Part#17

Haikal terkejut mendengar nama Hainal. Dia dengan cepat menahan tangan Alea dari belakang. Alea tambah terisak menangis. Dia sebenarnya tidak ingin melihatkan hatinya yang rapuh kepada oranga lain. Tapi semua yang ditahan selama ini tidak bisa terbendung lagi.

''Kamu kenal dengan Hainal?'' tanya Haikal memastikan lagi.

''Untuk apa anda menanyakannya. Kalau anda sudah tidak ingat dengan saya'' jawab Alea berusaha melepaskan tangannya dari pegang Haikal.

''Kamu harus menjelaskan semuanya'' ucap Haikal lagi. Alea membalikan badan. Mungkin ini saat dia untuk mengeluarkan semua yang di rasakan selama ini. Haikal terkejut melihat wajah Alea penuh dengan air mata. Dia sendiri tidak mengerti apa yang terjadi.

''Apa yang perlu saya jelas kepada anda. Sedangkan anda sendiri tidak ingat saya'' ucap Alea memegang dadanya yang terasa perih.

''Delapan tahun saya menunggu. Anda pergi begitu saja tanpa memberitahu saya. Setiap hari saya menunggu kalau anda akan datang lagi. Karna anda pernah berjanji akan menemui saya lagi jika suatu saat anda berhasil menjadi dokter. Saya yang dengan bodohnya selalu menginggat janji itu dan menunggu. Hanya pena ini kenangan yang anda tinggalkan sebelum pergi. Sekarang anda kembali kesini dan tidak ingat dengan saya sebagai teman yang menunggu anda selama delapan tahun tanpa kabar. Kalau anda lupa dengan saya setidaknya anda ingat dengan pena ini. Anda muncul mengunakan nama lain. Saya pernah berpikir kalau anda orang yang berbeda. Tapi wajah anda tidak ada bedanya'' ucap Alea masih menangis.

''Kamu salah paham dengan semuanya'' kata Haikal. Dia ingin menjelaskan kalau dia bukan Hainal. Wajar Alea tidak tahu. Karna Hainal adalah saudara kembarnya.

'' Iya, saya memang salah paham. Karna itu saya ingin mulai sekarang tetaplah anda seperti ini tidak mengenal saya. Karna kita bukan teman lagi'' ucap Alea memberikan pena kepada Haikal. Dia langsung meninggalkan Haikal yang masih tertegun. Alea masuk ketempat tinggal karyawan tapi dia kembali lagi.

''Selimut dan seprainya tinggal'' kata Alea manggambil plastik yang berisi seprai dan selimut kemudian masuk ketempat tinggal karyawan dengan membanting pintu.

Haikal terkejut mendengar bunyi pintu. Dia memperhatikan pena dengan teliti. Dia baru ingat kalau sebenarnya pena itu adalah punyanya. Saat keluarganya pindah kesini karna papanya pindah tugas. Hainal meminta sesuatu yang Haikal punya dan sangat spesial baginya. Haikal yang waktu itu tidak ikut pindah karna mamanya menyuruh dia tinggal bersama neneknya. Sebagai anak kembar umumnya yang tidak bisa berjauhan. Haikal memberikan pena ini kepada Hainal. Supaya dia merasa Haikal berada didekatnya. Inisial HF adalah namanya yang Haikal ukir sendiri dipena itu.

''Iss, bodohnya aku tidak bisa mengenali penaku sendiri'' umpat Haikal mengusap kasar wajahnya.

''Apa dia cewek yang pernah diceritakan Hainal. Melihat betapa kecewanya dia pasti dia sangat menyukai Hainal. Tapi bagaimana aku menjelaskan tentang Hainal kepadanya. Bisa-bisa dia tambah hancur ketika mengetahui kenyataannya'' ucap Haikal lagi. Dia ingin menemui Alea. Tapi karna ada hal yang penting dia kerjakan. Haikal berencana menemui Alea besok.

Alea masih melepaskan sesak yang terasa didadanya.

''Hiks,hiks bodohnya kamu Alea. Kenapa dulu kamu tidak mencari tahu tentang hidupnya. Kalaupun dia tidak cerita setidaknya kamu harus tahu tentang keluarganya. Sekarang baru kamu tahu dia berasal dari keluarga kaya. Mana mungkin orang kaya seperti dirinya mengingatmu yang bukan siapa-siapa. Karna cinta monyet membuatmu buta. Kamu sudah puas hanya dengan janji yang dia buat. Sehingga menunggunya dengan sia-sia seperti kata Raisa'' umpat Alea masih terisak.

Setelah puas menangis Alea pergi kekamar mandi untuk membasuh wajahnya. Beruntung Alea kalau menangis matanya tidak sembab. Jadi dengan sedikit polesan bedak wajahnya kembali seperti tidak pernah menangis. Hanya matanya yang sedikit merah. Alea bisa mencari alasan matanya kemasukan debu saat bersih-bersih.

Ketika Alea keluar dari tempat tinggal karyawan dilihatnya pintu tempat tinggal Haikal sudah tertutup.

''Untung dia sudah pergi. Malunya aku kalau sempat bertemu dengannya sekarang'' gumam Alea.

Alea turun kelantai dua. Novi masih sibuk menginput faktur pembelian. Sedangkan Bima dan Satria sedang mengecek barang masuk didalam gudang. Tristan yang tidak kelihatan.

Alea langsung duduk dikursinya. Dia menatap layar komputer didepannya. Pikirannya masih belum fokus sampai Novi berbicara.

''Sudah selesai bersih-bersihnya kak?''

''Sudah'' jawab Alea singkat.

''Cepat selesai ya. Apa ulatnya banyak kak?'' tanya Novi penasaran

''Tidak ada satupun ulat yang ketemu sama kakak. Tempat tinggalnya masih bersih dan rapi. Jadi tidak begitu banyak yang kakak bersihkan'' jawab Alea.

''Trus kenapa kak Tasya bilang disana banyak ulat?'' tanya Novi.

''Kakak juga tidak tahu'' jawab Alea mengangkat bahunya.

Tristan keluar dari ruangnya dengan wajah bangun tidur.

''Mana kuncinya?'' tanya Tristan.

Alea baru ingat dia lupa membawa kunci karna sedang marah.

''Aduh bagaimana cara ngomongnya sama bang Tris'' bantin Alea.

''Hei, kok kamu benggong. Cepat sini kuncinya saya mau pergi keluar'' ucap Tristan meninggi.

''Anu bang. Kuncinya sama dokter Haikal'' jawab Alea ragu. Tristan mengrenyitkan keningnya.

''Kok bisa?''

''Tadi pas aku selesai bersih-bersih dokter Haikal datang. Jadi aku pergi meletakan seprai dan selimut kotor kesebelah. Kuncinya aku tinggal tergantung dipintu. Ketika aku balik lagi pintu sudah dikunci dokter Haikal. Dan kuncinya dia bawa'' jelas Alea. Walaupun dia tidak yakin Tristan akan percaya.

''Ya udah, ntar saya suruh Tasya meminta kuncinya sama dokter Haikal'' ucap Tristan berjalan keluar.

Alea bernafas lega. Dia baru ingat kalau anak bosnya hanya pintar dalam bermalasan saja.

Sementara Haikal dirumah sakit masih kepikiran dengan Alea. Dia tidak menyangka akan terjadi kesalahpahaman seperti ini. Wajar Alea mengatakan kalau dia Hainal. Orang tuanya sendiri juga sering keliru antara mereka berdua.

''Aku harus cari tahu hubungan mereka berdua. Mungkin didalam buku harian Hainal dia menulis tentang Alea. Malam ini aku harus baca buku harian Hainal'' ucap Haikal.

Lima tahun lalu Haikal menemukan buku harian Hainal dikamarnya. Karna dia ingin selalu merasa Hainal berada didekatnya. Dia membawa buku harian itu kemana dia pergi. Tapi sampai sekarang Haikal tidak pernah membaca buku harian itu.

Alea bersiap-siap akan pulang ketika teleponnya berdering.

''Assalamu'alaikum Al''

''Wa'alaikumsalam, ayah kak'' Alan terdengar panik.

''Ayah kenapa?'' tanya Alea ikut cemas.

''Pas pulang, aku menemukan ayah tergeletak dengan nafas yang tidak beraturan dikamarnya. Sudah aku beri obat hirup tapi tidak ada juga perubahannya. Ayah malah tambah lemas kak'' jelas Alan.

Alea langsung menyambar tas selempangnya dan turun dengan cepat ditangga. Wajahnya terlihat panik. Dia sangat mencemaskan kondisi ayahnya.

''Kamu langsung bawa ayah kerumah sakit. Kakak dari sini langsung kerumah sakit'' perintah Alea.

''Iya kak, pak ujang yang mau ngantar kerumah sakit. Dia sedang mengambil mobilnya''

Telepon dimatikan.

Terpopuler

Comments

--THIS FSCA--

--THIS FSCA--

apa hainal sudah meninggal ya ?

2022-05-01

0

꧁ 🇨 🇭 🇾 🇾 🇾 🇷 🇦 🇦 🇦 ꧂

꧁ 🇨 🇭 🇾 🇾 🇾 🇷 🇦 🇦 🇦 ꧂

apa hainal sudah meninggal ya?

2022-04-24

1

Rhyna

Rhyna

lanjut lanjut lanjut kak ceritanya keren 😃😃😀

2022-04-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!