Part#18

Haikal melihat Alea turun kelantai satu dengan wajah panik sambil menelpon. Kebetulan dia sedang berbicara dengan Tasya didepan ruang resep. Haikal ingin mengejar Alea tapi tidak jadi karna ada Tasya disana. Dia tidak ingin Tasya mempersulit Alea kalau melihatnya menemui Alea sekarang.

Alea sampai dirumah sakit. Dia menunggu Alan datang didepan ruang UGD. Tidak lama Alan sampai. Dia keluar dengan memapah ayahnya dibantu pak Ujang yang terlihat semakin lemas. Alea segera memanggil dokter yang berjaga diUGD. Kebetulan yang sedang jaga dokter Nanda.

Mereka segera memberi bantuan pertama untuk ayah Alea. Setelah memasangkan alat nebulizer lima belas menit kemudian nafas ayah Alea kembali stabil.

Alea dan Alan merasa lega. Pak Ujang pamit untuk pulang. Alea dan Alan mengucapkan terima kasih kepadanya.

''Kenapa ayahmu bisa sampai seperti ini? Apa dia rutin minum obat?'' tanya Dokter Nanda.

''Saya juga tidak tahu dok, tadi adik saya menelpon menemukan ayah tergeletak dilantai dengan kondisi seperti itu'' jawab Alea.

''Saya rasa dia tidak dapat menghirup obat Inhalernya. Sehingga dia seperti ini. Saya harap hal seperti ini tidak terulang lagi. Karna bisa berakibat fatal'' jelas Dokter Nanda.

''Iya dok, Terima kasih atas bantuannya'' jawab Alea.

''Untuk sementara ayahmu harus dirawat. Kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap paru-paru dan penyakit lainnya'' jelas Nanda lagi.

''Baiklah dok, tolong lakukan yang terbaik untuk ayah saya'' ucap Alea.

''Tentu, apalagi dia calon mertua saya'' canda Nanda. Alea hanya tersenyum.

Dokter Nanda kemudian pamit karna masih ada pasien yang masuk.

Malamnya ayah Alea sudah bisa dipindahkan keruang rawat. Mereka hanya bisa membayar ruang rawat kelas tiga yang paling murah.

''Kakak pulang saja dulu. Biar aku yang jaga ayah malam ini. Kakak pasti capek pulang kerja'' ucap Alan ketika mereka sudah diruang rawat. Ayahnya sedang tidur mengunakan selang oksigen.

''Kakak disini saja jaga. Besok kakak akan izin kerja kalau bisa'' jawab Alea.

Alan hanya mengganguk. Alea kemudian mengajak Alan duduk diluar ruang rawat. Disana ada kursi tunggu.

''Apa yang terjadi? Ayah tidak mungkin sesak nafas seperti itu kalau tidak ada penyebabnya'' tanya Alea.

''Aku juga tidak tahu kak. Ayah sudah seperti itu saat aku temukan. Tapi kondisi rumah sangat berantakan. Bahkan baju lemari ayah juga berserakan. Aku tidak sempat melihat kekamar kita'' jawab Alan.

''Kemungkinan ini ulah tante Rina dan suaminya'' ucap Alea yakin.

''Kenapa kakak seyakin itu?'' tanya Alan.

''Kamu tidak ingat kenapa dia datang beberapa hari yang lalu. Dia menginginkan sertifikat tanah. Pasti dia datang untuk mencari sertifikat itu kerumah'' jelas Alea.

''Kalau memang ini semua ulah mereka. Aku tidak akan memaafkan. Akan aku caru mereka sekarang. Gara-gara mereka kita hampir kehilangan ayah'' ucap Alan marah dengan mengepalkan tangannya.

''Kamu sabar dulu. Kita tanya ayah apa yang sebenarnya terjadi. Kakak tidak mau kamu bertindak gegabah. Bisa-bisa kita masuk penjara'' Alea menenangkan adiknya.

''Iya kak'' jawab Alan menurut.

Mereka kemudian masuk kedalam ruang rawat. Alea berencana pulang untuk menjeput selimut dan perlengkapan yang dibutuhkan selama dirumah sakit. Tapi Alan melarang. Dia takut kalau kakaknya pulang bertemu dengan tantenya. Akhirnya Alan yang pulang menjemput mengunakan motor Alea.

Haikal sudah naik kelantai tiga. Setelah menganti baju dia merebahkan badannya diatas tempat tidur.

''Ternyata dia pintar juga bersih-bersih dan merapikan kamar'' puji Haikal.

Dia kemudian mengambil buku harian Hainal yang terletak diatas meja. Buku yang tadi ingin dilihat Alea. Haikal mulai membacanya.

*Juli 2012

Hari ini pertama aku masuk kesekolah SMA favorit didaerah ini. Papa dan mama mengantarku mengunakan mobil. Mereka sangat cemas kalau aku pergi sendiri.

Dijalan menuju sekolah aku melihat seorang cewek berkerudung dengan wajah yang imut dan manis berdiri dipinggir jalan. Melihat seragam yang dipakainya dia juga anak SMA. Dia sedang berbicara dengan temannya. Ketika ditersenyum jantung untuk untuk pertama kalinya berdetak kencanya. Dua lesung dipipinya membuat dia sangat manis ketika tersenyum.

Aku terus memperhatikannya dari atas mobil ketika mobil kami melewati mereka. Aku melihat mereka menaiki sebuah angkot. Aku tidak tahu angkot kesekolah mana. Aku berharap bisa bertemu dan berkenalan dengannya disekolah yang baru ini.

Sampai di sekolah aku tidak melihat cewek yang aku lihat ditepi jalan tadi. Tapi aku melihat angkot yang dia naiki melewati sekolahku.

Besoknya setelah membujuk papa dan mama aku akhirnya diizini pergi sekolah menggunakan angkot. Entah kenapa aku tidak bisa tidur memikirkan cewek yang tidak aku kenal sama sekali. Aku harus bertemu dengannya kali ini.

Mungkin do'aku di dengar Tuhan. Angkot yang aku tumpangi berhenti didekatnya. Dia naik keatas angkot dan duduk disebelahku. Jantung jadi tidak karuan. Aku berpikir harus menyuruh papa memeriksa jantungku pulang sekolah nanti.

Aku ingin bicara dengannya tapi aku tidak tahu bagaimana cara memulainya. Karna selama ini aku tidak pernah bicara dengan seorang cewek seumuran denganku. Aku dapat ide pura-pura penaku terjatuh kelantai angkot. Maaf ya Haikal penamu harus aku korbankan.

Pas pena jatuh aku pura-pura tidak tahu. Dia mengambilnya dan memberikan kepadaku. Aku sangat senang melihat dia tersenyum sambil mengulurkan pena kepadaku. Aku langsung mengucapkan terima kasih dan menanyakan namanya. Ternyata namanya Alea Safitri. Nama yang menurutku indah. Dia bersekolah di SMK yang berada di sebelah sekolahku. Dia tenyata baru kelas satu sedangkan aku kelas tiga.

Aku selalu tidak sabar bertemu dengannya lagi. Jadi aku putuskan untuk pergi sekolah naik angkot tiap hari demi dekat dengannya.

Hubungan kami makin hari makin dekat. Kami menjadi teman. Dia anak yang ceria dan mudah bergaul. Membuatku nyaman selalu didekatnya. Dia juga suka bercerita tentang keluarganya yang bukan berasal dari keluarga mampu. Ayahnya hanya seorang pekerja serabutan. Ibunya sudah meninggal ketika dia berumur lima tahun. Ibunya meninggal karna melahirkan adiknya. Dia juga bercerita sangat menyayangi adiknya. Ayahnya tidak menikah lagi dan dia sudah mandiri dari kecil. Aku salut kepadanya.

Dia juga bertanya tentang keluargaku dan dimana aku tinggal. Aku terpaksa berbohong mengatakan kalau papaku hanya pegawai negeri biasa dan kami tinggal dirumah dinas. Aku takut kalau dia tahu papa seorang dokter sekaligus kepala rumah sakit. Dia akan menjaga jarak denganku

Aku menanyakan apakah dipunya nomor hape yang bisa dihubungi. Dia menjawab kalau ayahnya tidak sanggup membelikan dia hape. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah susah. Dia anak yang pintar. Selama sekolah dia mendapatkan beasiswa. Ayahnya hanya bisa memberi dia ongkos untuk sekolah saja tanpa uang jajan. Aku yang mendengarkan merasa sedih. Tapi dia tidak pernah mengeluhkannya. Satu hal lagi yang aku suka darinya*.

Terpopuler

Comments

Rhyna

Rhyna

yahh lanjut dong kk 😊

2022-04-24

0

Valen Angelina

Valen Angelina

apakah kembaran nya Uda meninggal

2022-04-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!