‘’Iya benar Sa, kenapa kamu keberatan, kan yang ditembak si pithecan.’’ Jenie melihat heran pada Sasa, kenapa sahabatnya itu sangat keberatan bahkan sepertinya lebih keberatan darinya yang notabenenya adalah istri Exel.
‘’Aku hanya nggak ingin ada yang tersakiti lagi, kau tau kan bagaimana sikap si pithecan itu.’’ Bisik Sasa, Jenie pun mengangguk, alasan Sasa sangat masuk akal menurutnya.
‘’Bagaimana kak, kakak mau kan jadi pacarku, jadi yang ke 2, 3, 4 atau lima juga aku nggak pa-pa.’’ Sambung Nita.
‘’Eh buset sampe segitunya.’’ Cerocos Jenie, kemudian melihat Exel menunggu jawaban dari pria itu,
sebenarnya Jenie sangat penasaran dengan jawaban Exel.
Dalam hati beberapa kali berdoa agar Exel menolak Nita karena bagaimanapun Exel adalah suaminya.
‘’Aku sudah memiliki kekasih.’’ Ucap Exel yang membuat semuanya syok termasuk Jenie, wanita itu melihat Exel dengan tatapan melototnya.
Exel tidak pernah mengatakan padanya kalau memiliki kekasih, Jenie memutar otaknya apa sekarang dia sudah menjadi seorang selingkuhan? Menjadi orang ketiga? Oh tidak-tidak bukankah dia isteri sahnya, berarti apapun yang terjadi orang ketiganya bukan dia dong, iya kan? bagaimana sih konsep orang ketiga, dia juga kurang mengerti.
‘’Aku jadi yang ke 2 juga nggak pa-pa kak bahkan jadi yang ke 10 juga nggak pa-pa.’’
‘’Aku yang nggak mau menduakannya.’’ Exel pergi dari keramaian itu, sekilas melihat Jenie terlebih dulu, tersenyum melihat Jenie yang sedang melamun, kali ini entah apalagi yang sedang dipikirkan isterinya, tapi sungguh, melamun seperti itu wajah Jenie terlihat lebih menggemaskan.
Sepeninggalan Exel semua mata memandang pada Jenie dengan tatapan penuh selidik termasuk Sasa dan Mona.
‘’Kenapa kalian melihatku?’’
‘’Apakah kau kekasih yang dimaksud Exel?’’ tanya Sasa yang mewakili pertanyaan semua wanita yang kini masih memandang Jenie.
‘’Kau gila ya, kami sama sekali tidak dekat dan lagian untuk apa juga aku menjadi kekasihnya, aku sama sekali tidak menyukainya.’’
‘’kau yakin? awas saja jika kau membohongiku dan menyukainya diam-diam.’’ Ucap Sasa lagi dengan nada tidak sukanya tapi Jenie sama sekali tidak berpikir negatif, ia yakin Sasa hanya sedang mengkhawatirkannya.
*****
‘’Kamu kenapa Sa?’’ Tanya Jenie sedikit heran karena Sasa yang dari tadi diam saja.
‘’Oh ya Sa, nih.’’ Jenie memberikan satu lipstik baru pada Sasa.
‘’kemarin aku melihatnya dan kupikir warnanya bagus dan pasti kau akan menyukainya juga jadi aku membelikan juga untukmu, coba deh.’’
‘’Sa kamu kenapa sih?’’ beberapa kali Jenie menjentikan jarinya di depan wajah Sasa.
‘’Kamu kenapa sih?’’ Tanyanya lagi.
‘’Nggak Jen, sepertinya aku kurang enak badan deh, aku pulang aja, nanti izinin ya.’’
‘’Kamu sakit?’’ Dengan cepat Jenie meletakkan telapak tangannya di kening Sasa. ‘’Tapi nggak panas Sa, kamu yakin sakit?’’
‘’Memangnya sakit hanya panas?’’ jawab Sasa dengan nada ketus membuat Jenie sedikit kaget, sepertinya sahabatnya itu benar-benar sedang sakit, pikirnya.
‘’Kenapa Sa?’’ Tanya Kevin yang tiba-tiba datang.
‘’Katanya kurang enak badan kak.’’
‘’Ha kurang enak badan, kenapa bisa?’’ Kevin sedikit panik membuat Jenie heran, memperhatikan cara Kevin memperlakukan Sasa, kapan keduanya akrab, biasanya juga hanya akan bertegur sapa tapi sekarang seperti orang yang memiliki hubungan dekat, ada apa ini? Apa dia ketinggalan cerita atau bagaimana sih, dia jadi bingung sendiri.
‘’Kamu temani Jenie saja biar aku pulang sendiri.’’ Tolak Sasa saat Kevin menawarkan diri mengantarnya pulang.
‘’Tapi Sa.’’
Sasa tidak mempedulikan Kevin dan kembali meneruskan langkahnya, sementara dari dua sudut yang berbeda terdapat dua orang pria yang sedang memperhatikan.
satu pria memperhatikan interaksi Sasa dan Kevin sembari tersenyum sinis sedang yang satunya melihat Jenie dengan tatapan kagumnya, tidak lupa ia kembali mengambil foto Jenie.
Sementara sepeninggalan Sasa, Kevin memutuskan duduk dan menemani Jenie makan.
‘’Nanti malam ada rencana nggak?’’
Jenie menggeleng, tidak lama wanita itu langsung mengangguk, tadinya Jenie mau untuk diajak keluar sama Kevin karena Jenie yakin Kevin bertanya pasti memiliki maksud tapi seketika ia seperti merasa bersalah, walau bagaimanapun ia memiliki seorang suami dan tidak etis baginya mengiyakan ajakan pria lain.
‘’Belakangan ini sepertinya kau sibuk sekali.’’
‘’Maaf kak, maklum mahasiswi baru.’’ Ucapnya memberi alasan.
‘’Masa sih, kamu yakin itu alasannya?’’ Tanya Kevin seperti menuduh Jenie berbohong tapi wanita itu sama sekali tidak peduli, berdiri mengambil tasnya, pamit pada Kevin dan berjalan menuju kelas karena sebentar lagi mata kuliah keduanya akan segera dimulai.
Semenjak menikah obsesi Jenie pada Kevin tidak sebesar dulu, dulu ia akan selalu memuja-muja Kevin, bahkan nama pria itu selalu disebutkannya dalam doa tapi sekarang semuanya seakan hilang, menguap begitu saja tanpa meninggalkan jejak.
*****
‘’Masak apa?’’ Tanya Jenie menghampiri
‘’Ayam lada hitam.’’
Jenie duduk manis di meja makan, sudah siap dengan sendok dan garpu di kedua tangannya.
‘’Kalau makan aja cepat.’’
‘’Iya dong, orang tinggal makan ini.’’ Ucapnya cengengesan dan mulai melahap makanan yang kini tersedia di meja makan.
‘’Oh iya, tadi katanya kamu sudah punya kekasih, bisa kenalin ke aku nggak? Apa wanita itu yang pernah kamu katakan dulu, yang katanya kamu mencintainya.’’ Tanyanya dengan mulut penuh makanan.
‘’Kekasih apa?’’
‘’Tadi yang di lapangan basket itu.’’
‘’Oh itu, aku sengaja bohong tadi biar nggak ribet.’’
‘’Yakin bohong?’’
‘’Nggak sepenuhnya bohong sih, nyatanya malah lebih parah, bukan hanya kekasih aku malah sudah memiliki isteri.’’
‘’Baguslah kalau kamu sadar.’’
‘’Aku emang selalu sadar, kamu tuh yang sepertinya perlu menyadarkan diri biar nggak mengejar-ngejar pria lain lagi.’’
‘’Memangnya aku mengejar siapa, gini-gini aku juga sadar posisi kali, aku nggak mungkin jalan sama pria lain saat aku berstatus isteri orang.’’
‘’Yakin kamu? Awas ya kalau aku lihat kamu jalan berdua sama si Kevin, lagian selerah pria kamu aneh banget sih, dibawah standar.’’
‘’Ya biarin aja suka-suka aku dong.’’
Sementara di tempat lain, dua tempat berbeda, dua orang terlihat sedang mengamuk
‘’Kekasih? Aku akan menghancurkannya, jika kau tidak bisa membalas cintaku maka kau tidak bisa mencintai siapapun karena aku tidak akan mengizinkannya.’’ Sasa mengusap foto Exel yang sedang tersenyum ceria dengan menggunakan kaos berlengan pendek berwarna hitam yang diambilnya diam-diam beberapa tahun lalu.
‘’Jenie tega sekali kau melakukan ini padaku, sudah berapa kali kubilang bahwa aku mencintaimu tapi kenapa kau berani menikah dengannya.’’ Geram pria itu menancapkan pisau ke foto pernikahan Jenie dan Exel.
Tepatnya pisau itu ditancapkan ke foto wajah Exel. setelahnya ia mengelus foto wajah Jenie.
‘’Apa dia memaksamu untuk menikahinya, tunggu sebentar lagi sayang, aku pasti akan membawamu bersamaku dan kita akan hidup bahagia selamanya, kau bersabarlah sedikit lagi.’’ Tertawa, merobek foto menjadi dua bagian, mengambil bagian Jenie dan menempelkannya di dinding sedang foto Exel sudah berubah menjadi beberapa bagian.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Siti nur Kholifah
hati2 lah exel,spertinya godaan prnikahan kalian bhyak skali
2023-04-27
0
Yurniati
ada saingan Exel nya,,,,💪👍
2023-03-11
0
Yurniati
ada yg diam2 suka sama Jennie,,,,,,,
2023-03-11
0