Dilema

Pagi - pagi aku mengirimkan pesan pada Pak Hans, izin beberapa jam untuk periksa ke dokter. Karena saat aku menyadari akan perubahan tubuhku, saat pulang kerja aku mampir ke apotik untuk membeli test pack. Benar saja, ya Tuhaaaan. Aku hamil, berdosanya aku, sangat - sangat berdosa. Hasil test pack itupun aku kirimkan pada Lana.

"Iya sayang, aku akan tanggung jawab. Kita akan menikah, tapi yang harus kita tunggu adalah kondisi keluarga ku. Lusa adalah pernikahan sepupuku. Jadi sampai acara itu selesai kita bicara baik - baik dengan ortuku ya". Lana meminta pengertianku.

Saat di rumah sakit aku benar - benar tak menyangka, bahwa akan bertemu Raya. Ia memegang buku berwarna pink bersama suaminya.

"Hai, Jane. Mau periksa apa!?" tanya suami Raya heran sambil menghampiri ku yang menunggu antrian.

"Aahh, emm, itu.. Mau periksa gigi".ucapku gugup.

"Makanya jangan punya gigi biar nggak sakit. Hahaha" Raya berseloroh konyol

"Periksa kandungan ya!?"tanyaku

"Iya neh, mau dengerin jantungnya. Duuuh, nggak sabar aku. Hihi." jawab Raya sambil mengelus perutnya. Aku hanya tersenyum getir, ia didampingi suaminya untuk periksa. Mataku pun mengeliling melihat sekitar, beberapa wanita membawa pasangnya. Sedangkan aku, aku hanya seorang diri yang tak tahu bertemu Raya ini akan seperti apa. Jantungku berdegup kencang dan tak karuan, karena aku takut ketahuan.

"Jane, aku masuk duluan ya. Salam buat ibu dan bapak dirumah. Mungkin lusa kami akan kesana. Sambil membahas acara syukuran." Raya membuyarkan lamunanku.

"Ahh, iya. Nanti aku sampaikan."

Raya pun meninggalkanku, beberapa saat tiba giliranku. Dan aku sudah tak mendapati Raya dibagian kandungan. Yaaah, semoga saja kami tak bertemu disana.

"Kapan terakhir anda haid, Bu?" tanya dokternya padaku,

"Lupa, dok. Biasanya sih awal bulan!" Akupun tak ingat kapan, karena siklus haidku tak pernah teratur tiap bulannya.

"Kalau berhubungan terakhir kapan?" tanya dokter lagi hingga membuatku tercengang.

"Pertengahan bulan lalu dok?" jawabku sambil tersipu.

"Owh yaaah, kalo dihitung usia kandungan kamu sudah memasuki minggu ke 6. Dan ini saya buatkan resep ya..."penjelasan dokter kandungan tak ku dengar dengan jelas, aku lemas seketika. Aku hamil, dan aku belum menikah. Bagaimana dengan orangtuaku, bagaimana dengan masa depanku, bagaimana dengan pekerjaanku.

Setelah aku meninggalkan rumah sakit, aku pun menuju kantorku. Tak bisa aku menutupi kegelisahanku.

"Kamu sakit, Jane?" tanya Roger, lama aku membalas pertanyaanya dan menatapnya dengan tatapan kosong.

"Ehhh, ditanyain juga!?" Roger heran sambil mengusap kepalaku

"Iyaaaa, tapi booooong. Ahahaha". jawabku pura - pura menutupi. Tiba - tiba Roger menjitak kepalaku, kesal.

Lantas aku kembali terdiam, termenung, gundah gulana dan dilema. Aku tak bisa berfikir apa yang harus aku lakukan. Perlahan aku beranjak dari kursiku menuju ruangan Pak Hans.

Tok tok tok

"Masuk.."terdengar suara Pak Hans dari luar, aku pun menghampirinya dan duduk didepan mejanya.

"Ada apa, Jane. Bukannya laporan sudah kamu berikan, apakah ada yang mau kamu laporkan lagi?" tanya Pak Hans heran

"Mmm, anu Pak. Emmm.."

"Anu, satu kata berjuta makna. Anu...!!!"Pak Hans, terkekeh geli.

"Saya mau mengundurkan diri Pak!"sahutku mantap

"Whaaaat, are you kidding me.??" Pak Hans terkejut, dan tak mengira aku akan mengundurkan diri. Aku sendiri pun tak banyak berfikir. Keputusan ini juga hanya sesaat lalu aku mendapatkan tanpa pikir panjang baik buruknya, bahkan Lana pun menyayangkan atas keputusanku yanh tiba - tiba. Setidaknya aku mengurangi rasa maluku dikantor atas apa yang sudah aku alami. Karena aku sendiri terlihat bukan wanita yang tidak baik, dan terlihat alim jika dikantor bahkan dimana pun aku berada, mereka menganggap aku wanita berkelas yang tak akan melakukan hal senonoh. Tapi dibalik itu semua, aku adalah wanita bejat yang tak bermoral demi kesenangan semata. Aku menyesal, aku menyesal, bahkan ingin sekali aku menggugurkan kandungan ini. Namun Lana mengahalangiku, ia ingin bertanggung jawab hanya saja bingung harus memulainya dari mana.

Hingga waktu berjalan tiga bulan, dan perutku pun semakin terlihat. Waktu pengunduran diriku diperpanjang karena masih menunggu orang baru yang akan masuk. Aku selalu mendesak Lana untuk segera menikahiku. Hingga suatu ketika aku tak menghubunginya selama tiga hari dan tak merespon telp hingga chattingannya.

Orangtuaku dan semua saudaraku hanya tahu bahwa aku termasuk salah satu karyawan yang kena dampak PHK. Begitulah alasanku menerangkan pada keluargaku. Aku membeli susu hamil dan vitamin yang ku sembunyikan dilemari kamarku, bahkan masih makan buah - buahan demi kesehatan janinku. Yaaah, biar bagaimanapun aku harus memberinya hidup. Ini bukan kesalahannya, ini kesalahanku. Akibat perbuatanku, janin ini harus menanggung betapa egosinya hubungan kami.

Terpopuler

Comments

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

yg punya lapak ada g ya 😂😂😂

2022-06-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!