‘’kencan, memangnya kau sudah memiliki pacar?’’ tanya mama, Jenie tersenyum lebar sambil menggeleng.
‘’Terus?’’ tanya mama lagi
‘’Jenie akan jalan berdua sama kak Kevin, bukankah itu seperti kencan?’’ tanya Jenie sedang mamanya tak lagi peduli, langsung memilih satu dress yang terlihat sederhana tapi elegan untuk Jenie.
‘’Pakai ini saja.’’ Ucap mama memberikan dress itu pada Jenie, sementara Jenie masih diam di tempatnya, sedikit berpikir dan akhirnya tersenyum mengambil dress itu dari tangan mamanya.
‘’Terima kasih ma.’’ Mencium pipi mamanya.
‘’Mama memang paling the best.’’ Memuji dengan memberikan satu jempolnya sedang mama hanya mengelus kepala Jenie tak lama dan memilih keluar dari kamar Jenie.
‘’Pa.’’ Mama menghampiri papa Jenie yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.
‘’Pa.’’ Ucap mama lagi, wanita paruh baya itu menutup laptop dan dokumen yang ada di depan suaminya.
‘’Kenapa ma?’’
‘’Jenie keluar mau kencan sama Kevin, menurutmu rencana kita akan berhasil, kalau Jenie menolak bagaimana?’’
Papa melihat mama, melepas kacamatanya dan meletakkannya diatas meja. ‘’aku tidak bisa menyerahkan dan mempercayakan putriku pada pria lain.’’
‘’Lalu apa yang akan kau lakukan jika Jenie menolak perjodohan ini, kau tidak akan memaksanya kan?’’
Papa menggeleng. ‘’aku tidak akan memaksanya tapi aku akan membuatnya setuju dengan perjodohan ini, lagian aku sama sekali tidak setuju dengan pria yang disukainya itu, sepertinya bukan pria yang baik.’’
‘’Kau tau dari mana, bertemu saja belum.’’
Papa mengangkat kedua pundaknya. ‘’feeling orang tua mungkin.’’ Ucap papa, mama hanya diam, sesungguhnya ia juga merasakan hal yang serupa, entah kenapa menurutnya Kevin bukan pria yang cocok untuk sang putri, tidak berpikir Kevin jahat hanya saja merasa pria itu tak cocok dengan putrinya.
‘’Pa, ma, Jenie keluar bentar ya.’’ Teriak Jenie dari balik pintu ruang kerja papanya, kedua paruh baya itu berjalan keluar hanya saja Jenie tak berada disana lagi.
‘’Jen.’’ panggil mama dari lantai 2
‘’Hhmm.’’ Jenie melihat papa dan mamanya yang juga sedang melihatnya.
‘’Pulangnya jangan malam-malam.’’ Ucap mama yang di angguki Jenie setelahnya wanita itu kembali melanjutkan langkahnya.
*****
‘’Kak Kevin mana sih?’’ Jenie mencari keberadaan Kevin di cafe tempat janjian mereka tapi pria itu sama sekali tak berada disana, hampir setengah jam menunggu Kevin tak juga datang, Jenie terus melihat jam di pergelangan tangannya.
Ting
Jenie cepat-cepat mengambil ponselnya saat mendengar notifikasi chat dari ponselnya.
[Jen maaf aku nggak bisa kesana sekarang]~kak Kevin love
Jenie terlihat kecewa membaca chat itu, tapi mau bagaimana lagi ia tak mungkin memaksa Kevin, sementara dari luar cafe, masih berada di mobilnya, Kevin terus memperhatikan Jenie, tadi pria itu sedikit terpanah melihat penampilan Jenie yang sangat sangat cantik, tapi ia harus fokus, malam ini ia sengaja memanggil Jenie keluar karena ingin membalasnya atas apa yang tadi dilakukannya pada Sasa.
Kevin juga menyewa seorang pria untuk menghampiri, menemui Jenie dan membuatnya malu.
‘’Hai.’’ Pria suruhan Kevin menghampiri Jenie, pria itu juga terlihat sangat tampan tapi Jenie sama sekali tak tertarik, baginya tak semua pria tampan itu menarik dan layak disukai.
Jenie mengangguk dan kembali memakan makanannya, tak peduli dengan pria itu.
‘’Bisa aku duduk disini?’’
‘’Maaf aku sedang menunggu temanku.’’ Jenie sama sekali tidak melihat pria itu sedang pria itu dengan tidak tau malunya langsung duduk bahkan saat Jenie tak memberinya izin.
‘’Aku tau kau sedang sendirian, aku hanya ingin menemanimu agar kau tidak merasa kesepian.’’ dengan tidak sopan pria itu membelai wajah Jenie, membuat Jenie melotot tak suka.
‘’Kenapa, apa kau menyukainya, aku bisa menyentuhmu lagi dibagian lain jika kau ingin bermain denganku.’’ Mengerlingkan satu matanya sedang jenie langsung berdiri, tak ingin berhadapan dengan pria gila itu lagi.
‘’Mau kemana, kenapa meninggalkanku begitu saja, apa kau tidak ingin menghabiskan malam bersamaku, aku janji akan membuatmu senang dan ketagihan malam ini.’’ Ucap pria itu tak tahu malu.
bahkan sekarang beberapa pelanggan yang ada di cafe itu sudah melihat keduanya, tentu saja Jenie malu bercampur geram, bisa-bisanya pria itu memperlakukannya seperti seorang wanita murahan.
‘’Tak perlu jual mahal lagi, aku tau kau wanita seperti apa.’’ Menyeringai, tak tahan lagi Jenie melayangkan satu tamparan di pipi pria itu, tentu saja pria itu tak terima karena merasa sudah sangat dipermalukan oleh seorang wanita murahan.
sebelumnya Kevin memang memberitahunya kalau Jenie adalah seorang wanita malam makanya ia bersikeras ingin membawa Jenie ke ranjangnya karena penasaran dan cukup terpesona dengan fisik yang dimiliki Jenie.
‘’Kau berani menamparku?’’ Menggenggam erat pergelangan tangan Jenie tak peduli walau wanita itu berontak minta dilepaskan, orang-orang juga tak ada yang membantu karena mengira mungkin itu hanya perdebatan kecil di antara pasangan.
‘’Lepaskan tanganmu darinya atau aku akan mematahkan tangan tak berguna mu itu.’’ Ucap Exel menghampiri, menarik Jenie dan melepas dengan sangat kasar tangan pria itu dari Jenie.
‘’Kau siapa, jangan ikut campur, ini urusanku dengannya.’’
‘’Kau yang sebaiknya pergi dari sini sebelum aku memukulmu habis karena sudah berani mengganggu kekasihku.’’ Ucap Exel dengan nada marahnya, matanya melotot sempurna dengan wajah dan telingah yang sudah memerah karena menahan marahnya.
‘’Ck kekasihmu?’’ Pria itu tertawa dengan nada meremehkan membuat Exel semakin geram, tak perlu aba-aba Exel melayangkan satu bogemnya ke pipi kanan pria itu dan memukulnya beberapa kali, ia bahkan tak memberikan pria itu kesempatan untuk melawannya.
‘’Berani sekali kau meremehkannya?’’ Menarik kerah kemeja pria itu dan kembali memukulnya, beberapa orang ingin melerai tapi sedikit takut saat melihat pandangan Exel yang terlihat sangat menakutkan seperti akan memakan habis siapapun.
Exel tak peduli bahkan jika ia harus di penjara, ia ingin menghabisi pria itu, pria yang sudah sangat menghina harga diri Jenie.
‘’Xel berhenti kau bisa membunuhnya.’’ Teriak Jenie tapi sama sekali tak dipedulikan, kehabisan cara, Jenie memeluk tubuh Exel dari belakang dengan sangat erat dan hal itu sukses menghentikan aksi Exel yang membabi buta.
‘’Jangan memukulnya lagi.’’ Ucap Jenie yang kini sudah menangis, bukan menangis karena perkataan pria itu tadi tapi menangis karena takut pria itu akan menuntut Exel, ia tak ingin Exel harus menerima hukuman karena menolongnya.
‘’Jangan memukulnya lagi.’’ Ucap Jenie lagi, Exel pun melepaskan tangan Jenie yang melingkar di perutnya, membalik badannya dan melihat Jenie, mengangkat wajah wanita itu, menyeka air matanya.
‘’Jangan menangis, aku tak akan memukulnya lagi, hhmm.’’ Ucapnya lembut, Jenie mengangguk dan ikut mengusap air matanya menggunakan telapak tangannya.
‘’Ya sudah ku antar kau pulang sekarang.’’ Ucap Exel yang kembali mendapat anggukan dari Jenie.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
xoxo
si jenie pasti mau dijodohin sama axel
2023-05-31
0
Sitta Jn
seru
2022-10-02
0
Linda Z
Kevin jahat, cocok lah sama Sasa si jalang.
2022-07-03
1