‘’Seperti permintaan kamu semalam Jen, kami juga sudah sepakat hanya akan mengundang para kerabat saja dan untuk resepsinya kalian bisa melakukan kapanpun kalian mau.’’
‘’Tapi pa nggak secepat ini juga, iya kan Xel?’’Jenie melirik Exel, meminta pria itu memundurkan tanggal pernikahan mereka.
‘’Kalau aku sih nggak masalah mau kapan saja, lagian kan ujung-ujungnya kami tetap akan menikah.’’
‘’Kau memang tidak bisa diajak kerjasama.’’ Geram Jenie dengan suara kecilnya yang hanya bisa didengar Exel yang duduk tepat di sampingnya.
Sementara di tempat lain di sebuah apartemen yang tidak terlalu besar, sepasang pria dan wanita sedang asyik berpelukan.
‘’Pokoknya kau harus bisa menjebaknya dan buatlah dia semakin mencintaimu.’’ Ucap Sasa dengan dua tangannya yang melingkar indah di leher Kevin, keduanya sedang duduk dengan Sasa yang berada di pangkuan Kevin.
‘’Kau tenang saja, akan kupastikan wanita itu merasakan sakit hati yang kau rasakan.’’
‘’Terimakasih karena mau membantuku, aku mencintaimu.’’ melabuhkan bibirnya pada bibir Kevin.
Keduanya terus melluumat, mengecap, mengabsen seluruh sudut mulut masing-masing, dengan penuh damba.
Kevin melahap bibir bawah dan bibir atas Sasa penuh kelembutan.
Tidak puas, kini bibir pria itu turun menjelajahi leher putih milik sang wanita, tangannya tak tinggal diam, mulai menjalar masuk mencari dua bukit kembar kesukaannya dan memijatnya lembut.
Sasa mulai mengeluarkan beberapa Dessaahan. ‘’Ah Kev aku tidak kuat lagi’’
Keduanya asyik saling bertukar keringat dalam olahraga malam, mereka memang sudah sering melakukannya bahkan mereka pertama kali melakukannya di hari pertama mereka saling bertemu dan berkenalan.
*****
Karena paksaan dari para orang tua, sekarang jenie dan Exel sedang berada disatu taman dengan pemandangan yang sangat indah untuk melakukan foto prewedding.
Keduanya memilih untuk menggunakan pakaian kasual.
‘’Tolong mulutnya dikondisikan, ilernya berjatuhan tuh’’ Cibir Jenie melihat Exel yang melihatnya tanpa berkedip. ‘’Aku tau aku cantik tapi biasa aja kali.’’ sambungnya lagi.
‘’Siapa yang melihatmu sih, tuh tuh tuh.’’ Exel menunjuk anak anjing yang sedang berlari tepat dibelakang Jenie. ‘’anak anjing bahkan lebih menggemaskan dibanding dirimu.’’ memperlihatkan gaya cueknya.
‘’Alasan saja, mengaku saja deh, kau terpesona kan padaku, iya kan, iya kan?’’ Jenie melangkah lebih dekat pada Exel, memajukan wajahnya menjadi lebih dekat dengan pria itu, niatnya hanya ingin menggoda Exel tapi siapa sangka fotografer melihatnya dan mengambil foto mereka.
‘’Kalian memang sangat serasi.’’ Puji sang fotografer sambil melihat foto yang baru saja diambilnya.
‘’Posenya diubah.’’ suruh fotografer, jenie pun dengan cepat meninju perut Exel hingga pria itu sedikit meringis dengan menahan tangannya. ‘’Pose yang unik.’’ puji sang fotografer.
‘’Posenya diganti lagi dong.’’ suru sang fotografer lagi, kali ini Exel yang bergerak lebih cepat, ia mengangkat tubuh Jenie dan memutarnya di udara beberapa kali, wanita itu berteriak karena kaget.
‘’Kau sengaja ya, kalau aku jatuh bagaimana?’’
‘’Kalau jatuh ya ke bawah nggak mungkin keatas kan?’’ Jawab Exel dengan cueknya membuat Jenie menggeram kesal.
Tanpa aba-aba Jenie melompat dan naik ke punggung Exel, menggigit telinganya, membuat Exel meringis kesakitan tapi dengan tangan yang memegang erat tubuh Jenie, takut wanita itu jatuh.
Sementara orang disekelilingnya bukannya membantu malah tersenyum dan memuji pasangan itu yang katanya terlihat sangat romantis, bahkan sang fotografer pun tidak melewatkan momen itu dan mengabadikannya.
‘’Kau sengaja ya.’’ Exel melotot dengan tangannya yang memegang telinganya sedang Jenie sama sekali tidak peduli, ia malah menatap Exel dengan tersenyum puas, kemudian membuang wajahnya menghadap ke tempat lain.
*****
-Diperjalanan pulang-
‘’Xel stop didepan deh.’’ Jenie meminta Exel untuk menghentikan mobilnya tepat di depan warung makan yang terlihat sangat sederhana, wanita itu turun dan meminta Exel ikut bersamanya.
‘’Bu lalapannya dua ya.’’ Ucapnya setelahnya menggandeng tangan Exel menuju meja yang masih kosong.
Exel tersenyum, inilah yang disukainya dari Jenie, wanita itu tidak pernah berlaku sombong, ia akan makan dimana saja yang menurutnya enak dan sesuai seleranya tidak peduli itu dipinggir jalan sekalipun.
‘’Kau sudah pernah makan di tempat ini?’’ tanya Exel yang mendapat gelengan kepala dari Jenie.
‘’Belum tapi sepertinya enak.’’ melihat banyaknya orang yang makan di tempat itu bahkan Jenie melihat ada beberapa orang yang sepertinya sedang mengantri untuk mendapatkan tempat duduk.
‘’Xel bolehkah aku mengajak mereka duduk bersama kita?’’ tunjuknya pada 1 wanita yang sedang menggendong anaknya yang kira-kira masih berumur 5 tahun, Exel pun mengiyakan.
‘’Gimana enak nggak?’’ tanya Jenie saat Exel mencoba makanannya
Exel tersenyum dan kembali mengangguk kepalanya, tak lama ia melihat piringnya yang sudah dipenuhi oleh beberapa potong mentimun.
tadi setahunya dia hanya memiliki 4 potong mentimun tapi kenapa sekarang menjadi 8?
Siapa lagi pelakunya kalau bukan Jenie, wanita itu tersenyum lebar dengan memperlihatkan barisan giginya, Jenie memang sangat tidak menyukai mentimun dan bodohnya tadi dia lupa mengatakannya.
‘’Xel kata mama besok kita harus ke butik untuk fitting, aku nggak sabar deh lihat wedding dress nya.’’ Ucapnya dengan nada senang, sekarang keduanya sudah dalam perjalanan pulang.
‘’Sepertinya kau sangat senang menikah denganku.’’ Exel melirik Jenie sekilas dan kembali fokus menyetir.
‘’Geer deh, aku tuh senang sama wedding dress nya, bukan karena mau nikah sama kamu.’’ Jenie sedikit memberi penekanan pada setiap katanya.
‘’Ah masa sih, aku salah sangkah dong.’’ Exel mengusap belakang kepala Jenie.
‘’Ih apaan sih.’’ Jenie tertawa dan melepaskan tangan Exel dari kepalanya.
‘’Hhmm, itu bukannya kak Kevin?’’ Guman Jenie tidak sengaja melihat Kevin baru keluar dari salah satu restoran.
‘’tapi cewek itu siapa ya?’’ Gumannya lagi karena tadi ia melihat Kevin tidak sendirian tapi bersama seorang wanita.
’’Kamu kenapa?’’ Exel melihat Jenie yang tiba-tiba diam.
‘’Ehm ah.’’ Ucap Jenie kaget
‘’Kamu kenapa?’’ Tanya Exel lagi, Jenie menggeleng, masih penasaran dengan wanita yang tadi bersama Kevin, berpikir dengan menyandarkan kepalanya pada kaca mobil sedang Exel hanya memandangnya heran dan kembali fokus menyetir.
*****
Papa dan mama Jenie melihat heran pada Jenie yang masuk ke rumah tanpa mengatakan apapun, wanita itu bahkan tidak mencium mereka seperti yang biasa dilakukannya.
‘’Malam om tan.’’ sapa Exel
‘’Ada apa?’’ papa Robert bertanya pada Exel yang berjalan dan kini sudah berdiri di depannya, kedua paruh baya itu melihat Exel, menunggu jawabannya.
‘’Exel juga nggak tau, tadi dijalan tiba-tiba Jenie menjadi diam seperti itu.’’ jujurnya yang benar-benar tidak tau dengan sikap tiba-tiba Jenie itu.
‘’Kau tidak membuatnya kesal kan?’’ tanya mama Catrine, exel menggeleng, tadi mereka bahkan sempat tertawa bersama sebelum Jenie berubah menjadi pendiam.
‘’Ada apa dengannya pa?’’ tanya mama pada papa.
‘’Ya papa juga nggak tau ma, kalau papa tau papa nggak mungkin tanya Exel tadi.’’
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments