World Order System : The Mafia
Selamat Datang dan Terimakasih telah berkunjung ke Novel ini.
Karya ini, merupakan pemenang kompetisi menulis Ketegori Pria Urban yang di adakan oleh MangaToon/NovelToon.
Aku tidak berharap banyak, tapi semoga kalian betah, dan mengikuti ceritanya sampai akhir.
Selamat Membaca.
****
"Noah, Kita sudahi saja hubungan ini!"
"Hah? ... Lucy, Jangan bercanda. Ini aku membawakan burger. Bukankah, kau belum makan malam?"
"Noah, aku tidak bercanda. Hubungan ini, kita sudahi saja."
Hampir dua tahun mereka menjalani hubungan, belum pernah sekalipun Lucy meminta putus. Tentu saja sekarang ini, Noah hanya menganggapnya bercanda.
"Lucy ... Ini tidak lucu. Ini, ambilah. Aku harus kembali."
"Noah aku—"
"Yo, Noah. Sepertinya kau memang bodoh. Apa kau tidak mendengarkan kata-kata gadis ini? Dia bilang, hubungan kalian sudah berakhir."
Noah dibuat terkejut. Seorang pemuda yang di kenalnya, baru saja muncul dan menyela pembicaraan mereka.
"Greg, kenapa kau di sini? ... " Sesuatu yang janggal langsung bisa Noah rasakan saat itu juga "Maksudku, kenapa kau bisa keluar dari kamar Lucy?"
Greg tak langsung menjawab. Pemuda itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya dan berjalan mendekat dan berdiri di belakang Lucy.
Mata Noah terbelalak saat melihat apa yang dilakukan Greg saat itu.
"Noah, apa dengan begini, kau baru mengerti?"
Greg memeluk Lucy dari belakang dan langsung mencium leher gadis itu. yang membuat Noah benar-benar terkejut adalah, tangan greg masuk ke selah baju Lucy dan terlihat menggenggam salah satu diantara dua gundukan di sana.
"Greg ... ! Apa yang kau lakukan, sialan!"
Saat Noah hendak maju dan menghentikan apa yang dilakukan greg pada pacarnya itu, tiba-tiba Lucy kembali bicara.
"Noah, aku bersama Greg sekarang. Apapun yang kami lakukan. Tidak ada hubungannya denganmu. Pergilah.!"
Noah langsung terdiam membatu. Otaknya benar-benar tidak siap menerima apa yang baru saja terjadi. Bahkan dia tetap diam saat Greg, menarik Lucy kembali ke dalam kamarnya.
"Lucy ... Sudah tinggalkan saja si bodoh ini. Mari kita lanjutkan apa yang tadi kita mulai. Setelah itu, aku akan mengajakmu makan di restoran mewah."
"Bruk!"
Noah tetap terdiam di tempatnya bahkan saat pintu tertutup. Dan itu tetap berlangsung setidaknya lima menit lamanya.
Kejadian itu, di saksikan beberapa gadis lain yang juga mendiami beberapa kamar lain di asrama itu. Noah bahkan tidak memperdulikan saat mereka merekamnya.
*****
"Anak muda, apakah kau keberatan untuk memberikan itu padaku?"
Noah terperanjat saat tiba-tiba suara seseorang muncul di sebelahnya. Saat dia menoleh, ternyata suara itu berasal dari pria yang sudah tua renta. Namun, sebuah senyuman ramah tersungging di wajahnya.
"Ya, Kek? ... Apa tadi katamu?
Senyum itu seketika menghilang. Saat ini kakek tua itu menatap Noah, heran. Jika dia tidak salah menerka, pria muda yang kini duduk di bangku taman kota ini, pasti habis menangis.
"Ada apa denganmu? Sepertinya hidupmu sangat kacau sekali."
Noah tersenyum masam. Wajahnya sedikit canggung saat ini. "Ya, hidupku sangat kacau."
Noah tidak ingat kapan terakhir kali dia menangis. Sejak kecil, hidupnya memang tak pernah mudah. Namun kali ini, sepertinya dia sudah sampai pada batasnya.
Akan tetapi, saat seseorang memergokinya sedang menangis, itu membuatnya sedikit canggung. Noah langsung menunduk menahan malu.
Melihat itu, sepertinya sang kakek mengerti. Tanpa ditawarkan, Kakek tua itu duduk di sebelahnya.
"Sebesar Apa masalah yang membuat pemuda gagah sepertimu, terlihat seperti kehilangan semangat hidup?"
Noah menggeleng. "Aku tak pernah menganggapnya masalah sebelumnya. Tapi, hari ini aku begitu malu. Bahkan, saking malunya aku jadi membenci diriku sendiri."
"Hahaha ... Biar ku tebak. Pasti ini tentang gadis, bukan?"
Noah, mengangguk pelan, lalu menggeleng. "Yah begitulah. Eh, tidak!" Noah tampak berfikir dan menimbang sesuatu. "Sepertinya Aku tidak menangisi gadis itu. Ini hanya karena apa yang dilakukannya padaku, sangat membuatku malu."
Noah menoleh, kening nya mengernyit heran. Dia berfikir, kenapa kakek di sebelahnya ini merasa akrab sekali padanya.
"Kek, apa kau kesini sengaja untuk menertawakan ku?"
Sang kakek menggeleng. "Tidak. Tapi ... "
Pria tua itu menggantung kata-katanya. Namun matanya mengarah ke sesuatu yang kini ada di tangan Noah. Benda itu adalah sebuah tas kertas.
Noah memperhatikan kakek itu sekali lagi. Kali ini, dia memindai seluruh tubuh kakek itu. Dari apa yang dikenakannya, Noah bisa menyimpulkan bahwa kakek ini mungkin seorang gelandangan.
"Kakek, Kau lapar? ... Ini, aku punya dua potong burger. Ambilah."
Noah langsung menyadari saat melihat arah pandangan lelaki tua itu, dia langsung menyodorkan apa yang ada di tangannya.
Tanpa menunggu lebih lama, sang kakek langsung menyambarnya. Tak lama, dia mengeluarkan satu potong burger dan langsung melahapnya.
Noah, kembali menunduk dan mengusap wajahnya. Dia kembali memikirkan apa yang beberapa saat yang lalu di alaminya.
"Aish ... Apa yang begitu memalukan. Lupakan saja dia dan cari penggantinya. Aku lihat, kau cukup tampan. Akan mudah bagimu menaklukkan banyak wanita di masa depan."
Noah tersenyum saat melihat pria tua itu makan dengan semangatnya. Entah kenapa, hal tersebut membuatnya bahagia.
Sekilas, burger yang dimakan kakek itu tak lagi terasa sia-sia di belinya. Setidaknya, bagi noah, kini ada orang yang masih mensyukuri makanan tersebut.
"Ini tidak sesederhana itu, kek! Aku rasa kau tidak akan mengerti."
"Hoho, anak muda. Kau meremehkan ku? Saat muda, aku di kelilingi banyak wanita. Kau bisa bertanya padaku, aku akan memberikanmu beberapa tips."
Kata-kata kakek itu, sama sekali tidak meyakinkannya. Namun, Noah tetap meladeninya. Setidaknya kehadiran kakek ini sedikit menghiburnya.
"Jadi, tips apa yang akan kau berikan?"
"Hahahhaa ... Anak muda. Kau harus menceritakan terlebih dahulu masalahmu. Jika tidak, aku tidak tau tips apa yang akan aku berikan."
Noah mengangguk. "Cukup adil. Baiklah, aku akan menceritakannya. Tapi, berjanjilah untuk tidak akan menertawakanku."
"Aku tidak bisa menjanjikan itu. Tapi, apapun masalahmu, aku akan memberikan kau jalan keluarnya."
Noah menggeleng tidak percaya, bagaimana seorang gelandangan akan memberikan solusi atas masalah yang tengah dihadapinya saat ini. Sementara, kehidupannya jauh lebih buruk dari apa yang sedang Noah alami saat ini.
Akan tetapi, Noah merasa beruntung saat ini ada teman untuk berbagi. Lagipula, dia tidak mengenal lelaki tua ini. Jadi, dia memilih untuk menceritakannya.
"Baiklah,Kek. Aku akan menceritakannya. Sebenarnya, kejadiannya seperti ini ... "
Mulailah Noah menceritakan kejadian yang sangat memalukan yang baru saja dia alami beberapa waktu yang lalu. Noah juga menceritakan bagaimana kehidupannya pada kakek itu.
Saat Noah bercerita, lelaki tua itu menyimak dengan seksama. Sesekali dia mengangguk dan sering kali menggeleng. Semua itu berlangsung, hingga Noah menyelesaikan ceritanya.
"Jadi, Kek. Bagaimana menurutmu?"
"Kau tidak malu dengan kemiskinan mu, tapi kau hanya tidak terima saat seseorang merendahkanmu?"
"Ya. Itu maksudku." Tegas Noah.
"Ini, minumlah!"
Mata Noah melebar. Baru saja pria tua itu menyodorkan sekaleng bir padanya. Tentu saja itu membuatnya heran, bagaimana seorang yang tidak sanggup membeli makanan, malah memberinya sekaleng bir.
"Jadi, ini tips yang kau maksud?!"
"Ya, habiskan lah. Maka, ke depan, kau tidak akan memiliki masalah itu lagi."
Sekaleng bir. Apa yang bisa di lakukan hanya dengan sekaleng bir. Tapi, jika difikirkan lagi, bir cukup tepat untuk saat ini.
"Terimakasih." Noah menerima bir itu, lalu membuka dan langsung meminumnya.
"Apa kau tau tujuh dosa besar?"
Noah menolah saat Kakek itu bertanya. "Ya. Tentu saja."
"Kesombongan, Ketamakan, Iri Hati, Kemarahan, Nafsu, Rakus dan Malas. Apakah itu, yang kau ketahui?"
Noah kembali mengangguk.
"Anak muda, semua sifat itu lahir pada diri manusia, bagaimana bisa itu dikatakan dosa. Tapi sebaliknya, Hanya ada satu Dosa besar di dunia ini. Dan kau mau tau apa itu?"
Noah mengernyit heran. "Apa maksudmu hanya ada satu Dosa besar? Dan, Apa itu?"
"Kebodohan ... Ya. Kebodohan. Manusia tidak terlahir untuk bodoh. Dan ada banyak jenis kebodohan di dunia ini."
Entah kenapa, Noah tidak bisa untuk tidak menyetujui kata-kata kakek tersebut.
"Noah, Gadis itu tidak salah. Wanita ingin mengendalikan pria. Itu sudah menjadi hukum dunia. Namun seorang pria sejati akan berusaha menaklukkan dunia serta hukum-hukumnya"
Noah sedikit tertegun. Dia teringat bagaimana Lucy yang selama ini, begitu mendominasinya. Sementara dirinya hanya sibuk mencoba membahagiakan gadis itu sambil berusaha bertahan hidup dengan kondisinya.
"Dunia ini sangat kejam. Untuk bisa hidup dengan tenang, kau harus lebih kejam daripada dunia itu sendiri. Ingatlah kata-kataku ini."
"Kakek, aku tidak—"
"Noah. Aku rasa, ini pertemuan kita yang pertama dan terakhir kalinya. Aku harap, setelah ini, kau bisa menikmati hidupmu sebaik mungkin."
Noah heran mendengar kata-kata pria tua itu. Namun, saat dia hendak menjawab. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing. Pandangannya terasa buyar.
"Kek—"
Itulah kata-kata Noah sebelum akhirnya dia kehilangan kesadarannya. Dan tertidur di bangku taman, dimana dia menangisi nasibnya tadi.
Beberapa saat setelahnya, bir yang dia minum tadi, ternyata bukan bir biasa. Bir itu, kini sedang bereaksi di lambungnya.
Cairan itu bergerak memasuki seluruh usus dan organ tubuhnya. Akhirnya semuanya tersebar ke seluruh pembuluh darah hingga ke syaraf-syaraf milik Noah.
[Tahap Pemasangan]
...
[Tahap penyesuaian]
...
[Penyesuaian Dunia]
...
[Penyesuaian Waktu]
...
[Penyesuaian Pengguna]
...
[Penyesuaian Dikonfirmasi]
...
[Sistem di Aktifkan]
[Nama Pengguna \= Noah Evans]
[Status \= Manusia Bumi]
[Jenis Sistem \= Penguasa]
[Nama Sistem Pemandu \= Bell]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Alea
saat nya baca ulang😬😬
2024-06-18
1
Ogeg iraeinn
I think, aku setuju dengan ini.
2024-01-09
1
kakek legend
apa gara2 denger letusan balon hijau??
2024-01-02
1