‘’Xel, cantik banget deh, coba lihat.’’ memperlihatkan pada Exel layar ponsel yang sedang menunjukan gambar kalung yang indah dengan harga fantastis.
‘’Bagus tidak?’’
Exel mengangguk.
‘’Belikan untukku ya.’’ Pintanya dengan santai dan kembali meneruskan kegiatannya, melihat beberapa postingan di instagram.
‘’Kenapa harus aku yang membelinya, kau kan bisa membelinya sendiri.’’
Jenie menggeleng dengan jari telunjuknya bergerak ke kanan ke kiri. ‘’aku ingin suamiku yang membelikannya untukku, jadi ingat setelah menikah nanti kau harus membelikan kalung itu untukku kalau tidak aku tidak akan berbicara denganmu.’’
Exel tersenyum, merasa senang mendengar ucapan Jenie yang mengatakan kata suamiku sedang Jenie hanya santai.
Jenie sengaja mengatakan hal itu, karena sebentar lagi Exel akan menjadi suaminya, sayang saja jika tidak dimanfaatkan dengan baik, pikirnya.
Sedang asyik dengan ponselnya tidak sengaja Jenie melihat Mona dan teman-temannya memasuki cafe yang sama, dengan cepat ia menunduk, menyembunyikan diri.
‘’Kau kenapa?’’ tanya Exel heran, lalu mengikuti arah yang ditunjuk Jenie.
‘’Lalu kenapa kau bersembunyi, apa kau takut pada mereka?’’ tanya Exel.
Jenie pun berpikir, iya juga ya, kenapa dia harus bersembunyi, lagian dia sedang makan bersama calon suaminya dan bukan suami orang, akhirnya Jenie memilih kembali duduk dengan santai, tidak peduli dengan Mona dan teman-temannya yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.
‘’Sedang apa kau disini?’’ tanya Mona, belum sadar kalau pria yang bersama Jenie adalah Exel karena pria itu duduk membelakanginya.
‘’Bukan urusanmu.’’ Jawab Jenie cuek
‘’Exel sedang apa kau disini?’’ Ucap Mona setengah kaget melihat Exel saat pria itu berbalik menghadapnya.
‘’Tentu saja makan memangnya apalagi.’’ jawab Exel cuek, tidak lama makanan pesanan keduanya datang, Jenie tersenyum mengejek melihat ekspresi yang ditampilkan Mona dan kedua temannya.
‘’Mon apa mereka sedang menjalin hubungan?’’ tanya salah satu teman Mona yang sama sekali tidak dijawab.
Mona melihat Jenie dengan tatapan tajamnya, tidak suka karena merasa Jenie sudah merebut exel darinya sedang jenie sama sekali tidak peduli, wanita itu malah dengan sengaja ingin memanas manasi Mona dengan cara beberapa kali menyuapi Exel, Exel tentu saja menerima suapan itu, tidak peduli dengan niat Jenie.
‘’Enak nggak? Tanya Jenie, Exel mengangguk.
‘’Oh ya suapi aku dong.’’ Jenie membuka mulutnya lebar, tanpa membantah Exel menyuapkan satu sendok makanan padanya.
Jenie kembali tersenyum puas melihat pada Mona dan teman-temannya.
‘’Makanlah jen, katanya lapar.’’ Tegur Exel karena Jenie hanya sibuk memanasi Mona.
‘’Xel apa sebelumnya kau pernah memiliki hubungan dengan Mona atau satu diantara mereka?’’
Exel menggeleng. ‘’untuk apa?’’
‘’Kenapa untuk apa? aku bertanya padamu.’’
‘’Ya untuk apa aku berpacaran dengan seseorang yang tidak kusukai, buang-buang waktu saja.’’
Jenie mengangguk. ‘’apa sebelumnya kau pernah benar-benar menyukai seseorang?’’ tanya Jenie penasaran, dulu saat Exel bersamanya ia sangat yakin kalau pria itu tidak benar-benar menyukainya, buktinya Exel hanya menjadikannya sebagai bahan taruhan.
‘’Kenapa kau bertanya seperti itu?’’
‘’Aku hanya penasaran saja kau kan banyak yang suka masa sih tidak ada satupun yang menarik perhatianmu.’’
‘’Aku sama sekali tidak tertarik pada siapapun selain satu wanita.’’ Ucapnya terhenti, Jenie mendekatkan wajahnya, penasaran dengan wanita yang sudah berhasil membuat Exel jatuh cinta.
‘’Siapa?’’ tanya Jenie.
Exel menggeleng, tidak meneruskan perkataannya, pria itu memilih melanjutkan kembali makannya sedang Jenie, wanita itu berdecak kesal, padahal ia sangat penasaran dengan sosok wanita yang sudah berhasil mencuri hati Exel yang dulu tidak pernah bisa dimilikinya.
Exel memandang jenie sekilas, tersenyum saat melihat wajah manyun wanita itu. ‘’dasar wanita bodoh.’’ gumannya dalam hati.
‘’Aku ke toilet bentar ya.’’ Pamit Jenie yang ingin membuang air kecil
‘’Mau ditemani nggak?’’
‘’Ya nggak lah, kau pikir aku anak kecil apa?’’
‘’Kan siapa tau.’’
‘’Alasan aja.’’ Jenie berdiri, bertanya posisi toilet pada salah satu pelayan.
Mona dan kedua temannya pun dengan cepat menyusul Jenie, ketiga wanita itu sangat geram dengan sikap Jenie yang dari tadi terus memanas-manasi mereka.
‘’Sudah kuduga.’’ Jenie membalik badannya karena merasa beberapa orang berjalan dengan cepat menghampirinya.
‘’Kenapa mengikutiku, ingin bertanya resep dan cara-cara agar dapat memikat Exel Richard?’’
‘’Sombong sekali kau, aku yakin kak Exel terpaksa jalan berdua denganmu, dia itu bukan pria yang mudah didekati, aku saja sudah mengejarnya selama dua tahun apalagi hanya denganmu yang bahkan belum ada satu bulan mengenalnya.’’ ucap Mona dengan percaya diri yang disetujui oleh kedua temannya.
‘’Oh ya.’’ jenie tertawa kecil.
‘’itu karena kau bukan aku, kau tidak menarik sepertiku, kuyakin walau berusaha 15 atau 20 tahun Exel tidak akan pernah tertarik padamu karena kau sama sekali bukan tipenya, Exel itu menyukai wanita cantik sepertiku jadi jelas saja dia tidak akan menyukaimu karena kau tidak secantik aku mungkin.’’ Balas Jenie setelahnya tertawa renyah.
sedang Mona dan kedua temannya bertambah geram mendengar hal itu, dengan cepat mereka menyeret Jenie ke dalam toilet.
‘’Apa yang kalian lakukan?’’ tanya Jenie saat kedua teman Mona mengunci pintu toilet dari dalam.
‘’Tentu saja ingin memberimu pelajaran, memangnya apa lagi.’’ Jawab Mona mendekati Jenie sambil tersenyum sinis, begitupun kedua temannya yang mengikuti Mona tepat dibelakang wanita itu.
‘’Ck bisanya hanya mengeroyok, kenapa, kalian tidak berani menghadapi ku satu lawan satu, apa kalian takut kalah?’’ ucap Jenie dengan nada yang meremehkan tapi dalam hati sedikit gentar, walau bagaimanapun ia akan kalah jika mereka bertiga menyerangnya sekaligus.
‘’Hhmm bilang saja jika kau takut.’’
‘’Aku?’’ Jenie menunjuk dirinya sendiri.
‘’Takut itu pada Tuhan bukan pada mahluk halus.’’ tertawa kecil. ‘’pake nanya lagi, jelaslah aku takut kalau langsung 3 lawan 1 mana ruangannya sempit seperti ini.’’ sambung Jenie dalam hati. Tiba-tiba…..
Tok tok tok
Jen kamu di dalam?’’
‘’Selamat.’’ Teriak Jenie dalam hati mendengar Exel yang mengetuk pintu kamar mandi, melirik Mona dan kedua temannya sambil memperlihatkan senyum sinisnya.
‘’Tolong Xel, Mona dan teman-temannya ingin memukulku.’’ Teriak Jenie dengan nada pura-pura takut padahal dia sedang tersenyum, memandang remeh pada ketiga orang itu sedang Mona dan kedua temannya melotot tidak percaya bercampur takut.
‘’Apa yang kau katakan? Kami bahkan belum menyentuhmu, ujung rambutmu pun belum.’’ Ucap Mona dengan nada paniknya.
‘’Tapi tadi kalian memang berniat mengeroyokku kan?’’
‘’Tapi kami belum mengeroyok mu kan?’’ Ucap salah satu teman Mona.
Jenie hanya mengangkat kedua pundaknya dengan cuek, sama sekali tidak peduli dengan kekhawatiran ketiga wanita itu, ia malah tersenyum senang karena sudah mengerjai mereka.
Sementara di luar Exel berusaha membuka kunci kamar mandi dengan bantuan satu pelayan yang tadi sudah mengambil kunci cadangan.
‘’Kau tidak pa-pa?’’ Tanya Exel menghampiri, menangkup wajah Jenie tepat saat pintu terbuka, setelahnya pria itu menatap tajam ketiga wanita yang sekarang sedang menunduk, sama sekali tidak memandang wajahnya.
Bersabung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Alvi Mufi
jenny keren
2023-04-30
0
kia
Jeny di lawan,,Yo Ndak mampu 😂😂
2023-01-17
0