Part#9

Sementara Alea singgah sebentar diruang resep untuk mengambil obat ayahnya yang sudah habis. Karena belum gajian. Obat yang diambil Alea masuk kedalam catatan bonnya. Pas gajian akan dipotong.

Alea duduk sebentar disana. Dia ingin menceritakan kepada Dewi apa yang dibicarakan dengan bosnya. Tapi Tristan masuk. Mereka tidak jadi bergosip. Alea kemudian pamit.

Ketika Alea keluar ruang resep dia melihat Surya dan Haikal sedang berbicara di kursi pasien. Tatapan mata Alea dan Haikal sempat beradu. Dengan cepat Alea mengalihkan pandangannya. Karena detak jantungnya tidak karuhan. Membuat Alea jenggah.

''Mungkin karena aku masih memikirkan bang Hainal. Sehingga ketika melihat dokter ini jantungku jadi tidak karuhan''batin Alea.

''Kamu belum pulang?'' tanya Surya membuyarkan lamunan Alea.

''Iya, ini saya mau pulang pak. Kalau begitu saya permisi dulu pak'' jawab Alea tersenyum. Dia segera meninggalkan Surya dan Haikal. Haikal masih menatap punggung Alea sampai dia hilang dari pandangannya. Surya yang melihat Haikal menatap kepergian Alea mulai bicara.

''Dia karyawan teladan disini. Kalau tadi dia membuat kesalahan tolong sekali ini kamu maafkan. Biasanya dia anak yang sangat teliti'' ucap Surya. Dia ingin terlihat seperti bos yang baik didepan Haikal. Apalagi Haikal orang yang sangat disukai anaknya. Dia menaruh harapan Haikal mau menjadi menantu. Papa Haikal adalah teman baiknya. Kemungkinan besar keinginan Surya bisa tercapai.

''Iya om'' jawab Haikal singkat.

''Dia tidak menyapaku padahal bukan om Surya aja yang disini'' batin Haikal.

Setelah berbicang-bincang Haikal pamit untuk istirahat. Surya juga mau pulang namun dia menunggu Tasya selesai praktek dulu. Surya menunggu Tasya diruang resep. Membuat ruang yang tadinya ramai jadi hening mengcekam. Mereka merasa takut dengan tatapan Surya. Padahal Surya hanya duduk saja.

Setelah ganti baju Haikal merebahkan badannya ditempat tidur. Matanya tidak mau tidur padahal badannya terasa letih. Tadi ketika mengobrol dengan Surya matanya sangat mengantuk.

Pas Alea sedang bicara dengan Surya dilantai dua. Haikal yang mau mengambil sesuatu kelantai tiga tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Haikal tertegun mendengar semua yang dikatan Alea. Disana Haikal tahu kalau kosongnya obat yang dia resepkan tidak sepenuhnya salah Alea. Selain Tasya dan Tristan tidak memberitahunya. Medrep berno juga salah karna mengatakan stok ada diapotek.

''Kenapa dia tidak menjelaskan semuanya tadi seperti dia menjelaskan sama om Surya. Biar aku gak begitu marah kepadanya. Apalagi tadi aku juga menyinggung ibunya yang telah meninggal'' sesal Haikal.

Haikal masih terbayang bagaimana perubahan wajah Alea ketika dia dan Tasya menyinggung ibunya.

''Apa dia begitu menyayangi ibunya. Aku sendiri dari kecil selalu di abaikan mama. Bagaimana rasanya dipedulikan seorang mama ya? Hanya nenek yang peduli denganku. Dia juga seperti ingin menangis ketika Tasya menghina ibunya'' ucapnya lagi sambil berpikir.

Haikal mengambil sebuah buku untuk mengalihkan pikirannya. Tapi masih saja teringat akan Alea. Dia juga teringat ketika Alea yang keluar dari tempat tinggal karyawan hanya mengunakan mukena. Membuat Haikal senyum sendiri.

Sementara Alea sampai dirumah. Dia memberi salam tapi tidak ada yang menjawab. Keadaan rumah terlihat sepi. Sebelum kekamarnya Alea pergi kekamar ayahnya. Untuk mengantar obat yang dia ambil diapotek tadi.

''Ayah ini Lea bawa....'' ucapan terhenti ketika melihat ayahnya susah bernafas. Dia sedang duduk dipinggir tempat tidur. Alea langsung menghampiri ayahnya dan memberikan inhaler untuk dihirup ayahnya. Beberapa kali hirup nafas ayahnya kembali tenang.

''Ayah tidur dulu. Biar Lea ambilkan minum untuk ayah minum obat'' ucap Alea membantu ayahnya berbaring dan menyelimutkannya.

Alan pulang ketika melihat Alea keluar dari kamar ayahnya.

''Assalamua'alaikum'' Alan memberi salam.

''Wa'alaikumsalam, kamu baru pulang Al?'' tanya Alea.

''Iya kak, banyak tugas yang aku cari. Kakak mau kemana?'' tanya Alan.

''Kakak mau ngambil minum untuk ayah dulu'' jawab Alea.

''Ayah kenapa kak?'' tanya Alan mengikuti Alea kedapur.

''Tadi pas kakak pulang. Kakak lihat ayah susah bernafas. Asmanya kambuh lagi ditambah sudah dua hari obat hirupnya habis. Kakak takut penyakit ayah tambah parah'' jelas Alea.

''Tapi ayah tidak ada bicara sama aku kalau obatnya habis. Aku juga tidak melihat kalau asma ayah kambuh dua hari ini'' ucap Alan.

''Iya, dia tidak mau merepotkan kakak. Tapi akibatnya malah lebih fatal. Untung tadi kakak cepat memberinya obat hirup. Alhamdulillah sekarang nafas ayah sudah kembali tenang'' jawab Alea. Dia segera pergi kekamar ayahnya diikuti Alan

''Minum obat dulu yah'' Alea membangunkan ayahnya. Eri duduk dibantu Alan. Alea memberikan beberapa butir obat untuk diminum ayahnya.

''Bagaimana sekarang. Apa ayah masih susah bernafas? Sepertinya nafas ayah berbunyi lagi ketika tidur. Bagaimana kalau besok kita kerumah sakit untuk chek up'' usul Alea.

''A-ayah s-sudah tidak a-apa-apa'' jawab Eri walau dengan nafas yang sedikit sesak. Alan mau ngomong tapi di tahan Alea.

'' Ya udah, ayah tidur lagi'' ucap Alea. Dia membantu Eri berbaring.

Setelah ayahnya tidur Alea keluar kamar diikuti Alan. Mereka duduk diruang tamu.

''Maaf aku kak'' ucap Alan sedih.

''Kenapa kamu minta maaf?'' tanya Alea heran.

''Aku tidak bisa jaga ayah dengan baik. Padahal kakak sudah susah payah bekerja mencai uang. Sedangkan aku...'' kata Alan terpotong.

''Kamu tidak salah, tugas kamu sekarang bukan hanya menjaga ayah tapi juga belajar. Apa yang terjadi sama ayah hari ini bukan salahmu. Ayah sangat menyayangi kita. Dia tidak ingin merepotkan anaknya. Sehingga ketika obatnya habis dia memilih untuk tidak mengatakannya. Dia ingin bertahan tanpa obat. Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Bagi kakak kalian orang yang sangat kakak sayangi. Seberat apapun pekerjaan kakak. Ketika mengingat kamu dan ayah kakak jadi kuat dalam menjalaninya'' jelas Alea.

''Tapi aku laki-laki, seharusnya aku yang melindungi kakak saat ini. Bukan sebaliknya'' ucap Alan terisak.

''Ada masanya dimana kamu akan menjadi tempat kami bersandar. Untuk itu kamu harus rajin belajar. Raih semua mimpimu sampai sukses dan saat itu kami akan bersandar kepadamu'' kata Alea lembut. Dia mengusap kepala adiknya. Sejak lahir Alan tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Baginya Alea kakak sekaligus ibu. Karena Alea dia tidak kekurangan kasih sayang seorang ibu.

''Sekarang kamu istirahat, biar kakak yang jaga ayah'' ucap Alea.

''Kakak saja yang istirahat. Besok aku tidak ada jadwal kuliah. Malam ini biar aku yang tidur dikamar ayah'' jawab Alan.

Alea mengangguk tanda setuju. Badannya juga terasa sangat letih. Besok dia akan sibuk diapotek. Karna dari hari selasa sampai kamis sales obat dari kota akan datang keapoteknya. Selain untuk untuk mengorder barang mereka juga datang membawa faktur yang sudah jatuh tempo. Tugas Alea untuk mengecek dan membuatkan giro pembayaran.

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

bapaknya,alea asma. aq kira tadi tbc

2022-08-31

0

🌺awan's wife🌺

🌺awan's wife🌺

bagus tapi koq masih sepi sih

2022-04-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!