-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!