Hari ini suasana tenang. Mungkin karna hari minggu tidak ada dokter praktek di lantai satu. Alea masih berkutak atik dengan pekerjaannya. Menjelang sore Tristan datang keruangan Alea hanya mengingatkannya untuk menyiapkan laporan hari ini juga. Dia kemudian pergi entah kemana.
Alea menelpon adiknya memastikan ayahnya tidak lupa minum obat.
Tut,tut,tut.
''Assalamu'alakum kak''
''Wa'alaikumsalam, kamu dirumah Al?''
''Iya kak, hari ini aku gak kemana-mana''
''Ooo, apa ayah minum obatnya dengan teratur?''
''Iya, kakak masih tidur diapotek malam ini?''
''Belum bisa kakak pastikan''
''Apa kakak tidak capek lembur terus?''
''Bohong kalau kakak bilang tidak capek. Tapi mau gimana lagi. Uang lemburnya lumayan. Kamu tahu sendiri kita sekarang ini butuh uang. Apalagi hutang kakak sama pak Surya masih banyak. Uang yang penting sekarang''
''Yang penting kakak jaga kesehatan, jangan makan mie terus'' nasehat Alan.
''Ya udah kakak kerja dulu''
Telepon dimatikan. Ketika Alea sedang menelepon Haikal lewat. Dia mendengar Alea membicarakan tentang uang.
''Gak dimana-mana semua cewek sama saja. Sedikit-dikit uang'' gumam Haikal tanpa tahu apa yang sebenarnya dibicarakan Alea. Dia merasa tidak suka dengan Alea yang menurutnya sangat mementingkan uang.
Alea menyelesaikan laporannya jam dua belas malam. Dengan langkah gontai di menaiki tangga. Dilihatnya lampu dalam tempat tinggal Haikal sudah mati. Alea langsung masuk kamar untuk tidur. Untungnya Alea sudah sholat isya jadi dia bisa langsung tidur.
Pagi hari seperti biasa Alea turun kelantai dua. Dia turun agak telat. Rekan kerjanya yang lain sudah datang.
''Novi, kakak mau kekantor pajak dulu. Ntar kamu kirim pesan apa saja barang yang kosong selesai Satria dan Bima mengambilkan pesanan orang apotek bawah'' titah Alea.
''Baik kak'' jawab Novi.
''Kalau bang Tris cari bilang saja kakak kekantor pajak'' ucap Alea lagi. Novi mengangguk.
Alea memasukan berkas dan laporan pajaknya kedalam tas. Dia langsung turun kelantai satu.
''Mau kemana Lea?'' tanya Dewi.
''Kekantor pajak kak'' jawab Alea.
''Tris mana, bukankah tanggungjawab dia. Kenapa kamu yang pergi? Padahal kerjaanmu diapotek banyak'' tanya Dewi.
''Hmm, jangan tanya dia lagi kak. Kalau dia tahu dengan tanggungjawabnya tidak mungkin aku sampai lembur dua hari ini. Apa yang dia tahu selain makan dan game. Kasihan sekali pak Surya punya anak sepertinya'' jawab Alea.
''Haha, iya. Sudahlah gemuk malas pula'' ejek Dewi tertawa. Alea ikut tertawa. Saat itu Haikal yang mau pergi kerumah sakit lewat. Tapi dia tidak menyapa sedikitpun.
''Oo ya, kata Tasya dokter ganteng itu hari ini mulai praktek'' ucap Dewi ketika melihat Haikal diluar apotek.
''Apa kak Tasya bilang obat apa saja yang dipakai oleh dokter Haikal? Kalau dia masih memakai obat dokter yang lama kita jadi enak gak usah order lagi. Habiskan saja stok obat lama dulu. Tapi bisa gawat kalau obat yang dipakainya tidak ada diapotek'' jawab Alea.
''Kakak juga gak tahu. Soalnya Tasya sampai sekarang tidak memberi tahu. Dokter Haikal juga gak ada datang keruangan untuk membicarakan obat yang akan dipakainya. Apalagi si Tris tidak bisa diharapkan'' jelas Dewi.
''Ya udah kak, Ntar kabari aku saja kalau sudah ada infonya. Aku pergi dulu biar cepat selesainya'' pamit Alea. Dewi mengangguk.
Alea pergi ketempat motornya yang terparkir diluar apotek. Dia segera menghidupkan motornya dan meninggalkan apotek. Ketika dilampu merah motor Alea berhenti tepat disamping mobil Haikal. Alea yang tidak tahu itu mobil Haikal cuek saja. Dia fokus melihat lampu. Haikal memperhatikan Alea dari dalam mobil. Tapi dia malas menyapanya.
Pas lampu hijau Alea langsung melajukan motornya menuju kantor pajak. Karna arah rumah sakit searah dengan kantor pajak. Mobil Haikal melaju dibelakang motor Alea.
''Kemana dia pagi-pagi gini?'' tanya Haikal sendiri.
Alea belok kanan masuk kearea kantor pajak. Sedang Haikal jalan lurus menuju rumah sakit. Lebih satu jam Alea dikantor pajak. Setelah selesai Alea kembali ke Apotek. Sebelum kembali dia singgah dulu mencari makanan. Soalnya Alea tidak sempat sarapan tadi.
Jam sebelas Alea sampai diapotek. Selesai makan Alea kembali kerja. Semua barang juga sudah diordernya.
Tristan baru sampai diapotek. Dia langsung mencari Alea.
''Gimana pajaknya?''
''Sudah selesai'' jawab Alea
''Bagus, aku mau keruangan dulu'' ucap Tristan.
''Apa bang Tris sudah menyetor ke bank? Banyak giro yang harus cair hari ini'' tanya Alea.
''Oh aku lupa. Ini kamu saja yang setor''
''Ya Allah bang. Kenapa belum disetor sih. Ngapain aja bang Tris dari pagi?'' tanya Alea.
''Biasa, aku baru bangun tidur langsung kesini'' jawab Tristan santai. Sambil menyerahkan tas yang berisi uang dan buku tabungan.
''Aku masih banyak kerjaan bang. Tidak bisakah bang Tris yang pergi ke Bank?'' tolak Alea.
''Aku malas, kamu saja yang pergi. Biasanya perusahaan akan mencairkan giro siang hari. Kalau sampai uang di tabungan kosong kamu bisa dimarahi papa'' ancam Tristan.
''Bukan aku yang dimarahi. Tapi bang Tris yang akan kena marah. Soalnya ini tugas bang Tris'' jawab Alea.
''Jadi kamu gak mau? Aku ini bosmu. Mau bonus sama lembur bulan ini aku potong?'' ancam Tristan.
''Bosku pak Surya'' jawab Alea.
''Tapi semua yang menyangkut bonus dan uang lembur melalui persetujuan aku'' ucap Tristan sombong.
''Iya, mana tasnya'' Alea akhirnya menyerah berdebat. Dia tidak mau uang lemburnya dipotong. Walau bagi orang lain uang itu tidak seberapa. Tapi bagi Alea sangat berarti. Apalagi obat ayahnya juga hampir habis. Dia harus manebus obat baru yang memerlukan uang tidak sedikit.
''Nah gitu dong. Kalau kamu nurut semua urusan jadi gampang. Sekalian ambil giro baru. Soalnya giro kita tinggal sedikit'' ucap Tristan senang.
Alea tidak menjawab. Hatinya sangat kesal tapi dia hanya bisa diam. Dengan cepat Alea turun kelantai satu menuju motornya.
Karena terburu-buru Alea tidak mendengar panggilan Dewi. Dia langsung naik motornya dan pergi ke Bank. Sejam kemudian Alea kembali ke Apotek.
Dia sholat zuhur dulu. Baru melanjutkan pekerjaannya. Dia harus menyiapkan pekerjaannya hari ini. Karna besok sampai hari kamis Alea sibuk dengan sales obat yang datang keapotek.
Jam setengah lima Alea sedang bersiap-siap untuk pulang. Sudah dua malam dia tidur diapotek. Tiba-tiba salah satu asisten apoteker mencarinya kelantai dua dengan terburu-buru.
''Kak Lea gawat...'' ucapnya terputus-putus.
''Ada apa Santi?'' tanya Alea.
''Dokter ganteng, eh maksudku dokter Haikal sedang marah-marah diruang resep. Biarpun ganteng tapi pas dia marah serem juga'' jelas Santi.
''Kenapa dia marah?'' tanya Alea heran.
'' Salah satu Obat yang dia resepkannya tidak ada diapotek. Kak Dewi sudah mengusulkan untuk diganti dengan obat yang sama dari pabrik lain. Tapi dia tidak mau. Dia ingin bertemu dengan orang yang bertanggungjawab atas stok barang'' jelas Sinta.
Alea bingung karna dia sendiri tidak tahu kalau dokter Haikal mengunakan obat yang berbeda dari obat yang ada diapotek. Alea juga tidak pernah menerima referensi obat apa yang dipakai Haikal dari siapapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
lily
la ini , harusnya apotkernya tnya ke doktrnya biasanya pake obat apa aja biar cepet diorderkan sblum doktrnya praktek tpi ya bngung jga sih gak mungkin hari ini pesan bsok barangnya sudah tiba2 Dateng sedngkn tuhh dokter Haikal prakteknya kan cpet haduh pusing
2024-04-29
0
Rhyna
lanjut🌹🌹🌹🌹🌹🌹😁
2022-04-19
1