Part#7

Alea berusaha membujuk sales. Dia menjelaskan pentingnya obat itu sekarang.

''Tolong untuk hari ini aja bang. Fakturnya bisa menyusul dengan barang orderan lain. Abang bujuk bagian gudang disana. Aku janji seterusnya akan mengorder obat ini sama abang'' bujuk Alea

''Terus bagaimana cara mengirim kesana. Ekspedisi cargo sudah menjeput semua barang hari ini tadi jam empat''

''Asal obatnya bisa keluar dari gudang. Saya akan menyuruh orang menjemput kesana. Biar obatnya dikirim mengunakan travel yang berangkat malam ini''

''Ok, saya tunggu diperusahaan sampai jam enam''

''Makasih bang'' kata Alea senang. Dia lansung mematikan telepon.

Alea menghubungi kakak sahabatnya yang sedang berada dikota.

''Assalamu'alaikum Le''

...''Wa'alaikumsalam bang, apa bang Reno...

sedang sibuk. Bisa aku minta tolong?'' tanya Alea.

...''Hmm, kalau aku menolak kamu mau apa?''...

...''Ayolah kak, aku serius karna ini penting''...

''Nangis dulu''

''Bang Renooo''

''Hehe, kamu mau minta tolong apa?''

''Tolong ambilkan pesanan obat aku di perusahaan xxx. Salesnya menunggu sampai jam enam disana. Terus bang Reno kirim saja lewat travel yang berangkat malam kesini. Biar besok pagi aku yang jemput ke loket tempat travelnya.'' jelas Alea.

''Aku dapat apa kalau sudah membantumu?''

''Dapat senyum dari Raisa, hehe''

''Ya, gak seru. Apa gak ada yang lain? Jarang-jarang kamu menelponku seperti ini''

''Daripada dapat omelannya, bang Reno pilih yang mana?''

''Ok kalau begitu. Aku langsung kesana sekarang''

''Makasih bang'' kata Alea senang. Telepon dimatikan. Dia kemudian menghubungi sales untuk mengatakan kalau orang yang menjemput obat sudah berangkat ketempatnya.

Alea merasa lega satu masalahnya terselesaikan juga. Dia sangat bersyukur Allah memberikan kemudahan kepadanya. Akhirnya dia bisa pulang dengan tenang.

Dilantai dua hanya tinggal dia sendiri karna karyawan yang lain sudah pulang saat dia diruang resep tadi.

Karena habis menangis dan matanya sedikit sembab. Alea langsung memakai helm dan menurunkan kacanya. Supaya wajah sembabnya tidak terlihat saat turun kebawah. Apalagi pasien ramai menunggu disana. Dia malu kalau ada yang melihat wajahnya. Alea berjalan dengan cepat tanpa melihat kiri kanan. Dalam pikirannya bagaimana cepat sampai dirumah.

Ketika melewati ruang praktek Haikal. Dia tidak sengaja melihat Alea memakai helm dengan kaca tertutup. Dia tahu itu Alea karna helm yang dipakai sama dengan yang dilihatnya tadi pagi.

''Dasar aneh, pakai helm didalam ruangan. Kenapa tidak sampai ditempat parkir saja memakai helmnya'' gumam Haikal. Tapi Haikal kembali fokus sama pasiennya.

Alea sampai ditempat parkir motornya saat Tristan baru sampai diapotek.

''Hei kamu mau pulang?'' tanya Tristan. Alea tidak menjawab. Moodnya dalam kondisi tidak bagus terlebih melihat Tristan. Dia langsung menghidupkan motornya dan meninggalkan apotek.

''Iss kenapa dia diam saja. Apa moodnya sedang buruk tapi aku ini bosnya. Seharusnya dia menghargai aku sebagai bos. Temperamennya memang buruk'' omel Tristan menatap kepergian Alea.

Alea sampai dirumahnya menjelang magrib. Dia mengucapkan salam saat masuk rumah. Tapi tidak ada yang menjawab. Alea pergi kedapur. Dia dengar ada yang sedang mandi dikamar mandi. Dia kemudian pergi kekamarnya untuk mengambil handuk.

Alea duduk didapur menunggu ayahnya keluar dari kamar mandi.

''Kamu baru pulang nak?'' tanya Eri ketika melihat Alea sudah menunggu diluar kamar mandi.

''Iya yah, Alea mandi dulu. Soalnya sudah mau magrib'' jawab Alea langsung masuk kedalam kamar mandi. Eri hanya geleng kepala melihat anak gadisnya. Dia kemudian pergi kekamarnya.

Selesai sholat magrib Alea keluar kamar. Dia lihat ayahnya sedang duduk di kursi tamu yang sudah tua. Semua perabot dirumah itu terlihat tua. Karena mereka tidak mampu membeli yang baru.

''Kita makan malam sekarang?'' tanya Eri saat Alea duduk disampingnya.

''Alan mana yah?'' tanya Alea.

''Tadi dia bilang ada tugas yang harus dicari dengan temannya. Mungkin dia pulang agak malam'' jawab Eri.

''Kenapa nafas ayah berbunyi lagi? Terus sepertinya ayah kesulitan mengatur nafas?'' tanya Alea.

''Ayah gak apa-apa sayang'' jawab Eri tersenyum. Dia tidak membuat Alea khawatir.

''Apa obat ayah masih ada?'' tanya Alea.

''Obatnya hirupnya dua hari yang lalu habis'' jawab Eri.

''Kenapa ayah tidak memberi tahu Alea. Apa ayah tidak tahu kalau sampai ayah putus dengan obat itu akibatnya bisa fatal'' omel Alea.

''Tapi ayah gak apa-apa. Kamu lihat sekarang ayah baik-baik saja. Ayah tidak ingin terus tergantung sama obat. Dan Alhamdullilah dua hari ini nafas ayah baik saja tanpa obat'' jawab Eri. Dia merasa terlalu membebani Alea. Jadi dia mencari alasan supaya Alea tidak perlu memikirkannya. Apalagi melihat mata Alea sembab waktu mau mandi tadi. Eri yakin Alea sedang ada masalah ditempat kerjanya.

''Ayah bohong. Alea bisa melihat sendiri perubahan dari nafas ayah. Ayah sekarang sangat susah bernafas. Kenapa ayah tidak mengatakan sama Lea?'' tanya Alea sedih.

''Maaf ayah sayang. Ayah tidak mau membebani kamu terus. Harga obat yang ayah minum sangat mahal. Apalagi hutang kamu diapotek makin bertambah. Ayah sedih melihat kamu terus bekerja bahkan sampai lembur tanpa memikirkan kesehatan kamu sendiri. Ayah merasa gagal menjadi seorang ayah. Seharusnya ayah yang berada diposisi kamu sekarang'' jawab Eri sedih.

''Bagi Alea tidak masalah dengan semua ini asal ayah tetap bersama kami. Hanya ayah yang kami punya. Masalah uang atau utang gak usah aya pikirkan. Alea yang akan melunasinya. Terus kalau ayah tidak minum obat nanti akan membuat penyakit ayah semakin parah. Apa ayah mau dirawat dirumah sakit lagi?'' tanya Alea.

Eri tidak menjawab. Dia merasa bersyukur memiliki anak yang sangat peduli kepadanya.

''Biar Alea jemput keapotek obat ayah sekarang'' ucap Alea sambil berdiri. Namun tanganya ditahan Eri.

''Besok saja. Malam ini ayah masih bisa menahannya. Sebaikanya kita makan malam dulu'' ajak Eri.

Alea mengiyakan ucapan Eri. Mereka pergi dapur. Diatas meja sudah ada makanan yang dimasak Eri. Walaupun makan dengan lauk seadanya Alea sangat menikmatinya.

Selesai makan Alea langsung mencuci piring kotor. Dia masih kepikiran tentang obat ayahnya. Tapi ayahnya tetap tidak memperbolehkan Alea pergi menjemput obat ke Apotek.

Saat mereka berbincang-bincang. Handphone Alea berbunyi. Ternyata Surya bosnya menyuruh datang keapotek sekarang juga.

''Apa tidak bisa besok saja perginya?'' tanya Eri melihat Alea akan pergi.

''Pak Surya jarang ke apotek yah. Mungkin ada yang mau dia bicarakan sekarang'' jawab Alea.

''Apa kamu ada masalah diapotek?'' tanya Eri cemas.

''Ayah gak usah cemas. Tidak ada masalah diapotek kok'' jawab Alea tersenyum.

Dengan enggan Eri mengizinkan putrinya pergi. Hati Eri merasa tidak enak. Tapi dia percaya putrinya pasti akan baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

lily

lily

dmna pun knpa mesti ada spesies yg kaya Tristan di tmpt kerja

2024-04-29

0

Memyr 67

Memyr 67

bos semena mena seperti tristan, kenapa tidak dilaporkan ke bapaknya? owner apotik. kan banyak pegawai apotik yg menyaksikan bagaimana tristan "memperbudak" karyawannya.

2022-08-31

0

Almira

Almira

pak Surya ini masak tidak tau tabiat dan sifat anak2nya..gemess aku

2022-05-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!