Part#19

Haikal berhenti membacanya sebentar. Dia pergi kedapur mengambil air untuk minum. Setelah minum Haikal kembali kekamar melanjutkan membaca. Dia masih penasaran.

*Hari ini sepulang sekolah aku ajak dia pergi keperpustakaan. Dia sangat suka membaca dan menulis. Dia sangat senang. Kami menghabiskan waktu sampai sore di perpustakaan. Aku melihat dia membaca buku tentang medis padahal dia sekolah dengan jurusan akuntansi. Aku heran dan mulai bertanya kenapa dia tidak masuk ke SMA saja kalau dia suka medis. Dia menjawab kalau dia belum tentu bisa kuliah tapi kalau dia sekolah di SMK dia bisa langsung mencari kerja. Terus kenapa dia membaca buku tentang medis karna dia mencemaskan ayahnya yang akhir-akhir ini sering sesak nafas. Aku berniat untuk menjadi dokter agar bisa menyembuhkan ayahnya.

Aku melihat dia mencatat semua yang menurutnya penting. Aku perhatikan tulisannya sangat rapi dan indah. Aku menyukainya.

Pulang dari perpustakaan aku mengantarnya pulang. Dia juga tidak keberatan. *Kami sampai disebuah rumah yang sangat sederhana. Sangat jauh berbeda dari rumahku yang mewah. Ketika sampai kami disambut oleh adik laki-lakinya yang berumur sekitar sepuluh tahun. Dia memandang tidak suka kepadaku. Dia mengira aku akan menjahati kakaknya. Setelah dia memberitahu aku temannya. Adiknya bersikap baik. Bahkan dia senang mengajakku bermain. Aku yang tidak punya adik merasakan hal baru lagi untuk pertama kalinya. Ayahnya juga ramah menyambutku. Aku menghabiskan waktu sampai setelah magrib main dirumahnya. Kami bahkan sholat magrib berjemaah dirumahnya. Yang tidak pernah dilakukan dirumahku.

Begitulah hari-hari kami lewati dengan gembira. Semakin hari perasaanku kepadanya makin dalam. Aku tidak mau kehilangannya. Dengan alasan tulisannya bagus aku menghadiahkan dia pena yang diberikan Haikal supaya dia terus mengingatku. Maaf ya Haikal sekali lagi penamu kukorbankan. Dan aku membuat janji akan datang menemuinya kembali ketika sudah jadi dokter dan mengobati ayahnya.

Sebentar lagi tahun baru. Aku berniat mengungkapkan isi hati kepadanya dimalam tahun baru. Jadi aku mengajak dia bertemu di depan perpustakaan yang biasa kami kunjungi.

Sore hari menjelang tahun baru aku tidak sabaran untuk bertemu dengannya. Aku dengan semangat pergi mandi. Namun selesai mandi tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit membuatku tidak sadarkan diri.

Aku tersadar disebuah ruangan. Terdengar mama dan papa sedang berbicara kalau aku harus dibawa kerumah sakit yang ada dikota. Ketika mama melihatku sadar hal pertama yang aku tanyakan dimana aku. Ternyata aku berada dirumah sakit. Aku sudah dua hari pingsan. Mama menangis mengatakan kalau kami malam ini akan berangkat kekota.

Aku berontak ingin keluar dari sana. Aku ingin menemuinya dulu sebelum pergi. Tapi jangankan pergi duduk dari tempat tidur saja aku tidak bisa. Aku yang mempunyai tubuh yang lemah dari lahir dan sering sakit-sakitan. Tapi selama aku bertemu dengannya aku tidak pernah merasa sakit. Aku bahkan bersemangat menjalani hidup yang sebelum aku sudah putus asa untuk itu.

Dengan berat hati aku meninggalkannya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya dia menungguku yang tak kunjung datang.

Kami sampai dirumah sakit dikota. Makin hari kondisiku makin menurun. Aku tidak sengaja mendengar dokter bicara diluar ruang rawat dengan papa kalau aku menderita kanker otak stadium akhir dan harus segera dioperasi. Aku tahu kalau aku mengidap kanker otak setahun yang lalu. Tapi katanya baru gejala. Kenapa sekarang sudah stadium akhir.

Harapanku untuk bertemu dengannya pupus. Aku masih ingin hidup untuk bertemu dengannya. Mungkin setelah operasi aku tidak akan bisa mengingatnya. Tapi aku masih ada harapan untuk menginggatnya melalui tulisan di buku harianku ini.

Biarpun aku tidak bisa mengatakannya secara langsung tapi melalui tulisan ini aku mengatakan'' Alea Safitri aku sangat mencintaimu''

TTD

Bang Hainalmu

Tak terasa air mata Haikal menetes. Dia merasa menyesal kenapa baru sekarang dia membaca buku harian Hainal. Bagaimana dia harus menghadapi Alea. Ternyata mereka sama-sama mencintai dalam diam dan mustahil untuk bersama lagi. Karena setelah operasi Hainal tidak pernah bangun lagi sampai dia meninggal setahun kemudian. Dia pandangi pena dan buku harian Hainal. Rasa rindunya kepada Hainal kembali terasa. Haikal mulai menangis dibawah selimut. Dia bahkan sampai terisak.

Pagi ini Haikal sengaja cepat turun kebawah menunggu kedatangan Alea. Dia ingin memastikan kalau Alea baik-baik saja. Apalagi sore kemaren dia melihat Alea pulang dengan wajah panik. Tapi sampai apotek buka. Alea tidak juga kunjung datang. Haikal merasa heran. Dia ingin menelepon Alea tapi takut tidak diangkatnya. Akhirnya Haikal memutuskan untuk pergi kerumah sakit dulu. Dia berniat menemui Alea sore nanti diapotek.

Alea pergi keluar rumah sakit untuk membeli sarapan. Ayahnya sudah semakin membaik. Walaupun sesekali sesak nafasnya masih datang.

Alea kembali keruang rawat membawa sarapan untuknya dan Alan. Didalam ruang rawat terdapat tujuh tempat tidur. Tapi hanya empat yang berisi pasien.

Mereka mulai sarapan. Alea hanya makan sedikit. Dia bahkan tidak berselera untuk menelan makanan.

''Kapan ayah bisa pulang nak?'' tanya Eri lemah.

''Kata dokter Nanda ayah harus menjalani pemerikasaan dulu. Setelah hasilnya keluar baru bisa dipastikan kapan ayah bisa pulang'' jelas Alea.

''Sekarang ayah sarapan dulu. Tadi perawat sudah mengantarkan sarapan untuk ayah'' sambungnya lagi.

''Ayah tidak berselera makan'' tolak Eri.

''Sedikit saja yah, Kalau ayah tidak makan nanti maag ayah juga tambah parah'' paksa Alea. Akhirnya Eri mau dibujuk. Walaupun makanannya tidak habis. Setidaknya dia mau makan. Selang oksigen juga sudah dilepas. Eri hanya memakai ketika nafasnya terasa sesak sekali.

Tidak lama perawat masuk kedalam ruang rawat dengan membawa kursi roda.

''Pak Eri sekarang kita lakukan pemeriksaannya. Kebetulan dokter sudah datang'' ucap Perawat.

Alan kemudian mengangkat ayahnya duduk dikursi roda.

''Mari ikuti saya kak Alea'' kata perawat. Dia memang mengenal Alea. Karna Alea sering datang kerumah sakit mengantar obat ataupun mengantar ayahnya chek up tiap bulan.

Mereka sampai didepan ruangan pemeriksaan. Ketika masuk Haikal terkejut melihat pasiennya yang ternyata ada Alea. Tapi Alea bersikap biasa saja tanpa ekspresi diwajahnya.

Haikal memperhatikan mereka. Perawat kemudian mengeluarkan hasil pemeriksaan Eri di UGD malam tadi.

''Dia terlihat sangat lelah. Apa karna ayahnya masuk rumah sakit dia jadi panik sore kemaren. Bahkan bajunya masih baju yang dipakai kemaren. Ternyata ini keluarganya yang diceritakan Hainal'' batin Haikal memperhatikan mereka.

''Baik pak Eri kita lakukan pemerikasaannya sekarang'' ucap Haikal ramah sambil tersenyum. Alea yang melihat sikap Haikal berbeda dari yang dikenal hanya diam saya.

Alan membantu ayahnya berbaring diatas tempat tidur. Perawat mulai memasang alat pemeriksaan di dada Eri.

Setelah melakukan serangkaian pemerikasaan. Haikal menyarankan ayah Alea untuk dirawat beberapa hari lagi. Setelah melihat hasil Rontgen paru-paru ayah Alea.

Alea hanya menganguk saja. Dia tidak bicara sepatah katapun sampai mereka kembali keruang rawat. Hanya Alan yang sibuk bertanya. Dengan senang hati Haikal menjelaskannya.

Terpopuler

Comments

lily

lily

nyesek nya sampai sini sih,,,, tpi mau tidak mau Haikal harus ngasih tau paling tidak alea bisa berkunjung k makam hainal stlah menata hatinya

2024-04-29

0

--THIS FSCA--

--THIS FSCA--

kasian si alea walaupun cintanya tdk bertepuk sebelah tangan tp mustahil untuk bersatu karena Si cowok dah meninggal

2022-05-01

1

Almira

Almira

mengandung bawang thor 😭😭😭

2022-05-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!