Setelah mencoba berulang-ulang, akhirnya Noah tau bahwa Bell adalah nama Sistemnya.
Cukup dengan memikirkan kata Bell saja, atau menyebutnya langsung, Panel Sistem akan muncul atau tertutup dengan sendirinya.
Karena ponselnya hilang, Noah menyempatkan diri menguji Bell sekali lagi saat membeli ponsel baru. Dan ternyata itu benar-benar berfungsi.
Siang itu Noah memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Sebenarnya, tidak bisa disebut sebagai miliknya. Karena Noah hanya membayar sebagian kecil biaya sewa. Bisa dikatakan, Noah hanya setengah menumpang di sana.
Saat tiba di depan pintu tempat tinggalnya itu, Noah mendengar pertengkaran Robert dan pacarnya, Silvia.
"Silvia, dia temanku. Bagaimanapun, kami membayar sewa apartemen ini, berdua."
"Robert. Jika begitu kau bisa menyuruhnya mencari tempat lain, Agar aku bisa tinggal di sini."
"Silvia, kita bisa tinggal di sini bersama—"
"Hah?! Kau mengajakku tinggal di sini bersamanya? Kau tidak takut apa yang akan dilakukannya padaku saat kau tidak ada?!"
"Noah bisa dipercaya. Dia begitu setia pada Lucy dan Lucy sangat pintar dan juga, cantik. Tidak mungkin dia akan melirik gadis lain."
"What the F**k , apa kau baru saja mengatakan bahwa Lucy itu, lebih cantik daripada diriku? ... Begitu?!"
"Silvia, bukan begitu maksudku—"
"Ah, sudahlah. Jika kau tidak menuruti kata-kataku, maka aku akan ... "
"Kau akan apa?"
"Aku akan membuatmu, menyesal!"
Noah mendengar langkah kaki mendekat. Segera dia berbalik hendak pergi. Namun, saat itu pintu sudah terlanjur terbuka.
Noah merasa canggung karena tertangkap basah, telah menguping pembicaraan mereka.
Silvia memiringkan tatapannya saat melihat Noah. "Huh, dasar parasit!"
Setelah mengatakan itu, Silvia berderap pergi. Noah memperhatikan tubuh Silvia yang sedang berjalan membelakanginya.
"Huh, meski kau membayarku, aku tetap tidak tidak akan menyentuhmu." Gerutunya.
Pemuda itu terus melihat pacar temannya itu hingga masuk kedalam lift. Namun, sebelum menghilang, gadis itu mengacungkan jari tengahnya pada Noah.
Wajahnya yang sangat di benci Noah itu baru benar-benar menghilang, saat pintu lift tersebut, tertutup.
"B*tch" Umpatnya.
Noah sedikit melamun beberapa saat memikirkan apa yang di katakan Silvia. Bagaimanapun, Noah memang ikut membantu membayar apartemen ini. Meski tidak sebanyak yang di keluarkan Robert.
"Bro, sejak kapan kau berada di sini?"
Noah tertegun saat tiba-tiba Robert juga sudah berada di pintu.
"Ah tidak. Eh, maksudku, baru saja!"
"Ayo masuk! Ada yang hal ingin aku bicarakan denganmu."
"Robert! Sepertinya ... aku melupakan sesuatu. Aku akan kembali ... "
Tanpa menunggu tanggapan Robert, Noah segera pergi dari sana. Mengingat apa yang baru saja dia dengar, tentu saja Noah sudah atau hal apa yang akan di bicarakan temannya itu.
Noah bukan tidak mau pindah. Bahkan dia memang benar-benar berencana untuk indah saat ini.
Hanya saja, jika dia mengikuti Robert kedalam, Noah tau bahwa dirinya akan mendapati kenyataan bahwa Robert akan mengusirnya. Sehalus apapun caranya.
"Tidak. Setelah ini, aku tidak akan membiarkan siapapun merendahkanku lagi."
Noah berlalu, dengan sebuah tekad di hatinya. "Aku Noah Evans. Akan menjadi penguasa agar tidak ada seorang pun yang bisa menghinaku lagi."
****
Setengah jam kemudian, tanpa disadarinya Noah sudah berdiri di depan salah satu gedung Apartemen paling mewah di kota Silverstone.
Tentu saat ini Noah membutuhkan tempat tinggal. Karena uang yang dimilikinya sekarang tidak terbatas, Noah berfikir untuk membeli sebuah apartemen untuk tempat tinggalnya.
Lagipula, menurut Bell dia harus menghabiskan setidaknya seratus juta dollar dalam satu bulan agar levelnya tidak turun.
Karena Sistem benar-benar berfungsi, tentu saja hukumannya akan berfungsi pula.
Selama ini, Kemiskinan tidak mampu membunuhnya. Akan konyol sekali jika kekayaan lah yang akan memisahkan tubuh dan nyawanya.
Akan tetapi, ada masalah yang mengganggunya. Jika dia tiba-tiba bisa membeli sebuah apartemen mewah, bisa saja otoritas keuangan negara mencurigainya.
Noah belum begitu mengerti tentang bagaimana Sistem bisa membuat uangnya di bank dunia menjadi tidak terbatas.
Jadi menurutnya, lebih baik sedikit berhati-hati daripada mendapat masalah yang belum tentu bisa dia selesaikan saat ini.
"Noah! Itu kau bukan?"
Noah menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya. Sempat tidak mengenali orang itu, namun detik berikutnya dia mengingatnya.
"Ya. Nona Sanders. Ini aku."
Noah menelan ludah saat melihat seorang wanita cantik berumur awal tiga puluhan datang menghampirinya.
Pakaian wanita itu sangat seksi. Mini dress merah yang dipakainya membuat hampir seluruh bagian kakinya yang putih mulus itu, terekspos sangat jelas.
"Apa yang kau lakukan di sini? Apakah kau sedang mencari pekerjaan?"
Alice Sanders. Noah pernah bekerja paruh waktu di Club miliknya sebagai OB. Wanita ini cukup baik. Setidaknya, pada Noah.
"Oh tidak Nona Sanders, kebetulan aku hanya lewat. Bagaimana denganmu, apa yang kau lakukan di sini?"
"Soal itu ... Aku ... " Alice terlihat sedikit ragu untuk mengatakannya. "Ah sudahlah. Tidak penting ... Apakah kau sedang sibuk?"
Noah menggeleng. "Tidak. Apakah kau membutuhkan bantuanku?"
Karena Alice begitu baik padanya, Noah tidak segan-segan menawarkan bantuan pada mantan bos nya itu.
"Oh, tidak ... tidak. Jika kau tidak sibuk, Ayo ikut aku. Temani aku minum."
Karena sudah terlanjur mengatakan bahwa dirinya sedang memiliki waktu luang, Noah terpaksa mengikuti Alice.
Dengan mobilnya, setengah jam kemudian Alice dan Noah sudah berada Club miliknya. Namun, saat sampai di sana, Noah mendapati Club itu sedang tutup.
"Nona, Sanders. Kenapa tempat ini tutup?"
"Sudah, jangan banyak tanya. Ayo masuk."
Seperti apa yang di katakan Alice sebelumnya, wanita itu benar-benar butuh teman untuk minum.
Dari wajahnya, Noah bisa melihat bahwa sekarang wanita cantik ini, sedang ada masalah.
"Nona Sanders, apakah kau sedang ada masalah?"
Karena fikiran yang sudah sedikit dipengaruhi alkohol, Alice mengangguk.
"Ya. Aku memiliki masalah. Club ini akan segera di sita Bank. Itu kenapa aku menutupnya. Besok bank akan mengambil semuanya."
"Kau memiliki hutang di bank? Bagaimana bisa?"
Sepengetahuan Noah, selama dia bekerja disini. Club milik Alice ini cukup ramai pengunjung. Jadi, sedikit aneh jika tiba-tiba dia memiliki hutang hingga tak sanggup membayarnya.
"Ah, tidak penting lagi. Tetap saja aku tidak akan mampu membayarnya."
Noah hanya mengangguk mengerti. Tidak semua hal bisa di bagi. Saat ini Alice hanya butuh teman untuk minum, itu saja.
Namun, Saat itu tiba-tiba Noah teringat sesuatu. "Nona Sanders, berapa banyak hutangmu pada bank itu?"
"Hahahahhaha! Kenapa kau bertanya? Apakah kau mau membantuku membayarnya?" Alice kembali bertanya, sambil bercanda yang terdengar sangat, hambar.
"Aku tidak tau. Tapi, jika aku bisa, aku akan membantumu."
Alice menghirup nafas dalam dan melepasnya kasar. "Lima belas juta dollar dan harus di bayar besok. Jika tidak, bank akan mengambil semuanya." Jawabnya putus asa.
Noah kembali mengangguk. Dia tampak mempertimbangkan sesuatu. "Nona Sanders, jika aku bisa membayar hutangmu, bagaimana?"
Meski dia menganggap Noah hanya bercanda, namun Alice tetap menjawabnya. "Kau akan jadi pemilik Club ini. Dan aku akan bekerja untukmu. Hahahaha!"
"Baiklah, jika begitu, aku akan melunasi hutangmu."
Alice menggeleng. "Noah, kau pemuda yang baik. Aku tau itu. Tapi ini lima belas juta dollar. Bukan uang yang sedikit."
"Ya. Aku tau. Tapi bagaimana jika aku benar-benar memilikinya?"
Alice langsung memegang kedua pipi Noah dengan kedua tangannya. Wajahnya dia dekatkan pada pemuda itu dan menatapnya serius.
"Anak muda, jangan bercanda seperti itu denganku saat ini. Apakah kau benar-benar memilikinya?"
"Ya aku memilikinya." jawab Noah yakin dengan wajah terjepit kedua tangan Alice.
"Jika kau bisa menebus Club ini, aku akan bercinta denganmu, kapanpun kau mau." Tantang Alice.
"Nona Sanders, tidak perlu sampai begitu."
"Tidak, aku serius. Jika kau benar-benar bisa menebus dan mengambil alih Club ini, Maka kau bisa pegang kata-kata ku!"
"Baiklah, kalau begitu. Tapi, aku punya beberapa syarat."
"Aku akan menyetujui semuanya. Aku tidak perduli jika uang itu hasil darimu merampok bank atau menipu. Jika kau memang memilikinya. Cepat tolong aku menyelamatkan Club ini."
Alice benar-benar putus asa. Jika Noah benar-benar memilikinya, dia tidak peduli uang itu darimana. Yang jelas, saat ini dia hanya ingin menyelamatkan Club yang sudah di wariskan keluarganya ini.
"Baiklah, apakah alat pembayaran dengan menggunakan sidik jari di sini, masih berfungsi?"
"Tentu saja. Kenapa?"
"Bawa itu kesini, aku akan mentransfer uangnya ke rekening mu, sekarang!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Jeme Merinem
sipp ini novel yg kucari selama ber hari hari
2024-12-14
0
Andry Lenny
tetiba karyawan bs pny duit bejibun.... /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-02-21
1
SweetiePancake
#BayarTanpaKedip🥶
2024-02-08
0