...Happy Reading...
Saat Sabrina masih mengambilkan aku obat didapur, tiba-tiba terdengar suara lembut wanita paruh baya yang sangat aku sayangi seperti ibu kandungku sendiri.
" Nak... kamu kenapa? apa kamu sakit? kenapa kamu lemas sekali?"
Dialah mamah mertuaku, seorang ibu yang penyayang dan sangat perhatian denganku, sangat memperdulikanku dan menyayangiku, melebihi rasa sayang kepada anak kandungnya sendiri.
" Mamah."
Aku langsung dibawa kedalam pelukannya, tanpa terasa air mataku langsung tumpah disana, entah apa jadinya kalau beliau mengetahui kelakuan putranya dan yang lebih terasa menyakitkan lagi, suatu saat kalau aku harus kehilangan dirinya, aku seolah tidak sanggup membayangkan itu semua.
Beliau sosok yang bisa diajak ngobrol serius, terkadang bisa seperti teman, seperti ibu bahkan dia seorang panutan yang sangat bijaksana. Namun entah mengapa mas William bisa jadi seperti ini.
Mungkinkah ini salahku? tapi suamiku tidak mengatakan sesuatu apapun denganku, bagaimana aku bisa tahu dimana letak salah dan dosaku?
" Astaga... kamu sampai nangis nak? pasti sakit banget ya? dimana William, kenapa mamah tidak melihatnya, istri sakit malah ditinggal ngapain sih dia?"
Lagi sibuk bercinta mah, bahkan dikamarku, tempat yang setiap harinya aku pergunakan untuk memanjatkan doa untuk kebahagiaan keluarga kecilku.
Aku seolah tidak sanggup untuk memasuki kamar bekas sisa-sisa percintaan mereka malam ini.
Tentu saja mamah langsung sewot, apalagi melihatku lemah tak berdaya seolah tak ada darah yang mengalir di tubuhku.
" Ini obatnya Gem, diminum dulu."
Sabrina bahkan berlari kearahku dengan tanpa alas kaki, dia membawa obat dan satu botol air mineral ditangannya, entah dia lempar kemana sepatu high heels miliknya.
Aku sungguh sangat berterima kasih, disaat aku terpuruk dan dikhianati orang yang paling aku cintai, Tuhan masih memberikan Sabrina untuk menghiburku dan menemani setiap langkah-langkahku.
" Kamu sakit apa sih nak?"
Mamah mertuaku bahkan sampai membantu memijit kepalaku perlahan, setelah satu obat penahan rasa sakit itu sudah masuk didalam kerongkongan leherku.
" Sakit hati tante."
Sabrina memang orang yang sering bicara ceplas ceplos, apalagi disaat sedang emosi.
" Hush... kamu ini jangan ngomong begitu."
Aku langsung memelototi sahabatku, bagaimanapun juga ini bukan salah mama mertuaku, dia tidak tahu apapun tentang hal ini, dia sudah membesarkan mas William dengan penuh kasih sayang, mungkin hanya mas William saja yang salah langkah.
" It's real, right?"
Sabrina semakin membuat mamah mertuaku kebingungan, wajahnya terlihat ragu dan ingin bertanya, namun wajah Sabrina terlihat tidak bersahabat, jadi aku rasa mama menahannya, karena dia sosok orang tua yang sangat peka.
" Ya sudah, biar mamah cari si Willian dulu ya, kamu tunggu disini saja."
" Jangan mah!" Aku langsung menarik lengannya, aku takut melihat mamah terluka dengan kelakuan anaknya.
" Loh... kenapa sih nak, ada apa?"
" Biarkan saja kali Gem, buat apa sih ditutup-tutupi, beliau kan emph..."
Aku langsung meminumkan sisa air mineral yang aku minum tadi ke mulutnya sambil mengeratkan gigiku kepadanya.
" Kamu ini haus sepertinya Na, minum yang banyak biar seger."
" Kenapa sih nak, ada yang kamu tutupi dari mamah?" Mamah terlihat kebingungan dari tadi.
" Tidak mah, tidak ada."
Mencoba tetap kuat adalah hal yang harus aku lakukan sekarang dan entah sampai kapan.
" Kalian kok ngumpul disini? ada mamah juga?"
Entah mengapa suara itu terdengar menyebalkan sekarang, padahal biasanya setengah hari saja tidak mendengar suara itu aku rindu, namun sekarang entah apa yang akan aku rindukan lagi.
" Kamu sedang apa? nggak lihat apa istrimu lagi ngak enak badan begini?" Sudah pasti Mamah langsung mengomeli suamiku, karena aku adalah menantu kesayangannya yang selalu membuatnya tertawa.
" Benarkah? kamu sakit yank? tadi baik-baik saja kan? mau ke rumah sakit sekarang?"
" Tidak usah, aku cuma sedikit pusing saja, istirahat sebentar saja mungkin sudah baikan.
Suamiku langsung mendekat kearahku, wangi harum sabun favoritku tercivm dari tubuhnya, sepertinya dia sudah mandi setelah pertempuran fanas yang tidak halal untuknya.
" Aish... mataku tiba-tiba terasa sakit, tubuhku merinding disini, aku tinggal kedepan ya Gem, cepat sehat, biar kuat menghadapi kenyataan."
Sabrina adalah orang yang sangat sulit menyembunyikan perasaan, kalau dia sudah benci dengan seseorang, melihat saja dia tidak sudi sepertinya, akhirnya Sabrina memilih meninggalkan kami di ruang tengah, namun aku lega, karena banyak yang harus aku lakukan sebelum pada saatnya nanti, akan aku bongkar semua kelakuan gila suami dan kakak iparku.
" Kamu mau istirahat saja dikamar?" Suamiku memeriksa suhu tubuhku dengan menempelkan tangannya dikeningku dan mengusap lembut pipiku.
Mata kami saling bertemu, sorot mata teduh yang selalu membuatku jatuh cinta berulang kali dengannya itu kembali aku pandang, tanpa terasa air mataku mengalir begitu saja.
" Sayang, apa yang sakit? kok kamu sampai nangis begini?"
" Hmm... kepalaku sedikit sakit mas."
Bukan kepalaku yang sakit, tapi hatiku yang hancur karena kegilaanmu yang tak terkendali itu mas.
Tidak aku sangkali, kalau perhatian mas William tidak ada yang berubah sedari awal aku menjadi istrinya sampai sekarang, dia selalu memanjakanku walau aku sering bawel dan merengek minta kesana kesini, dibelikan ini itu, selalu saja dia turuti walau kelihatan kesal.
Apa dia terlalu lelah menghadapi sifatku yang kekanakan seperti itu? aku kira kalau aku sering bermanja dengannya dia akan selalu rindu dengan gelak tawaku, namun ternyata aku salah, setelah aku pikir-pikir, yaa.. mungkin ini semua salahku.
Tapi bukankah dia bisa menasehatiku, bicara dari hati ke hati denganku, aku pasti akan bisa memahami perlahan, karena rasa sayangku dengannya bahkan sampai tidak bisa aku ukur sedalam apa.
Itu kenapa, saat dia berkhianat dariku, sakitnya sungguh luar biasa, bahkan disaat seperti ini aku tidak sanggup untuk membencinya.
Dialah sandaran hatiku selama ini, orang yang benar-benar aku percaya setelah abang Lewis dan Sabrina, kini sedikit demi sedikit rasa itu mulai terkikis.
Namun aku tidak boleh lemah, semakin aku lemah, semakin orang menindasku dan menggangap aku bodoh, aku harus bangkit, namun bisakah aku tanpanya?
Terlalu lama aku bergantung dengannya, kini aku seolah seperti berada diatas perahu dan diombang ambing oleh ombak, ditengah Lautan lepas.
" Mas gendong ke kamar ya?"
Dia langsung ingin menggendongku, namun entah mengapa aku merasa jijik saat membayangkan berada dipelukannya lagi, suara jeritan malam dirinya juga wanita itu, masih terngiang-ngiang dengan jelas ditelingaku.
" Nggak usah mas, aku masih kuat berjalan kok." Bahkan tubuhku terasa merinding saat ingin disentuhnya.
" Kenapa sayang? biasanya kamu paling suka aku gendong kan?"
Dia membelai rambutku perlahan seperti biasa, entah itu tulus dalam hati atau hanya didepanku saja, aku sudah tidak bisa mempercayainya lagi.
" Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja."
Itu dulu mas.. sekarang rasanya aku ingin muntah saat didekatmu, sakit mas... kenapa kamu torehkan luka begitu dalam dihatiku, saat aku selalu ada untukmu?
Apa ini alasanmu menunda kehamilanku selama ini, setelah aku pernah mengalami keguguran diawal pernikahan kita dulu?
Apa sejak saat itu kamu menduakanku dan bermain serong dibelakangku, dengan kakak iparku atau bahkan juga dengan yang lainnya?
Rasa-rasanya seribu pertanyaan pun tidak cukup untuk mewakilkan tentang bagaimana rasa kecewaku dengan lelakiku ini.
Sakitnya tertusuk tidak sebanding dengan sakitnya melihatmu selingkuh didepan mataku.
Selamat atas penghianatanmu yang sudah membuatku kecewa, dan terimakasih sudah mengingatkanku akan kesadaran tentangmu.
(Suara hati istri yang tersakiti )
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Atoen Bumz Bums
berasa nonton sinetron ikan terbang
2024-08-10
0
Asngadah Baruharjo
semangat 45 gem
2023-10-14
1
Rustan Sarny Apul Sinaga
buat istrinya jadi strong thor, jangan lemah krn cinta
2023-09-20
0