Pernikahan

Raya masuk ke kamarku, tiba - tiba ia memelukku sambil terisak.

"Sabar.." ucapku lirih sambil menepuk bahunya.

Setelah sebelas tahun pacaran, pada akhirnya hubungan Raya dan Ko Fandy berakhir kandas. Ko Fandy orang Chines, beragama Katolik sudah barang tentu tak bisa bersama. Bahkan orang tua dan keluarga Ko Fandy tak menyetujui mereka. Tapi herannya bisa bertahan sampai sebelas tahun, itu pacaran apa kredit KPR. Ahahahaha terkadang aku tak habis pikir.

"Selanjutnya gimana?" tanyaku seraya menenangkan

"Sudah pasti aku harus mencari pendamping lain, tapi aku masih sayang, masih cinta huhu... huhu..." Raya masih terisak, aku mengasihaninya jadi ikut sedih menyaksikan kisah cinta yang tak berujung pernikahan.

Selang beberapa hari ku lihat Raya semakin tegar, tapi ia masih berhubungan dengan Ko Fandy. Bagaimana tidak, mereka sudah berencana membangun rumah bersama, tidak mudah berpisah begitu saja setelah berpacaran begitu lama.

Begitu banyak liku perjalanan hubungan mereka, dan aku adalah saksi hidupnya. Perjuangan terus bersama meski Raya dihina dan dicaci maki oleh ibu Ko Fandy. Kisah cinta mereka tak bisa disatukan karena beda keyakinan.

Baik Ko Fandy dan Raya sama tidak mau mengalah akan keyakinan masing - masing. Salah satu saja yang berpidah, mereka bisa saja bersatu. Bahkan Raya sempat mengutarakan, tetap bersama meskipun beda keyakinan. Ko Fandy menolak akan hal itu, karena kelak akan menyulitkan anak - anak mereka.

Ibuku memang dari awal sudah tak merestui hubungan mereka, dan berharap Raya segera melepaskan rasa cintanya yang begitu besar pada Ko Fandy. Bahkan sempat mampir ke rumah pun, Ko Fandy dinasehati agar segera menikahi Raya atau melepaskannya. Aku menyadari itu adalah keputusan yang sangat sulit dan berat.

Saat makan malam diruang makan, Raya menghampiriku seraya menyodorkan gelas air putih.

"Tengkyu..."sautku sambil terheran

"Aku lagi dekat sama seseorang, gimana menurutmu. Apa aku lanjutkan saja atau aku menunggu Fandy untuk meminangku!?" tanya Raya berharap dukungan, sejenak aku terdiam sambil menatapnya tajam. Raya tampak salah tingkah.

"Lanjutkan, dan tinggalkan Ko Fandy." jawabku tegas.

"Aku sudah tahu jawaban kamu akan seperti itu, tidak kah aku tunggu Fandy saja untuk melamarku?" Raya belum putus asa

"Sampe kapan, sampe kamu makin tua lagi. Dicoba aja dulu, siapa tahu cocok dan itu jodoh kamu." ucapku lantang dan meninggalkan Raya seorang diri diruang makan.

Aku tahu Raya pasti menimbangnya dengan berat hati, karena satu sisi ia masih mencintai Ko Fandy. Disisi lain, ia harus melepaskan demi masa depan yang kemungkinan akan cerah.

Tak lama setelah itu, ibu ditelpon oleh seseorang dari kejauhan.

"Halo Mak, nanti ada Willy mau main ke rumah. Tolong siap - siap dan beresin rumah ya, minta tolong sama Jane buat beres - beres." pinta seseorang diseberang sana.

"Willy???." belum sempat terjawab rasa penasaran ibuku, seseorang diseberang sana sudah menutup saluran telponnya.

Secepat kilat kami pun membereskan rumah yang memang selalu berantakan. Meskipun dibereskan setiap hari, tapi kelakuan adik laki - laki ku dan juga sisa jualan ibuku yang tidak menentu arah dan letaknya membuat berantakan seisi rumah. Sampai - sampai meja tv pun sempat dijadikan rak tempe oleh ibuku.. Plaaaak, tepok jidat.

Dari jauh samar - samar terdengar obrolan beberapa pasang mata. Berapa RT yang datang ya? Aku membatin dalam hati. Makanan dan minuman sudah siap sedia diatas meja, jika kelak dibutuhkan maka aku tinggal mengeluarkan.

"Assalamualaikum.!!!" sapa pemuda lumayan tampan, sambil masuk rumah. Ibuku yang duduk didepan tv tampak terkejut dan menghampiri sang tamu.

"Waalaikumsalam..." jawab ibuku ditengah keterkejutannya. Pemuda itu masuk, dibarengi beberapa pemuda lain, pria paruh baya dan seorang wanita paruh baya, ada gadis belasan tahun pun ikut masuk. Rumah ini penuh, seperti ada acara hajatan saja.

"Jadi begini, bapak dan ibu. Maaf sebelumnya, malam - malam kami berkunjung kemari. Niat kami ke sini adalah sebagai langkah awal untuk penjajakan lebih dekat dengan putri ibu, Raya.." lelaki tampan itu berseloroh lancar tanpa hambatan.

"Owh, iya. Bagus itu, tapi maaf anda siapa!?" tanya ibuku heran.

"Ahhh iya, maaf saya belum memperkenalkan diri. Saya Heru, abang sepupu Willy yang saat ini dekat dengan putri ibu. Jadi......"

Malam itu adalah malam bincang - bincang keluarga dari ibuku dan keluarga Bang Willy. Sekaligus sebagai malam bersejarah untuk Raya. Tak berapa lama, acara tunangan pun digelar sederhana dirumah ibuku. Setelah lebih dari 3 bulan acara pernikahan pun digelar. Tak lupa aku mengundang orang tua Lana agar bertemu satu sama lain dengan orang tuaku. Acara sederhana namun hikmat itu membuatku iri ingin segera menikah juga. Lana ikut serta dalam balutan busana yang seragam dengan keluarga besarku. Karena bagiku Lana sudah menjadi bagian dari keluargaku.

Terpopuler

Comments

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

ceritanya masih datar ya Thor..
tp.ku.lanjutin dlu deh

2022-06-21

0

Reanza

Reanza

Baca sampai sini dulu

2020-08-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!