Semua masalah tadi sudah terselesaikan, mereka bertiga melanjutkan apa yang mereka rencanakan. Tentu saja mereka melanjutkan jalan-jalannya, walau panas terik di kota tak mengurungkan niat mereka bertiga. Ketiganya terus berjalan mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah mereka datangi sebelumnya, bahkan Hendry dan Eliana sendiri sewaktu berkelana, belum pernah menginjakkan kaki di kota ini.
Pemandangannya cukup berbeda, tidak ada istana seperti di ibu kota, namun tetap saja banyak wisatawan dan toko pernak-pernik di sepinggir jalan. Mereka berjalan sambil membeli beberapa oleh-oleh untuk dibawa pulang, tak peduli sebanyak apapun yang mereka beli mereka tidak akan kesulitan membawanya, mereka masih punya Audrey. Para pedagang yang melihat Audrey membuka sihir penyimpanan pun cukup heran karena ini sihir yang cukup jarang sekali dilihat oleh mereka.
Tak terasa waktu sudah sore hari, mereka bertiga segera kembali ke penginapan, lalu mempersiapkan kepulangan untuk besok. Setelah itu mandi, makan malam, juga berbincang-bincang menghabiskan waktu dengan pengunjung lain seperti hari sebelumnya.
*****
Keesokan harinya…
Hendry, Audrey dan Eliana sudah selesai bersiap-siap, mereka juga sudah check out penginapan beberapa saat yang lalu. Ketiganya berjalan menuju gerbang utama kota, suasananya masih sedikit dingin namun matahari sudah bersinar, kebanyakan orang sudah bersiap melakukan kegiatanya masing-masing seperti ketiga orang ini.
Sesampainya di gerbang utama, Karavan pak Budi belum datang, jadi mereka memanfaatkan kesempatan terakhir ini untuk menikmati pemandangan pagi kota ini sambil duduk-duduk.
Tak lama kemudian pak Budi bersama rombonganya datang, semua kereta sudah dipersiapkan, tampaknya mereka semua tinggal berangkat kali ini. Kepulangan kali ini terasa lebih pagi daripada hari keberangkatan 2 hari yang lalu. Mereka terus berjalan melalui padang rumput dengan formasi yang sama seperti sebelumnya.
Karavan ini sekarang berjalan lebih cepat, karena tak banyak barang yang dibawa. Mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya mereka semua juga lebih waspada dan berhati-hati. Semakin jauh berjalan pemandangannya semakin berubah, yang tadinya padang rumput kini memasuki hutan.
Pagi berganti siang, dan siang berganti sore, Mereka semua sampai di gerbang utama ibu kota Felisia. Perjalanan pulang ini terasa lebih cepat, walau menempuh jarak yang sama, namun syukurlah perjalanan ini lancar, tak ada gejala sedikitpun.
Setelah mereka sampai ibukota mereka semua bersiap berpamitan. Pak Budi sekali lagi mengucapkan terima kasih terhadap mereka bertiga atas perjalanan 3 hari ini, tak lupa juga menandatangani kertas permintaan yang dibawa mereka sebagai tanda penyelesaian pekerjaan.
Mereka semua berpisah, pak Budi dan karavannya kembali ke toko sementara Hendry, Audrey, dan Eliana mampir sebentar ke guild untuk mengkonfirmasi penyelesaian misi dan menerima bayaran mereka, karena biasanya pekerjaan semacam ini pembayarannya diurus melalui guild.
Sekarang sudah benar-benar sore, suasana nya sudah sedikit gelap, lampu dan penerangan juga mulai dinyalakan, namun ketiganya tetap melanjutkan perjalanan menuju guild, karena besok mereka berniat untuk libur, jadi sekalian saja.
Sesampainya di guild mereka bertiga langsung menuju resepsionis, dengan tidak mempedulikan petualang lain yang tengah makan dan bersenang-senang disini. Walaupun sore atau malam guild masih saja ramai, karena kebanyakan petualang yang habis menjalankan misi akan makan dan berpesta sekalian di sini sekalian, lalu berbincang dengan siapapun yang ada di sini.
Hendry, Audrey, dan Eliana terkadang juga melakukan itu, namun tidak terlalu sering. Berhubung sekarang mereka bertiga dalam kondisi lelah mereka berniat langsung pulang saja setelah menyelesaikan ini. Mereka menuju resepsionis dan langsung membicarakan inti masalahnya, setelah pembayaran mereka sejumlah 10 Koin emas diterima, Hendry memberikan surat tadi kepada resepsionis untuk menambah poin promosi mereka dengan harapan segera naik ke peringkat B. Surat itu diberikan Prajurit Penjaga kota Anggresia atas keberhasilan mereka menangkap kelima penjahat itu.
Petugas resepsionis yang membaca surat tersebut awalnya menganggap biasa saja, karena yang dikira hanya masalah sederhana, namun akhirnya matanya melotot dan mulutnya menganga seolah tak percaya.
"Ka ka ka… kalian bertiga berhasil menangkap penjahat yang bertahun-tahun tak pernah tertangkap ???"
Ketiganya mengangguk.
"BA… BAGAIMANA MUNGKIN ?"
"Dengan sedikit trik… juga seorang perempuan cantik." Jawab hendry dengan mengacungkan jarinya.
…
…
Eliana yang kesal memukul Hendry dengan kepalan tangannya sehingga ia hanya bisa menahan sakit dengan jongkok sambil memegang kepala.
"Apa maksud kalian ?" Petugas guild balik bertanya.
Eliana dan Audrey segera menjelaskan semuanya, seperti yang mereka jelaskan kepada Prajurit Penjaga di kota Angresia kemarin. Mereka berdua menjelaskan lama sekali hingga hari benar-benar gelap. Setelah petugas guild tersebut percaya dan memasukan hal ini sebagai poin kontribusi di luar pekerjaan mereka,ini juga termasuk prestasi pertama mereka sebagai petualang. Hendry mulai bangkit dan bertanya dengan semangat.
"Jadi… apa secepatnya kami bertiga bisa naik ke peringkat B ?" Tanya Hendry dengan Mata berbinar-binar.
"Sebentar… kurasa kinerja dan kemampuan kalian cukup bagus…"
Mata Hendry semakin berbinar-binar.
"Semua misi juga kalian selesaikan dengan baik… tidak ada komplain…"
Mata Hendry semakin tambah berbinar-binar.
"Poin kontribusi kalian sudah lumayan banyak…"
Mata Hendry semakin tambah lagi berbinar-binar.
"Terus hal ini… sepertinya prestasi yang bahkan sulit dilakukan peringkat B sendiri…"
Mata Hendry terus saja berbinar-binar seolah-olah cahaya harapan yang sangat kuat menyinari hati dan pikirannya.
"Namun hanya ada satu masalah…yaitu umur kalian bertiga."
…
…
"APAAAAAAA…" Hendry sangat terkejut dengan apa yang petugas guild itu katakan, walaupun sebenar tak perlu dipertanyakan. Sepertinya waktu pertama kali mendaftar, Hendry sendirilah yang tidak memperhatikan dan membaca Syarat dan Ketentuan menjadi petualang. Dalam hal ini Eliana dan Audrey sudah menduga apa yang akan dikatakan petugas guild tadi, namun mereka berdua lebih memilih diam saja.
Hendry merasa kesal, dan mencoba menanyakan lagi kepada petugas guild.
"KENAPA ??, Apa hubungannya kemampuan dan umur?...bukankah seharusnya kemampuan kami sekarang sudah seperti peringkat B ?"
Dengan wajah tersenyum seolah tak terjadi apa apa, petugas guild itu menjawab…
"Tidak ada…"
Hendry semakin kesal saja, namun Audrey dan Eliana tak mau mempedulikannya. Bahkan tampaknya petugas guild itu sepertinya masih ingin bermain-main dengan Hendry.
"LALU KENAPA !!??..." Hendry menjawab dengan kesal dan marah sehingga seisi guild menengok ke arah mereka, namun akhirnya kembali acuh dan tak memperdulikannya. Desas-desus keberhasilan mereka menangkap penjahat belum menyebar di sini, kalaupun menyebar pasti akan terjadi sesuatu yang merepotkan apalagi terhadap kenalan-kenalan mereka di guild ini. Sebagai petualang tentu mereka mengenal beberapa petualang lain, walau tak sedekat teman 1 party.
Raut wajah Hendry yang marah perlahan melemah menjadi kesedihan dan nada bicaranya jadi sedikit pelan.
"Padahal… dengan ini… langkahku menjadi Kesatria kerajaan semakin dekat…. "
Raut wajah petugas guild itu juga sedikit berubah menjadi kepedulian
"Tapi bukalah kalau kau mati sebelum impianmu terwujud itu akan menjadi semakin buruk ?"
"Apa maksudmu ?"
"Peraturan seperti ini bukan dibuat tanpa alasan… Dulu banyak petualang berbakat seperti kalian terbunuh sebelum adanya peraturan ini."
"Mereka terbunuh karena terlalu terburu-buru menaikkan peringkat, dan mengambil misi dengan ceroboh karena kurangnya umur dan pengalaman mereka."
"Walaupun cukup hebat dan berbakat, tapi di usia mereka masih cukup labil, jadi untuk itulah peraturan ini dibuat."
"Aku harap kalian mengerti, tolong tunggu 2-3 tahun lagi, ini semua... juga demi kebaikan kalian."
Hendry merenung beberapa saat hingga akhirnya dia mengerti lalu mereka semua juga bersiap pulang. Semua urusan di guild ini sudah selesai, poin promosi sudah ditambahkan dan juga kartu guild mereka sudah di-update setiap kali selesai menjalankan misi.
Mereka semua keluar dari guild dan berpisah, bersiap pulang ditengah kegelapan malam, untuk beristirahat dan libur di keesokan hari.
*****
Beberapa hari setelahnya Audrey melakukan kegiatan seperti biasa, bukan sebagai petualang tapi sebagai pedagang.
Hari ini sekitar pukul 8 pagi, dia sudah berada di alun-alun tenggara ibukota. Lebih tepatnya di bawah pohon dimana banyak sekali pedagang keliling lain yang berjualan.
Kebanyakan yang di jual di area ini adalah kuliner, dari makanan dan minuman yang ringan dan berat ada semua. Mulai dari Roti, bakso, nasi goreng, sate babi hutan, pecel salamander, semua ada di sini.
Kebanyakan dari pedagang membawa gerobak, ada juga pedagang yang membawa kereta kuda, dan ada yang membuat tenda-tenda kecil. Walau begitu hanya Audrey sendiri yang membawa sapu terbang untuk mengangkut jualanya.
Memang sihir terbang adalah hal yang biasa, walaupun setingkat lebih sulit dari sihir serangan. Namun biasanya orang yang bisa menguasai sihir ini akan memilih pekerjaan lain dan kemungkinan hanya Audrey sendiri yang tetap bekerja seperti ini.
Hampir setiap orang di dunia ini memiliki energi sihir dalam tubuhnya, namun tak semua orang bisa memanfaatkan sepenuhnya, jadi diperlukan latihan keras atau bakat alami yang ada dalam dirinya untuk memaksimalkan potensi tersebut. Kebanyakan dari mereka yang tak menjadi Petualang hanya mampu menggunakan sihir untuk hal dasar, seperti membuat air segelas atau menyalakan api
Saat ini sekitar pukul 9 pagi, dimana semua orang sudah selesai sarapan dan beraktivitas seperti biasa. Saat ini jugalah yang menjadi jam-jam sepi sehingga sangat sedikit orang yang membeli makanan juga berlalu-lalang di sini, dan juga merupakan kesempatan bagi Audrey untuk bersantai.
Saat ini dia hanya melayani 1 pelanggan, membuatkannya 2 porsi bakso untuk dibungkus. Tak lama kemudian pelanggan itu bertanya tanya, kenapa sekarang ia sudah jarang berjualan di sini, lalu Audrey menjawab dan menjelaskan kondisinya.
Pelanggan itu merasa sedikit kecewa, namun Audrey juga menjelaskan kalau ia sekarang bisa membeli bakso ini di restoran pamannya. Beberapa Minggu yang lalu ketika ia membuat bakso, ia mulai menitipkan setengah di restoran pamannya, karena sangat jarang ada waktu baginya untuk berjualan. Setelah seorang pelanggan tersebut pergi, Audrey melanjutkan waktu santainya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Seryu Nagami
semangat terus ya?
2022-04-27
0